III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca, University Farm, Institut Pertanian Bogor dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Februari 2009, sedangkan
analisis tanah dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, dan Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan di lapangan adalah tanah vertisol yang diambil dari daerah Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
benih jagung hibrida, pupuk dasar urea, SP-18, KCl, dan senyawa Humat. Senyawa humat yang digunakan pada penelitian ini memiliki bentuk cair dengan
kadar asam humat 20 - 26 , kosentrasi padatan 25 - 35 , kadar abu 10 - 15 , pH 10 - 11, karbon C 10 - 13 , bobot spesifik 1,10 - 1,18 gcm
3
, dan daya hantar listrik 20 - 30 mScm. Peralatan lapangan yang digunakan adalah plastik
polibag, karung, timbangan, sprayer, ember, dan peralatan gelas ukur. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan untuk analisis fisik-kimia tanah disesuaikan
dengan jenis analisis yang dilakukan.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan persiapan media tanah yaitu contoh tanah kering udara ditumbuk dan diayak dengan ayakan 2 mm. Tanah kemudian diberi
perlakuan dosis senyawa humat primer yaitu H0 0 lHa, H1 5 lHa, H2 10
lHa dan H3 25 lHa.
Sebanyak 2 ml senyawa humat primer diencerkan 1000 kali, sehingga untuk polibag berisi 2,5 kg tanah diberi senyawa humat yang sudah diencerkan
masing-masing sebanyak 6,25 ml setara 5 l humat primerha, 12,5 ml setara 10 l humat primerha, dan 31,25 ml setara 25 l humat primerha. Polibag yang berisi
10 kg tanah diberi senyawa humat yang sudah diencerkan sebanyak 75 ml setara 5 l humat primerha, 150 ml setara 10 l humat primerha, 375 ml setara 25 l
humat primerha. Namun karena jumlah larutan tersebut masih terlalu kental untuk diaplikasikan, maka masing-masing diencerkan kembali dengan
mencampur 200 ml air untuk tanah 2,5 kg dan 800 ml air untuk 10 kg. Campuran senyawa humat dan air disemprotkan pada masing-masing tanah sesuai dosis dan
diaduk secara merata. Tanah kemudian dimasukkan ke dalam polibag ukuran 20 cm x 25 cm sebanyak 2,5 kg untuk pengamatan sifat kimia dan Polibag ukuran
40 cm x 45 cm sebanyak 10 kg untuk yang ditanami jagung. Masing-masing polibag dikelompokkan dalam 2 kelompok P1, P2.
Kelompok P1 perlakuan senyawa humat dan kontrol diulang sebanyak 3 kali, kemudian diinkubasi selama 1 minggu. Tanah yang sudah diinkubasi diberi pupuk
dasar yaitu 2 gram ureapolibag, 10,7 gram SP-18polibag, dan 2 gram KClpolibag, kemudian ditanami jagung sebagai tanaman indikator. Tanaman
jagung dipupuk susulan pada 4 MST yaitu 4 gram ureapolibag. Kelompok P2 adalah perlakuan senyawa humat dan kontrol tanpa ditanami. Perlakuan P2
diinkubasi selama satu minggu setelah itu tanah disiram hingga mendekati kapasitas lapang setiap 2 hari sekali.
Pertumbuhan tanaman jagung diukur mulai 2 MST sampai 8 MST. Pertumbuhan tanaman jagung yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pada 8 MST tanaman jagung dipanen dan kemudian ditimbang berat basah dan berat keringnya untuk mengetahui kadar air tanaman. Pengambilan contoh tanah
terganggu untuk analisis kimia dilakukan pada polibag kelompok P2 yang disiram secara teratur. Analisis kimia yang dilakukan adalah seperti pada Tabel 1
berikut. Tabel 1. Parameter dan metode analisis sifat kimia
No Parameter Metoda
Analis 1 pH
pH-meter 2
C-organik Walkley and Black
3 KTK Ekstrak
NH
4
OAc pH 7 4
Basa-basa dapat ditukar K, Na, Ca, Mg Ekstrak NH
4
OAc pH 7, AAS
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Senyawa Humat terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah