digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 14
Menurut Barret langkah – langkah pembelajaran
berbasis masalah sebagai berikut
13
: a.
Siswa diberi permasalahan oleh guru atau permasalahan diungkap dari pengala man siswa
b. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan
me la kukan hal-hal berikut: a Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan; b Mendefin isikan
masalah; c Mela kukan tuka r p ikiran berdasarkan pengetahuan yang mere ka miliki; d Menetapkan hal-hal
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah; dan e Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
c. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan
dengan masalah yang harus diselesaikan. Mere ka dapat me la kukannya
dengan cara
mencari sumber
di perpustakaan, database, internet, sumber personal atau
me la kukan observasi. d.
Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk me la kukan tukar informasi, pe mbela jaran te man sejawat,
dan bekerjasama dala m menyelesaikan masalah. e.
Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan. f.
Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembela jaran. Ha l ini meliputi
sejauh mana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa serta bagaimana peran masing-masing siswa da la m
kelo mpok.
Se mentara itu
Dafid Johnson
Johnson menge muka kan ada 5 langkah pe mbelaja ran berbasis masalah
me la lui kegiatan kelo mpok yaitu
14
:
13
Nursiyam Afifah,” Karakteristik dan Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah PBM”,Membumikan Pendidikan, 2014, diakses dari http:membumikan-
pendidikan.blogspot.com201411karakteristik-dan-langkah-langkah.html, pada tanggal 16 Agustus 2015.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013, 217.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 15
a. Mendefinisikan masalah atau merumuskan masalah dari
peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa men jadi jelas masalah apa yang akan dika ji. Da la m
kegiatan in i guru bisa me minta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk
dipecahkan.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang dapat mendukung dan dalam penyelesaian masalah.
Kegiatan in i b isa dila kukan da la m d iskusi ke lo mpok kec il, hingga pada akirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-
tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap
tindakan yang telah diru muskan mela lui diskusi kelas. Pada taapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir
menge muka kan pendapat dan argumentasi tentang ke mungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan srategi pilihan, yaitu
pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dila kukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun
evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Keleb ihan pembela jaran berbasis masalah antara la in: a.
Dapat membentuk kepribadian siswa dan menerapkannya ke dala m kehidupan nyata.
b. Meningkatkan
ketera mp ilan siswa
me laku kakan pemecahan masalah
15
. c.
Meningkatkan keterampilan belajar mandiri.
15
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik, Jakarta: Ciputat Mega Mall,
2012, 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16
d. Pembelajaran berbasis masalah merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih me maha mi isi pela jaran
16
. e.
Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk mene mukan pengetahuan baru bagi siswa.
f. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
g. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekedar belajar dari guru atau dari buku – buku saja.
h. Lebih dianggap menyenangkan dan disukai siswa.
i. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengembangkan ke ma mpuan me reka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
j. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mere ka miliki da la m dunia nyata.
k. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus –
menerus belaja r sekalipun belajar pada pendidikan forma l telah berakhir.
Kele mahan pe mbela jaran berbasis masalah antara la in: a.
Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah, b iasanya dalam proses
pembela jaran hanya sampai pada tingkat konsep. b.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak me mpunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, ma ka mere ka akan merasa enggan untuk mencoba
17
. c.
Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang
18
. d.
Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau guru
19
16
Wina Sanjaya, 220.
17
Wina Sanjaya, 221.
18
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesm en, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012, 152.
19
Ibid, 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17
B. Konflik Kognitif
Dala m keg iatan belajar, siswa atau mahasiswa sering mengala mi kebimbangan dala m me mastikan apakah solusi atau
alasan yang dia berikan adalah suatu solusi yang benar atau salah. Memberi ja waban atau alasan terhadap suatu pertanyaan tentu
terkait dengan ke ma mpuan kognitif da ri individu. Da la m situasi konflik yang terjadi sehubungan dengan kema mpuan kognitif
individu, dimana individu tidak ma mpu menyesuaikan struktur kognitifnya dengan situasi yang dihadapi dalam bela jar, ma ka
dikatakan bahwa ada konflik kognitif dala m diri indiv idu tersebut
20
. Ada banyak istilah yang digunakan oleh para peneliti dala m
mengga mbarkan dan menje laskan konflik kognitif, seperti ketidakcocokan kognitif dissonance cognitive, kesenjangan
kognitif gap cognitive, konflik konsep conceptual cognitive, ketidaksesuaian discrepancy, disequilibriu m, konflik internal
internal conflict. Smedlund
21
menggunakan kata equilibrasinya Piaget dala m menyatakan konflik kognitif. Da ri beberapa literatur
terdapat beberapa defiin isi konflik kognitif sebagai berikut
22
: 1. Kesadaran individu terhadap suatu disequilibriu m pada
suatu sistim ske ma. 2.
Merasa konsep yang dia miliki bertentangan dengan konsep yang dimiliki oleh orang lain.
3. Kesadaran akan ketidakcocokan informasi.
4. Kesadaran anak terhadap dua pendapat yang bertentangan.
5. Konflik antara struktur pengetahuan yang dimiliki
seseorang dengan lingkungannya. 6.
Munculnya pertentangan antara strukttur kognitif siswa atau pengetahuan awal siswa dengan sumber
– sumber belajar dala m lingkungan belajar.
20
Dasa Ismaimuza, Jurnal: “Pembelajaran Matematika dengan Konflik Kognitif”, Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, 2, 2008, 155.
21
Dasa Ismaimuza, 158.
22
Ibid, 158.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 18
7. Proses penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi
23
. 8.
Munculnya kegelisahan dan depresi selama proses pembela jaran
24
. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konflik
kognitif adalah ket idakseimbangan kognitif yang disebabkan oleh adanya kesadaran seseorang akan adanya informasi
– informasi
yang bertentangan
dengan informasi
yang dimilikinya yang tersimpan dalam struktur kognitifnya. Konflik
kognitif dapat juga muncul dala m lingkungan sosial ket ika ada tim lainnya pada lingkungan individu yang bersangkutan
25
. Dala m
situasi konflik
kognitif, siswa
akan me manfaatkan ke ma mpuan kognitifnya dala m upaya mencari
justifikasi, konfirmasi, atau verifikasi terhadap pendapatnya. Artinya ke ma mpuan kognitifnya me mperoleh kesempatan
untuk diberdayakan, disegarkan, atau dimantapkan, apalagi jika siswa tersebut masih terus berupaya. Misalnya siswa akan
me manfaatkan daya ingatnya, pemaha mannya akan konsep
– konsep matemat ika ataupun pengalamannya untuk me mbuat
suatu keputusan yang tepat. Dala m situasi konflik kognitif seperti
ini, siswa
dapat me mperoleh
keje lasan dari
lingkungannya, antara lain dari guru ataupun siswa yang lebih pandai. Dengan kata la in, konflik kognit if yang ada pada diri
seseorang yang direspon secara tepat atau positif dapat menyegarkan dan me mbe rdayakan ke ma mpuan kognitif yang
dimiliki siswa
26
.
23
Wawan Listyawan, “Pembelajaran Konflik Kognitif”, Mengejar rasa, 2011, diakses dari
http:www.mengejarasa.com201103pembelajaran-konflik-kognitif.html, pada
tanggal 15 Agustus 2015.
24
Mang Lucky, “Teori Kognitif And Behafioral Dalam Pekerja Sosial”,All About Social Work, 2012, diakses dari http:manklucky.blogspot.com, pada tanggal 15 Agustus 2015.
25
Dasa Ismaimuza, 155.
26
Dasa Ismaimuza, 156.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 19
1. Teori yang Melandasi Konflik Kognitif
a. Teori Belajar Kontruktivis me
Menurut pandangan kontruktivisme tentang belajar, ketika individu dihadapkan dengan informasi
baru, ia akan menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk
me mbantu me maha mi materi baru tersebut
27
. Dala m proses me maha mi ini kontrukt ivis percaya bahwa
pembela jar mengkonstruk sendiri rea litasnya atau paling
tidak menerje mahkannya
berlandaskan persepsi
tentang pengalamannya,
sehingga pengetahuan individu adalah sebuah fungsi dan
pengalaman sebelumnya, juga struktur mentalnya, yang kemudian digunakannya untuk menerje mah kan
objek – objek serta kejadian – kejadian baru
28
. b.
Teori Belajar Piaget Menurut teori Piaget struktur kognitif seorang
dipengaruhi oleh lingkungan fisik, dan selanjutnya struktur kognitif ini yang menentukan persepsi
seseorang terhadap
apa yang
dilihatnya. Perke mbangan kognitif seseorang berlangsung
me la lui proses
akomodasi, ya itu
proses me mod ifikasi struktur kognit if seseorang. Sema kin
banyak proses modifikasi akan semakin banyak struktur kognitif seseorang. Selanjutnya akan
semakin mudah seseorang me mpela jari suatu materi pembela jaran atau mata pe laja ran. Perke mbangan
kognitif siswa yang tertinggi adalah tahap operasi forma l yaitu dengan me mpela jari sesuatu yang
hipotetik. Pada tahap operasi formal in i ke ma mpuan mental siswa ma mpu me mpela jari hal
– hal yang abstrak. Na mun de mikian, pada kenyataannya belum
27
Edy Surya, Jurnal: “Strategi Konflik Kognitif”, Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif, 11:11, Oktober, 2013, 5.
28
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, 106.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 20
tentu semua siswa tingkat perke mbangannya sudah mencapai operasi formal
29
. Oleh ka rena itu guru hendaknya banyak me mberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari, menga mati dan
mene mu kan, me mungut,
berbagai hal
dari lingkungan
30
. c.
Teori Belajar Vygotsky Vygotsky adalah pendekatan konstruktivis
sosial, yang menekankan konteks sosial dari pembela jaran
dan pengembangan
pengetahuan me la lui interaksi sosial
31
. Teori Vygotsky lebih mene kankan pada aspek sosial dari pe mbelaja ran.
Menurut Vygotsky bahwa proses pembelaja ran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas
– tugas yang belum dipela jari, na mun tugas
– tugas tersebut masih berada da la m jangkauan mere ka d isebut
dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perke mbangan sedikit d i atas daerah
perke mbangan orang lain. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul da la m perca kapan dan kerja sa ma antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu
terserap ke dala m indiv idu yang lainnya
32
. Menurut Vygotsky pemberian bantuan kepada
anak selama tahap – tahap awal perkembangannya
dan mengurangi bantuan tersebut dan me mberikan kesempatan kepada anak untuk menga mbil ahli
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah
29
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2007, 48.
30
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, 86.
31
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2014, 62.
32
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2011, 39.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 21
anak dapat mela kukannya yang disebut dengan Scaffolding
33
. 2.
Tahap – tahap Konflik Kognitif