Tujuan Tata Tertib Isi Tata Tertib Sekolah

peraturan tersebut menjadikan kenyamanan dalam lingkungan sekolah. Contoh: tidak boleh berkelahi, Jika berada di lingkungan sekolah tidak boleh merokok karena di sekolah adalah lingkungan tanpa rokok maka harus mematuhi peraturan tersebut dan apabila masih ada yang merokok, itu berarti masih terjadi pelanggaran di sekolah tersebut. f. Patokan dan acuan dalam setiap tindakan Tata tertib sekolah menjadi patokan atau acuan dalam setiap tindakan warga sekolah yang dilakukan dalam lingkungan sekolah agar kondisi sekolah tetap nyaman. Contoh: tidak boleh menerima tamu dari luar tanpa seijin guru piket, jika masih ada siswa yang menerima tamu tanpa seijin guru maka masih terjadi pelanggaran tata tertib. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi tata tertib adalah untuk meningkatkan sikap dan perilaku perilaku warga sekolah agar berdisiplin sehingga menjadikan kelancaran proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan bisa terlaksana. Fungsi lain adalah untuk membatasi perilaku yang kurang baik bagi siswa.

2.1.1.3 Tujuan Tata Tertib

Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan, dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan di lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek di antaranya sebagai berikut: a. Membentuk akhlak dan kepribadian siswa melalaui penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran. b. Membentuk dan membiasakan pelaksanaan nilai-nilai karakter sekolah. c. Melatih siswa untuk dapat hidup tertib dan berakhlak mulia yang akan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. d. Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang berkualitas. e. Memonitor dan mengevalusi perilaku siswa secara berkesinambungan untuk dijadikan pertimbangan dalam penentuan kenaikan kelas, dan ketamatan belajar siswa.

2.1.1.4 Isi Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah sebagaimana tercantum di dalam Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1441974 Tanggal 1 Mei 1974 Nawawi, 1986:161 mencakup aspek – aspek sebagai berikut: a. Tugas dan kewajiban 1 Dalam kegiatan intra kurikuler 2 Dalam kegiatam ekstra kurikuler b. Larangan – larangan bagi para siswa c. Sanksi – sanksi bagi siswa Arikunto 1990:123 berpendapat batasan peraturan dan tata tertib sekolah sebagai berikut: a. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung. b. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya khusus yang harus dipenuhi oleh siswa. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, seperti penggunaan pakaian seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP dan sebagainya. Tata tertib sekolah merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri. Namun disisi lain guru juga harus memberikan pengawasan secara optimal terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah pada umumnya menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik Guru, tenaga administrasi maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa tugas dan kewajiban siswa yang harus dilaksanakan, larangan dan sanksi. Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur Arikunto, 1990:123 yaitu: a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang; b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan; c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.

2.1.1.5 Macam-Macam Tata Tertib

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25