Kondisi mata pencaharian penduduk Desa Nampu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sumber Data: Profil Kelurahan Desa Nampu tahun 2015

E. Kondisi Sosial Budaya Desa Nampu

Kondisi sosial budaya Desa Nampu saat ini terbilang cukup baik, masyarakatnya terlihat harmonis dan sejahtera meskipun berbeda dalam segi pendapatan dan pekerjaan. Walaupun dengan perbedaanpenghasilan tersebut, masyarakat Desa Nampu berinisiatif untuk membuat arisan ibu-ibu PKK keliling yang mana kegiatan ini dapat membantu perekonomian yang ada di Desa Nampu. Desa Nampu mempunyai beberapa cagar budaya yang diabadikan atau dijaga oleh masyarakat desa setempat, yaitu dengan adanya “punden”. Nama punden disetiap desa pada dasarnya berbeda-beda, ada yang berbentuk akar pohon jati dan ada juga yang masyarakat Desa Nampu percaya salah satu punden adalah sebuah makam leluhur atau bekas dari petilasan sesepuh Desa Nampu. Di punden tersebut sering digunakan sebagai tempat untuk bersih desa di hari-hari tertentu seperti malam suro yang biasanya dengan menggelar acara tahlil, slametan dan wayang kulit. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42

BAB III PROSES TERJADINYA KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN

ANTARA NU DAN MUHAMMADIYAH DI DESA NAMPU Konflik diartikan sebagai bahan untuk pertarungan atas dasar nilai-nilai, perebutan kekuasaan, status dan politik dengan tujuan untuk mengalahkan lawan. Bentuk konflik yang telah terjadi di Desa Nampu salah satunya adalah: konflik politik. Konflik politik merupakan konflik yang terjadi akibat kepentingan tujuan politisi yang berbeda antara individu atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antar partai politik karena perbedaan ideologi, sudut pandang dalam sebuah kehidupan sosial dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrok dengan adanya perbedaan pemahaman yang terjadi pada masing-masing kelompok atau golongan. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa tokoh masyarakat yang sudah terterah pada bab sebelumnya, bahwa konflik di Desa Nampu dapat digolongkan termasuk dalam bagian konflik politik salah satunya. Hal demikian sejalan dengan sejarah ataupun cerita tutur yang telah dipaparkan oleh para narasumber. Sejak awal mula berdirinya pemerintahan di Desa Nampu, kursi birokrasi desa diduduki oleh kalangan masyarakat elit. Dimulai dari tokoh agama Desa Nampu yang bernama Pak Marto Oetomo.Pak Marto Oetomo adalah tokoh agama yang menduduki kursi kepala desa di Nampu pertama kali pada tahun 1950 hingga tahun 1964. Pada saat menjabat sebagai kepala desa sekaligus tokoh agama di Desa Nampu belum ada tanda-tanda perpecahan ataupun konflik karena