11 masing bagian perusahaan. Ini berarti manajemen sumber daya manusia memberikan
layanan  kepada  bagian  lain  yang  ada  dalam  perusahaan  agar  bagian  lain  lebih melaksanakan tugasnya.
”Tugas-tugas tersebut menurut Handoko T. Hani antara lain: a.
Membuat anggaran tenaga kerja yang dibutuhkan. b.
Membuat job analysis, job description, dan job specification. c.
Menentukan dan menilai sumber-sumber tenaga kerja. d.
Mengurus seleksi tenaga kerja. e.
Mengurus soal-soal pemindahan dan prestasi. f.
Mengurus soal-soal pemberhentian. g.
Mengurus soal-soal pensiunan. h.
Mengurus soal-soal kesejahteraan.”
11
Berdasarkan  uraian  tersebut  bahwa  dalam  organisasi  yang  baik  adalah
organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, dalam tugas manajemen sumber daya manusia tidak hanya pada masalah pengadaan tenaga
kerja  saja,  tetapi  mencakup  juga  hal-hal  lain  seperti  motivasi,  meningkatkan kesejahteraan dan  yang berkaitan dengan masalah ketenaga kerjaan, sehingga hal ini
akan menigkatkan prilaku disiplin kerja karyawan.
2.2. Disiplin Kerja
2.2.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja mempunyai arti penting bagi perusahaan dengan adanya disiplin
kerja pada setiap  karyawan  yang  ada  di dalam  perusahaan  tersebut  akan  menjadikan perusahaan  itu  menjadi  maju,  karena  karyawan  yang  berdisiplin  dalam  melakukan
pekerjaan  dapat  menyelesaikan  tugas-tugas  yang  ada  dalam  perusahaan  tersebut
11
Handoko T Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, hal. 8.
12 walaupun  tidak  secara  keseluruhan  menghasilkan  pekerjaan  yang  sempurna.  Tetapi
dalam jangka waktu tertentu karyawan akan melakukan pekerjaan menjadi lebih baik.
Menurut  Henry  Simamora  “Disiplin
Discipline
adalah  prosedur  yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur”.
12
Menurut Hasibuan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, ”Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan  seseorang menaati semua peraturan  perusahaan  dan
norma-norma sosial yang berlaku”.
13
Berdasarkan  uraian  tersebut,  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  disiplin  kerja karyawan  dalam  bekerja  pada  perusahaannya  adalah  ketaatan  karyawan  terhadap
peraturan  atau  tata  tertib  kerja  yang  berlaku  diperusahaan  dimana  mereka  bekerja
yang menyangkut waktu dan perbuatan.
1.2.2. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja
Veithzal  Rivai  dalam  bukunya  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia  untuk perusahaan menyatakan
“Terdapat  empat  perspektif  daftar  yang  menyangkut  disiplin kerja yaitu:
1. Disiplin  Retributif
Retributive  Discipline
,  yaitu  berusaha menghukum orang yang berbuat salah.
2. Disiplin  korektif
Corrective  Discipline
,  yaitu  berusaha membantu karyawan mengoreksi prilakunya yang tidak tepat.
3. Perspektif hak-hak individu
Individual Rights perspective
, yaitu berusaha  melindungi  hak-hak  dasar  individu  selama  tindakan-
tindakan disipliner.
12
Henry Simamora, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi 4, Yogyakarta: STIE YKPN, hal. 610.
13
Malayu  S.P.  Hasibuan,  2003,  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia,  Jakarta:  Rineka  Cipta, hal. 193.
13 4.
Perspektif  Utilitarian
Utilitarian  Perspective
,  yaitu  berfokus pada  penggunaan  disiplin  hanya  pada  saat  konsekuensi-
konsekuensi tindakan
disiplin melebihi
dampak-dampak negatifnya.”
14
“Menurut  Anwar  Prabu:  bentuk-bentuk  disiplin  kerja  dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Disiplin  Preventif  adalah  suatu  upaya  untuk  menggerakan
pegawai  mengikuti  dan  mematuhi  pedoman  kerja,  aturan-aturan yang  telah  digariskan  perusahaan.  Tujuan  dasarnya  adalah  untuk
menggerakan  pegawai  pegawai  berdisiplin  diri.  Dengan  cara preventif,  pegawai  dapat  memelihara  dirinya  terhadap  peraturan-
peraturan perusahaan.
2. Disiplin  korektif  adalah  suatu  upaya  menggerakkan  pegawai
dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi  peraturan  sesuai  dengan  pedoman  yang  berlaku  pada
perusahaan    Pada  disiplin  korektif,  pegawai  yang  melanggar disiplin  perlu  diberikan  sanksi  sesuai  dengan  peraturan  yang
berlaku.  Tujuan  pemberian  sanksi  adalah  untuk  memperbaiki pegawai  pelanggar,  memelihara  peraturan  yang  berlaku,  dan
memberikan pelanggaran kepada pelanggar.”
15
Menurut  Veithzal  Rivai  ”sanksi  pelanggaran  kerja  adalah    Hukuman  disiplin yang  dijatuhkan  pimpinan  organisasi  kepada  pegawai  yang  melanggar  peraturan
disiplin  yang  telah  diatur  pimpinan  organisasi.”
16
Adapun  tingkat  dan  jenis  sanksi pelanggaran  kerja  yang  umumnya  berlaku  dalam  suatu  organisasi  adalah  sebagai
berikut: 1.
Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis.
2.  Sanksi pelanggaran sedang dengan jenis penundaan kenaikan gaji, penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat
14
Veithzal Rivai, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 444.
15
Anwar  Prabu  Mangkunegara,  2004,  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia  Perusahaan, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal. 129.
16
Veithzal Rivai,2004, Op Cit, hal. 450.
14 3.    Sanksi  pelanggaran  berat  dengan  jenis  penurunan  pangkat,  pembebasan  dari
jabatan, pemberhentian dan pemecatan. Sedangkan untuk mengelola disiplin di perlukan adanya standar disiplin yang
digunakan  untuk  menentukan  bahwa  karyawan  telah  diperlukan  secara  wajar. Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan, apakah besar
atau  kecil.  Semua  tindakan  disipliner  perlu  mengikuti  prosedur  minimum,  aturan komunikasi  dan  ukuran  pencapaian.  Tiap  karyawan  dan  penyelia  perlu  memahami
kebijakan perusahaan. Dengan  demikian  untuk  melakukan  disiplin  kerja  yang  baik,  sikap  mental
perlu  ditumbuhkembangkan  oleh  pihak  perusahaan  bersama-sama  dengan  karyawan yang bersangkutan. Sebagai suatu sikap mental atau kepribadian dari seseorang dapat
dibentuk  sesuai  dengan  tuntutan  kedisiplinan  yang  ada,  begitu  karyawan  memasuki suatu  perusahaan  yang  mempunyai  peraturan  disiplin  kerja  yang  mungkin  berbeda
satu sama lain. Sikap  mental  tersebut  perlu  dibina  dengan  memberikan  pengarahan  dan
pemberian  informasi  akan  peraturan  kerja  serta  sangsi-sangsi  yang  dikenakan.  Perlu pemahaman  yang  sama  antar  masing-masing  pihak  bagaimana  penerapan  suatu
peraturan  serta  sangsi  yang  ada  tersebut  secara  tepat,  sehingga  tidak  menimbulkan penafsiran  tindakan  yang  berbeda.  Dengan  demikian  timbul  suatu  perilaku  disiplin
kerja yang benar-benar seperti yang diharapkan semua pihak.
15
2.2.3. Pengukuran Disiplin Kerja