PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA DI KELAS II SLB WIYATA DHARMA METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA DI KELAS II

SLB WIYATA DHARMA METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : SHOLIKHAH

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam memahami pembelajaran tematik. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan kemampuan pembelajaran tematik dengan tema lingkungan melalui media kartu kata bagi siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Prosedur dilaksanakan melalui 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu (1) Perencanaan (Plan), (2) Tindakan (Act), (3) Observasi (Observe), dan (4) Refleksi (Reflect).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pembelajaran tematik melalui media kartu kata. Hal ini dapat dilihat dari skor hasil tes kemampuan siswa pada masing-masing mata pelajaran. Setelah tindakan siklus I ketuntasan klasikal yang dicapai 75% dan setelah tindakan siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 100%. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 25%.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Seorang pendidik selalu berusaha untuk mengantarkan peserta didiknya agar mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kemampuannya. Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pemerintah memiliki kewajiban untuk mengupayakan rakyatnya supaya hidup maju sejajar dengan negara lain. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan pendidikan dan merencanakan sistem pendidikan nasional yang merupakan implementasi dari tujuan negera tersebut. Secara menyeluruh fungsi dan tujuan pendidikan nasional terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(3)

2 Dalam hal ini Pendidikan untuk anak dengan berkebutuhan khusus tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi “Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.” (Sisdiknas 2003).

Bagi siswa tunarungu dituntut agar mampu mengungkapkan/ mengekspresikan pikiran, kehendak dan perasaan melalui pemahaman lambang-lambang yang mengandung arti/makna.

Secara kongkret tuntutan kemampuan tematik tunarungu tercermin dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) khususnya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS yang mengambil tema lingkungan dengan Standar Kompetensi menampilkan deskripsi sederhana dan menyalin bacaan dan Kompetensi Dasar menulis cerita sederhana tentang tumbuhan atau binatang di sekitar dengan kalimat sederhana. Ini berarti untuk siswa tunarungu kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat dalam pembelajaran tematik belajar untuk dapat menyampaikan deskripsi tentang lingkungan sekitar dengan kalimat sederhana.

Setelah dilaksanakan tes berupa ulangan harian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS terhadap siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat tempat penelitian ini dilaksanakan diperoleh data bahwa dalam pembelajaran tematik masih banyak nilai belajar siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 60 untuk Bahasa Indonesia dan 67 untuk IPA dan IPS. Terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai


(4)

3 52 untuk Bahasa Indonesia , 52.5 untuk IPA, dan 58.75 untuk IPS. Bila dilihat dari nilai individu diperoleh hasil bahwa dari 4 (empat) siswa, hanya 1 (satu) siswa (25%) yang telah mencapai nilai KKM, sedangkan 3 (tiga) siswa (75%) belum mencapai nilai KKM.

Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Bahasa Indonesia Kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat

No. Nama Siswa Nilai KKM Tuntas /

Tidak Tuntas

1. AA 60 60 Tuntas

2. SY 50 60 Tidak Tuntas

3. KK 40 60 Tidak Tuntas

4. FI 50 60 Tidak Tuntas

Tabel 1.2 Data Nilai Ulangan Harian IPA Kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat

No. Nama Siswa Nilai KKM Tuntas /

Tidak Tuntas

1. AA 60 67 Tidak Tuntas

2. SY 70 67 Tuntas

3. KK 50 67 Tidak Tuntas

4. FI 40 67 Tidak Tuntas

Tabel 1.3 Data Nilai Ulangan Harian IPS Kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat

No. Nama Siswa Nilai KKM Tuntas /

Tidak Tuntas

1. AA 60 67 Tidak Tuntas

2. SY 70 67 Tuntas

3. KK 50 67 Tidak Tuntas

4. FI 60 67 Tidak Tuntas

Permasalahan anak tunarungu adalah mengalami hambatan perkembangan berbahasa dan berbicara. Bicara dan Bahasa merupakan media utama untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Menulis adalah bentuk bahasa yang menggunakan kemampuan mengartikulasikan kosa kata


(5)

4 untuk menyampaikan maksud. Kemampuan menulis sangat penting untuk berimajinasi, mengemukakan ide, atau berkomunikasi secara luas. Menulis pada dasarnya adalah proses penginderaan yang meliputi tahap menangkap bunyi bahasa atau bicara orang lain yang dengan sengaja mengajak dan diajak bicara. Hal ini tidak terjadi pada anak tunarungu, karena mereka tidak memperoleh kesan bunyi atau suara dari luar sehingga mereka tidak terdorong meniru bicara orang lain atau tidak mampu mengucapkan kembali atau kata bunyi.

Sistem pembelajaran tematik diharapkan dapat menjadi salah satu sistem pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi-materi pembelajaran di sekolah. Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan karateristik cara anak belajar, konsep belajar, dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran Tematik. Dalam hal ini termasuk bagi siswa SDLB. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Pembelajaran Tematik Dengan Tema Lingkungan Melalui Media Kartu Kata di Kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013.


(6)

5 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan siswa dalam pembelajaran tematik di kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat masih rendah.

2. Siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat tidak/kurang aktif dalam proses pembelajaran.

3. Siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat belum banyak menguasai kosakata.

4. Penyampaian materi dalam kegiatan pembelajaran di kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat belum menggunakan media kartu kata.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas dirumuskan Bagaimanakah penggunaan media kartu kata dalam peningkatkan pembelajaran tematik di kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatkan pembelajaran tematik dengan tema lingkungan melalui media kartu kata di kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat.


(7)

6 1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Siswa

a. Dapat lebih memahami materi-materi pelajaran yang diajarkan dengan pembelajaran tematik;

b. Dapat tertarik/aktif mengikuti Proses Belajar Mengajar dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan media kartu kata;

c. Dapat lebih mudah menguasai konsep-konsep pelajaran dengan adanya perpaduan antar mata pelajaran.

2. Guru

Dapat menjadi salah satu metode pengajaran yang menarik dan mudah dipahami bagi siswa sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia dengan aktif dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, menyampaikan pikiran/ide. Pembelajaran tematik juga meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajaran.

3. Sekolah

Meningkatnya kualitas pendidikan, memberikan kontribusi bagi sekolah sehingga menghasilkan siswa berkebutuhan khusus yang berkualitas. Dan hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dikembangkan dan menjadi


(8)

7 pedoman bagi pihak sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran lainnya.

4. Peneliti

Bertambahnya wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan metode pembelajaran tematik yang menarik bagi siswa berkebutuhan khusus.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tematik

2.1.1 Pengertian Tematik

Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin bermakna.

Prabowo (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2004:197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran.


(10)

9 Dengan membaca pendapat-pendapat para ahli di atas, maka penulis berpendapat bahwa pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang melibatkan dua atau lebih bidang studi dengan suatu tema yang sama, yang dapat lebih memberikan kesan mendalam bagi siswa sehingga kemampuan siswa memahami materi lebih meningkat.

Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajaran.

2.1.2 Karakter Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih


(11)

10 banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata


(12)

11 pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran tematik yang diberikan dengan memperhatikan kondisi minat belajar siswa. Saat minat siswa dalam pembelajaran mulai menurun, guru dapat mulai memberikan materi dengan pola pemainan.

2.1.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Menurut Sutirjo dan Mamik (2004:6), dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.


(13)

12 2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara

sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.

3. Efisiensi

Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

2.1.4 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

2.1.4.1 Keunggulan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan yang diperolehnya (Mamik:2005). Keunggulan yang dimaksud yaitu:

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.


(14)

13 2.1.4.2 Kekurangan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

2.1.5 Manfaat Pembelajaran Tematik

Manfaat pembelajaran tematik antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan infomrasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiaasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

2.2 Lingkungan

2.2.1 Hakikat dan Makna Lingkungan

Salim (1986:7) mengemukakan bahwa lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan


(15)

14 yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkup menurut ini bisa sangat luas, namun praktisnya kita batasi ruang lingkup dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Sedangkan Ahmad (1987:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.

Setelah membaca pendapat-pendapat para ahli mengenai pengertian lingkungan maka penulis berpendapat bahwa lingkungan adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat daya, benda, dan makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan yang kompleks. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang, diatas bumi sebagai lingkungan. 2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.

3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yanng mendiaminya.


(16)

15 5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan

untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.

2.2.2 Lingkungan dan Tunarungu

Dari uraian di atas, siswa tunarungu juga berhak wajib mengenali lingkungan di sekitarnya. Maka dalam proses belajar mengajar, siswa tunarungu wajib diberi pengenalan tentang lingkungan di sekitarnya. Pembelajaran tematik dengan tema lingkungan diharapkan mampu memberikan pengenalan dan pemahaman bagi siswa tunarungu terhadap lingkungan atau hal-hal yang ada di sekitar mereka. Dengan demikian diharpkan dalam keterbatasan mereka, mereka tetap mengenali dan memahami manfaat, kekurangan, dan hal-hal lain yang ada di lingkungan sekitar mereka.

2.3 Anak Tunarungu dan Permasalahannya

2.3.1 Pengertian Tunarungu

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya sebab orang akan mengetahui bahwa anak tersebut menyandang ketunarunguan pada saat berbicara. Mereka berbicara tanpa ada suara, suara yang kurang kuat dengan artikulasi yang kurang jelas atau mereka tidak berbicara sama sekali dan menggunakan bahasa isyarat atau tulisan sebagai alat komunikasi.

Menurut Somad dan Herawati (1996:27), Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan


(17)

16 mendengar,baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks. Sedangkan Sardjono (1997:7) berpendapat bahwa anak tunarungu adalah anak yang kehilangan pendengaran sebelum belajar bicara atau kehilangan pendengaran saat anak sudah belajar bicara, karena suatu gangguan pendengaran, suara dan bahasa seolah-olah hilang. Menurut Soewito yang dikutip oleh Sarjono (1997:9) Tunarungu ialah seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat lagi menangkap tutur kata tanpa membaca bibir lawan bicaranya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena kerusakan fungsi pendengaran baik sebagian atau seluruhnya yang mengakibatkan tidak mampu memakai alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak kompleks dalam kehidupannya. Karena ketunarunguan tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran sangat berat melainkan juga mencakup seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dengan hilangnya fungsi pendengaran, anak tunarungu mengalami hambataan dalam menerima informasi yang datang melalui indera pendengaran, sehingga dengan hilangnya fungsi pendengaran


(18)

17 tersebut membawa dampak pada perkembangan berbahasa lisan dan tulisan.

2.3.2 Hambatan Belajar Siswa Tunarungu

Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh anak tunarungu, menurut beberapa ahli (Delphi, 2006:111) meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Mempunyai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental

yang mengarah pada kelainan emosi dan phisis.

2. Kesulitan psikologis yang diperoleh dari sejumlah faktor eksternal. 3. Mempunyai kesulitan dalam melakukan gerak keseimbangan dan

koordinasi gerak tubuh

4. Berkaitan dengan prestasi akademik, kemampuan mengingat anak tunarungu sangat singkat.

5. Perkembangan bahasa dan komunikasi secara umum kurang sempurna. 6. Prestasi akademik, khususnya dalam kemampuan membaca sangat

kurang.

7. Kemampuan untuk merangkai kata atau kalimat sebagai ungkapan dan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan sangat kurang.

Intellegensi siswa tunarungu termasuk ke dalam level yang normal. Dijelaskan bahwa perkembangan fungsi intellegensi siswa tunarungu dihadapkan pada hambatan pengembangan fungsi-sungsi kognitif. Hal tersebut sebagai dampak dari tidak berfungsinya saluran pendengaran keterampilan bahasa sebagai media pengembangan fungsi kognitif (Direktorat PLB:2009).


(19)

18 Adapun berbahasa siswa tunarungu menurut Permanarian (2009:19) mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Bahasa lisan atau tulisan anak tunarungu sangatlah rendah bila dibandingkan dengan anak seusianya.

2. Memiliki kesulitan dalam mengungkapkan ide atau pikiran-pikiran. 3. Ketika menulis atau berbicara terdapat beberapa bagian kalimat yang

dihilangkan.

4. Jarang sekali menggunakan idiom, metafora, dan gaya bahasa lainnya saat mereka mempergunakan bahasa.

5. Struktur kalimat tidak jelas.

6. Mengalami kesulitan dalam menterjemahkan perintah, baik secara lisan maupun tulisan.

2.3.3 Kebutuhan Anak Tunarungu

Kebutuhan anak tunarungu pada dasarnya sama dengan anak-anak yang lain tetapi khususnya dalam pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yaitu memahami kosa kata melalui antara lain :

1. Bina Bicara

Untuk kepentingan berbicara alat berbicara anak tunarungu perlu dilatih. Untuk melatih berbicara yaitu dengan bina bicara. Bina bicara adalah suatu tindakan dan upaya pelaksanaan pelayanan bina bicara, darimengumpulkan data, pemeriksaan, sampai kepada terapinya (Sadja’ah, E.2005:128)


(20)

19 2. Pelaksanaan Program Bina Persepsi Bunyi dan Irama (BPBI).

BPBI adalah pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia di sekelilingnya yang penuh bunyi (Yuwati, 2003:3)

3. Diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan aspek komunikasi seperti dikondisikan pada berbicara bibir, penggunaan bahasa isyarat, ejaan huruf dengan jari-jari, dan yang paling pemahaman pada arti dan kegunaan sebuah kata/rangkaian kata untuk mengungkapkan sesuatu.

2.4 Media Pembelajaran dan Macam-Macamnya

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti tengah, perantara, atau pengantar (Sadiman:2010).

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar


(21)

20 Dijabarkan juga oleh Djamarah (1995:136), Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa.

2.4.2 Macam-macam Media

Dalam dunia pendidikan sangat diperlukan media untuk memudahkan pengajar dalam proses belajar mengajar. dengan adanya media, pengajar pastinya akan bisa menjelaskan tentang materi yang akan dia sampaikan dengan mudah, begitu juga dengan siswa, dengan pengajar menjelasan materi yang disampaikan menggunakan media, maka siswa pun akan mudah pula memahami tentang materinya dan siswa pun akan bisa lebih fokus ke materi.

Untuk itu, pengajar perlu memilah media apa yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa macam media pembelajaran yang bisa digunakan oleh pengajar yaitu antara lain:

1. LCD proyektor


(22)

21 3. Benda yang dibuat manusia.

Jika kita tidak memiliki benda-benda atau media seperti yang disebutkan di atas, maka kita sebagai pengajar bisa membuat media dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita.

2.5 Media Kartu Kata

2.5.1 Pengertian Kartu Kata

Arsyad (2011:119-120), mengemukakan bahwa Kartu Kata adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Kartu Kata diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang ahli bedah otak dari Philadelphia Pennsylpania. Gambar-gambar pada kartu kata dikelompok-kelompokkan anatra lain seri bintang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka dan sebagainya. Media Kartu kata dapat dipergunakan untuk menambah perbendaharaan kata pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Bertambahnya perbendaharaan kata pada siswa tunarungu dapat menambah keterampilannya untuk merangkai kata dalam berbicara atau berbahasa.

2.5.2 Kelebihan Media Kartu Kata

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki kartu kata antara lain :


(23)

22 2. Praktis dalam pembuatan dan penggunaannya, sehingga kapanpun anak didik bisa belajar dengan baik dengan menggunakan media kartu kata.

3. Mudah diingat karena kartu kata yang terkadang dikombinasikan dengan gambar, memiliki tampilan yang menarik perhatian, sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat kosakata pada kartu tersebut.

4. Media kartu kata juga mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang menarik bila digunakan dalam permainan sambil belajar.

2.5.3 Sifat-sifat Media Kartu Kata

Menurut Sobariah (2012:7) kartu kata memiliki sifat-sifat antara lain dari beberapa segi berikut ini :

1. Segi Edukatif

Hal ini berarti media kartu kata yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, yang harus mengacu pada kompetensi yang diharapkan, materi, metode pembelajaran, dan sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan serta tingkat perkembangan anak.

2. Segi Teknis

Segi Teknis meliputi kebenaran media kartu kata, ketepatan ukuran, ketelitian, keamanan, dan kemudahan bagi pengguna.


(24)

23 3. Segi Estetika

Segi estetika menyangkut warna tulisan pada kartu kata, atau warna gambar pada kartu kata yang dikombinasikan dengan gambar. Karena bentuk dan warna yang indah dapat daya tarik bagi peserta didik.

4. Efektifitas dan Efisiensi

Media kartu kata yang efektif dan efisien. Dalam hal ini berarti dengan menggunakan media kartu kata, guru lebih menghemat waktu dan tenaga, karena menggunakan media yang dapat memiliki manfaat untuk mewakili penjelasan sehingga dapat mencapai tujuan/sasaran dengan tepat.

2.5.4 Syarat-syarat Memilih Media Kartu Kata

Supaya penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran dapat maksimal, kartu kata tersebut harus memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain sebagai berikut :

1. Kartu kata harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti, dan cukup besar untuk meemperhatikan detail kata dan atau gambar.

2. Apa yang tertulis atau tergambar harus cukup penting dan cocok untuk halyang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi. 3. Kartu kata harus benar dan autentik, artinya mewakili kata yang


(25)

24 4. Kartu kata harus sederhana, jenis tulisan atau gambar dibuat

sederhana dan jelas supaya mudah dipahami dan dibaca.

2.5.5 Penggunaan Media kartu Kata dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar mengajar, dalam penerapannya kartu kata dapat digunakan dengan mengkombinasikan dengan cerita/tulisan bergambar. Sehingga siswa dapat dengan cepat dan mudah memahami fungsi dan maksud/arti dari sebuah kata.

Selain itu media kartu kata dapat juga digunakan dalam kegiatan bermain sambil belajar. Hal ini lebih menarik minat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan menanamkan ingatan yang dalam akan kegunaan sebuah kata. Akan lebih jelas lagi bila kartu kata dipadukan dengan kalimat-kalimat bergambar yang belum lengkap kalimatnya yang memerlukan kata sebagai pelengkap. Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan tindakan dengan dibantu oleh guru mitra yang bertugas sebagai pengamat dalam proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran tematik yang dilaksanakan oleh peneliti pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat.

Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk peningkatan pembelajaran tematik pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat.

Arikunto (2006:3) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh peneliti atau dengan arahan dari peneliti yang dilakukan oleh siswa.”


(27)

26 3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SLB Wiyata Dharma Metro Pusat yang beralamat di Jalan Banteng 22A Hadimulyo Metro Pusat Kota Metro.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Maret 2013.

3.3 Subjek Penelitian

Siswa kelas II SLB Wiyata Darma Metro Pusat merupakan subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Dengan jumlah siswa 4 orang yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pedoman penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam memperoleh data yang diperlukan, agar data yang dihasilkan dapat lebih akurat dan tepat, dalam penelitian ini peneliti melaksanakan tindakan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut :

3.4.1 Observasi/Pengamatan

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan dan pencatatan


(28)

27 dilakukan terhadap subyek di tempat terjadi atau berlangsungnya pelaksanaan tindakan.

Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran, baik yang terjadi terhadap siswa maupun terhadap guru dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

Tabel 3.1 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang Diamati

Total Skor Memperhatikan Penjelasan Guru Memperhatikan Kartu Kata Berta nya Menjawab Pertanyaan Guru Interaksi Dengan Teman 1. 2. 3. ` 4.

(Sumber : Poerwanto (2008:5.27))

3.4.2 Tes (tes lisan, tulis, dan perbuatan)

Tes adalah salah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak yang lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu tes awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan tes akhir yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran.


(29)

28 Dan tes ini dilakukan pada tiap Siklus. Tes akhir ini bisa menggunakan bahan tes awal yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Hasil dari tes akhir ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana daya serap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini bertujuan untuk dijadikan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

3.4.3 Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian selama proses belajar mengajar berlangsung yang tidak terrekam kedalam lembar observasi. Manfaat yang diperoleh adalah sebagai bahan refleksi untuk menentukan rencana tindakan siklus berikutnya, sehingga perjalanan Proes Belajar Mengajar antar siklus dapat di evaluasi kemajuannya.

3.5 Teknik Analisis Data

Data diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dicatat oleh peneliti melalui pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selain itu proses pencatatan ini juga diperoleh melalui hasil evaluasi siswa tentang peningkatan keterampilan merangkai kata menjadi kalimat pendek Bahasa Indonesia.


(30)

29 3.5.1 Analisis Data Kualitatif

Analisis Data Kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran untuk meningatkan kemampuan pemahaman materi tematik dengan menggunakan Media Kartu Kata.

Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut :

NP = JS

SM x 100%

Keterangan :

NP : Nilai persen yang dicari/yang diharapkan JS : Jumlah skor yang diperoleh

SM : Skor Maksimum Ideal dari aspek yang diamati 100 : Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib dkk. (2009:41)

Tabel 3.2 Skala Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat

No. Skala Kategori

1. 90 – 100% Sangat Aktif

2. 80 – 89% Aktif

3. 70 – 79% Cukup Aktif

4. 60 – 69% Kurang Aktif


(31)

30 3.5.2 Analisis Data Kuantitatif

Analisis Data Kuantitatif digunakan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya setelah menggunakan Media Kartu Kata. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskritif, yaitu dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut :

3.5.2.1 Ketuntasan Individual

S = JS

SM x 100

Keterangan :

S : Nilai yang dicari/yang diharapkan JS : Jumlah skor item yang dijawab benar SM : Skor Maksimum dari tes

100 : Bilangan tetap

3.5.2.2 Ketuntasan Klasikal S = Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah seluruh siswa x 100%

Keterangan :

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai KKM Ketuntasan klasikal : Jika >75% dari seluruh siswa

mencapai KKM (Sumber : Adaptasi Purwanto 2008:12)

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar, model Penelitian Tindakan Kelas terdapat empat tahapan, yaitu :


(32)

31 1. Perencanaan (plan)

2. Pelaksanaan (act) 3. Observasi (observe) 4. Refleksi (reflect)

Penelitian kali ini direncanakan menggunakan 2 siklus, tapi ini bukan patokan. Hal ini didasarkan pada apakah pada siklus kedua tujuan kelak tercapai. Bila ternyata pada siklus kedua hasil yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan menambah dengan siklus ketiga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dan seterusnya.

Adapun alur Siklus yang dimaksud, terdapat seperti dalam gambar berikut ini :

Tindakan

Perencanaan

Observasi

Refleksi

SIKLUS I

Dan seterusnya

Tindakan

Perencanaan

Observasi

Refleksi

SIKLUS II

Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas PTK) Sumber : Modifikasi dari Arikunto (2006:16)


(33)

32 1. Tahap Perencanaan

Berdasarkan temuan di lapangan peneliti menentukan masalah yang menjadi sasaran penelitian tindakan kelas ini, yaitu peningkatan pembelajaran tematik dengan tema lingkungan melalui media kartu kata pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat. Selanjutnya disusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun yang menjadi program perbaikannya yaitu melaksanakan tindakan pada materi dan indikator yang belum tercapai.

Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran tematik melalui kartu kata pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b. Menetapkan waktu pelaksanaan

c. Menyiapkan Kartu kata yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

d. Menyiapkan skenario/teknik-teknik yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran.

e. Melaksanakan tes lisan, tulisan dan perbuatan untuk melihat kemampuan siswa.

f. Menyiapkan lembar-lembar soal/tes yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

g. Menyiapkan lembar-lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung.


(34)

33 2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan inilah, media kartu kata diperkenalkan kepada siswa. Mengajarkan dan menanamkan dalam ingatan siswa akan makna arti-arti kata yang tertulis dalam kartu, dan penggunaannya dalam kalimat. Dalam hal ini, penggunaan kata dalam kalimat, dibantu dengan kalimat-kalimat bergambar yang belum lengkap dan memerlukan kata-kata sebagai pelengkap. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu membaca ucapan guru akan sebuah kata, menambah perbendaharaan kosa kata, dan memahami makna sebuah kata.

3. Tahap Observasi

Dalam kegiatan observasi kegiatan yang dilakukan antara lain ;

a. Mengamati dan mengkomunikasikan keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

b. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan kartu kata sebagai sarana pembelajaran tematik.

c. Mencatat dalam lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada Siklus I ini adalah


(35)

34 untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung. Jika terdapat kekurangan pada Siklus I, maka pada Siklus II akan dilakukan tindakan, sehingga tujuan yang belum tercapai pada Siklus I dapat tercapai pada Siklus II. Dan bila terdapat kelebihan dari tindakan tindakan yang terjadi pada Siklus I, maka tindakan tersebut harus dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus-siklus berikutnya.

3.7 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran tematik melalui media pembelajaran Kartu Kata dapat dikatakan berhasil apabila :

a. Nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai > 75%. b. Peningkatan hasil belajar siswa mencapai KKM ≥ 60 untuk Bahasa


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penelitian dilakukan dan berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa media kartu kata merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaran jadi lebih menarik bagi siswa, sehingga siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih mudah memahami materi-materi yang diajarkan sehingga kemampuan siswa jadi lebih meningkat.

Hasil yang diperoleh dari penelitian pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat dalam 2 siklus ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil tes yang dilakukan terhadap siswa. Hasil tes yang dilakukan sebelum tindakan pada Siklus I menunjukkan hanya satu siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (ketuntasan klasikal 25%). Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I skor hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan dengan ketuntasan klasikal mencapai 75%, setelah dilakukan tindakan lanjutan dalam Siklus II, skor menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dalam hal ini terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 25%.


(37)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembelajaran tematik pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat dapat dicapai melalui media kartu kata.

5.2 Saran

Setelah penelitian yang dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru SLB

Guru SLB sebaiknya menggunakan media kartu kata dan dibantu dengan gambar dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaiknya juga guru bekerjasama dengan orang tua siswa agar dapat melanjutkan pembelajaran yang telah diajarkan di rumah. Dalam hal ini kreatifitas guru juga diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Orang Tua Siswa

Sebaiknya orang tua sedikit berusaha meniru media-media yang diajarkan di sekolah, agar dapat mengajarkan kembali kepada siswa di rumah dan langsung menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari di rumah. Karena orang tua bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus, memang dituntut untuk lebih dapat memperhatikan perkembangan kemampuan intelegensi anak.


(38)

3. Bagi Siswa

Siswa sebaiknya lebih aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar supaya dapat lebih mudah menguasai materi pembelajaran khususnya tematik.

4. Bagi Sekolah

Media kartu kata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media peraga dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar siswa. Karena itu hendaknya sekolah memberi dukungan kepada guru untuk melaksanakan idenya dalam pelaksanaan kegiatan balajar mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran. Dan sebaiknya sekolah mampu menyediakan sarana dan prasaran yang dibutuhkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Pendidikan anak Berkebutuhan Khusus. Alfiabet. Bandung. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Blogspot. Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kata Terhadap Kemampuan Membaca Ujaran Anak Tunarungu. (blog.elearning.unesa.ac.id Diakses 20 Desember 2012. Pukul 17.30 WIB).

Blogspot. Skripsi Pendidikan PTK.

(http://bahanrefrensi.blogspot.com/2011/08/skripsi-pendidikan-ptk-pd-539.html. Diakses 21 Desember 2012. Pukul 16.00 WIB).

Blogspot 2012. Hakekat dan Makna Lingkungan Bagi Manusia.

http://pendidikan.emaagustina.blogspot.com/2011/05 (Diakses 28 Desember 2012. Pk. 11.00 WIB)

Caray. Label. 2008. Pengertian Berbicara.(http://makalahdanskripsi.blogspot.com Diakses 20 Desember 2012. Pukul 21.00 WIB).

Direktorat PLB. 2009. Informasi Pendidikan Anak Tunarungu (on line), (http://www.ditplb.org.id/propile, Diakses 22 Desember 2012. Pk 21.00 WIB)

Edukasi.kompasiana.com. (Diakses 27 Desember 2012. Pk.17.00 WIB) Google. 2012. Arti Media Kartu Kata.

(http://ebookbrowse.com/pengertian-media-pembelajaran-kartu-kata-dan-kartu-huruf-pdf-d384234853. Diakses 22 Desember 2012. Pukul 22.00 WIB).

Google 2012. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik. www.pppg.tertulis.or.id (Diakses 27 Desember 2012. Pk.19.00 WIB)


(40)

52

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakraya. Bandung.

Sobariah, Lelah. 2012. Penggunaan Media Kartu Gambar dan Kartu Kata. UPI. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

(http://www.sisdiknas.pdf) Diakses 21 Desember 2012. Pukul 20.00 WIB). W.J.S.Powadarminta.1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.

Jakarta.

Wilkipedia. 2012. Arti Kosakata. http://id.wilkipedia.org/wiki/Kosakata. Diakses 21 Desember 2012. Pukul 22.00 WIB.


(1)

34 untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung. Jika terdapat kekurangan pada Siklus I, maka pada Siklus II akan dilakukan tindakan, sehingga tujuan yang belum tercapai pada Siklus I dapat tercapai pada Siklus II. Dan bila terdapat kelebihan dari tindakan tindakan yang terjadi pada Siklus I, maka tindakan tersebut harus dipertahankan dan dikembangkan lagi pada siklus-siklus berikutnya.

3.7 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran tematik melalui media pembelajaran Kartu Kata dapat dikatakan berhasil apabila :

a. Nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai > 75%. b. Peningkatan hasil belajar siswa mencapai KKM ≥ 60 untuk Bahasa


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penelitian dilakukan dan berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa media kartu kata merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaran jadi lebih menarik bagi siswa, sehingga siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih mudah memahami materi-materi yang diajarkan sehingga kemampuan siswa jadi lebih meningkat.

Hasil yang diperoleh dari penelitian pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat dalam 2 siklus ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil tes yang dilakukan terhadap siswa. Hasil tes yang dilakukan sebelum tindakan pada Siklus I menunjukkan hanya satu siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (ketuntasan klasikal 25%). Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I skor hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan dengan ketuntasan klasikal mencapai 75%, setelah dilakukan tindakan lanjutan dalam Siklus II, skor menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dalam hal ini terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 25%.


(3)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembelajaran tematik pada siswa kelas II SLB Wiyata Dharma Metro Pusat dapat dicapai melalui media kartu kata.

5.2 Saran

Setelah penelitian yang dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru SLB

Guru SLB sebaiknya menggunakan media kartu kata dan dibantu dengan gambar dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaiknya juga guru bekerjasama dengan orang tua siswa agar dapat melanjutkan pembelajaran yang telah diajarkan di rumah. Dalam hal ini kreatifitas guru juga diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Orang Tua Siswa

Sebaiknya orang tua sedikit berusaha meniru media-media yang diajarkan di sekolah, agar dapat mengajarkan kembali kepada siswa di rumah dan langsung menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari di rumah. Karena orang tua bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus, memang dituntut untuk lebih dapat memperhatikan perkembangan kemampuan intelegensi anak.


(4)

3. Bagi Siswa

Siswa sebaiknya lebih aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar supaya dapat lebih mudah menguasai materi pembelajaran khususnya tematik.

4. Bagi Sekolah

Media kartu kata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media peraga dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar siswa. Karena itu hendaknya sekolah memberi dukungan kepada guru untuk melaksanakan idenya dalam pelaksanaan kegiatan balajar mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran. Dan sebaiknya sekolah mampu menyediakan sarana dan prasaran yang dibutuhkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Pendidikan anak Berkebutuhan Khusus. Alfiabet. Bandung. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Blogspot. Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kata Terhadap Kemampuan Membaca Ujaran Anak Tunarungu. (blog.elearning.unesa.ac.id Diakses 20 Desember 2012. Pukul 17.30 WIB).

Blogspot. Skripsi Pendidikan PTK.

(http://bahanrefrensi.blogspot.com/2011/08/skripsi-pendidikan-ptk-pd-539.html. Diakses 21 Desember 2012. Pukul 16.00 WIB).

Blogspot 2012. Hakekat dan Makna Lingkungan Bagi Manusia.

http://pendidikan.emaagustina.blogspot.com/2011/05 (Diakses 28 Desember 2012. Pk. 11.00 WIB)

Caray. Label. 2008. Pengertian Berbicara.(http://makalahdanskripsi.blogspot.com Diakses 20 Desember 2012. Pukul 21.00 WIB).

Direktorat PLB. 2009. Informasi Pendidikan Anak Tunarungu (on line), (http://www.ditplb.org.id/propile, Diakses 22 Desember 2012. Pk 21.00 WIB)

Edukasi.kompasiana.com. (Diakses 27 Desember 2012. Pk.17.00 WIB) Google. 2012. Arti Media Kartu Kata.

(http://ebookbrowse.com/pengertian-media-pembelajaran-kartu-kata-dan-kartu-huruf-pdf-d384234853. Diakses 22 Desember 2012. Pukul 22.00 WIB).

Google 2012. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik. www.pppg.tertulis.or.id (Diakses 27 Desember 2012. Pk.19.00 WIB)


(6)

52

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakraya. Bandung.

Sobariah, Lelah. 2012. Penggunaan Media Kartu Gambar dan Kartu Kata. UPI. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

(http://www.sisdiknas.pdf) Diakses 21 Desember 2012. Pukul 20.00 WIB). W.J.S.Powadarminta.1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.

Jakarta.

Wilkipedia. 2012. Arti Kosakata. http://id.wilkipedia.org/wiki/Kosakata. Diakses 21 Desember 2012. Pukul 22.00 WIB.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN KARTU BERGAMBAR BAGI SISWA KELAS II SD NEGERI 5 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 15 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KEGEMARAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SD SETIA BUDI TELUK BETUNG SELATAN BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

6 64 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I WAY KANDIS BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 18 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN BAHASA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I B SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 82

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 76

PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA DI KELAS II SLB WIYATA DHARMA METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI METODE BERMAIN KARTU SISWA KELAS I A SD XAVERIUS I TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 17 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 07 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 71