Batasan Istilah Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
keilmuan tentang berbahasa dan bersastra memiliki simbiosis yang saling mendukung Suryaman, 2012:19-20. Selain hal-hal di atas, pembelajaran Bahasa
dan Sastra di sekolah juga terhambat karena kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana belajar siswa Suryaman, 2012:40.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, Muslimin 2011: 2 mengungkapkan, rendahnya minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, diantaranya disebabkan oleh: 1.
pembelajaran teacher-center: “Proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya model teacher-
center berpusat pada guru, bukan student center berpusat pada murid. Model
pembelajaran ini pasti menyebabkan interaktif yang rendah.” 2.
kelas yang besar: “Semakin besar jumlah siswa dalam satu kelas, semakin tidak efektif kegiatan
pembelajaran. Semakin kecil kelas , semakin efektif kegiatan pembelajaran. Dengan kelas kecil, guru dapat memberi perhatian penuh kepada siswa.”
Masih menyoroti proses belajar mengajar di kelas, Lestari dkk, dalam penelitiannya yang berjudul Tren Pembelajaran Sastra: Telaah Model
Pembelajaran Dalam Penelitian Mahasiswa Universitas Negeri Malang Tahun 1990—2010
mengemukakan, setidaknya terdapat lima permasalahan pembelajaran sastra yang dihadapi di sekolah. Permasalahan tersebut antara lain: 1
pembelajaran monoton dan sangat membosankan karena hanya berpusat pada guru; 2 kemampuan membaca, mengapresiasi karya sastra, dan minat belajar siswa
terhadap sastra masih rendah; 3 guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang bervariatif; 4 pembelajaran apresisasi sastra terbatas pada
tema, tokoh, dan penokohan, serta alur; 5 media yang digunakan kurang bervariasi dan hanya berkisar pada buku teks.