yang sangat cocok untuk tempat peristirahatan bagi pelayar yang melakukan perjalanan jarak jauh. Dalam situasi seperti itu perdagangan dapat menjadi mata pencaharian utama.
Disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan
Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut di datangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah
melakukan kegiatan dagang.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan pemberkatan memeluk agama Hindu atau disebut
upacara Vratyastoma. Upacara Vrastyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang
memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta Brahmana dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut
dipimpin oleh pendetakaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi,
terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk
masalah keagamaan.
2. Kerajaan Tarumanegara
Sejarah kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu yang berdiri setelah kerajaan Kutai pada abad 4 M. Kerajaan yang berkuasa di wilayah Pulau Jawa bagian barat
ini berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum berarti sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang menjadi sungai Citarum dan Nagara berarti Kerajaan.
Berdirinya kerajaan Tarumanegara masih menjadi perdebatan para ahli. Namun, menurut naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 M terdapat sejumlah pengungsi dari India yang
melarikan diri ke pulau dan beberapa wilayah Nusantara untuk mencari perlindungan. Mereka mengungsi ke wilayah Nusantara karena terdapat perang besar di India, yakni
kerajaan Palawa
dan Calankayana
yang melawan
Kerajaan Samudragupta.
Sebagian besar para pengungsi berasal dari kerajaan Palawa dan Calankayana, pihak yang kalah dalam peperangan tersebut. Salah satu rombongan pengungsi Calankayana dipimpin
oleh Jayasingawarman yang tidak lain adalah Maharesi. Kemudian Jayasingawarman membuka pemukiman baru di dekat Sungai Citarum yang diberi nama Tarumadesya atau
Desa Taruma. Menginjak sepuluh tahun, banyak penduduk berdatangan ke Desa Taruma sehingga berkembang menjadi desa yang besar yang pada akhirnya menjadi kota Nagara.
Semakin pesatnya berkembangan kota Taruma, Jayasingawarman membentuk menjadi Kerajaan yang bernama Tarumanegara pada tahun 358.
Kejayaan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara yang mengalami masa pemerintahan kerajaan sebanyak 12 kali telah mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintatahan Raja Purnawarman 395-434
M. Purnawarman merupakan Raja ketiga yang berkuasa setelah Dharmayawarman 382-395 M. Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara memperluas wilayahnya dengan
menakhlukkan beberapa kerajaan disekitarnya. Kejayaan Raja Purnawarman juga tertulis pada prasati Ciaruteun yang berisi, Ini bekas dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah
kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di
dunia. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara akibat adanya pengalihan kekuasaan, yakni dari Raja ke-12 Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada pemerintahan Tarusbawa,
pusat Kerajaan Tarumanegara dialihkan ke kerajaannya sendiri, yakni Kerajaan Sunda bawahan Tarumanegara yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti dengan nama
Kerajaan Sunda.
Raja-raja Kerajaan Tarumanegara
- Jayasingawarman 358-382 M. - Dharmayawarman 382-395 M.
- Purnawarman 395-434 M. - Wisnuwarman 434-455 M.
- Indrawarman 455-515 M. - Candrawarman 515-525 M.
- Suryawarman 535-561 M. - Kertawarman 561-628 M.
- Sudhawarman 628-639 M. - Hariwangsawarman 639-640 M.
- Nagajayawarman 640-666 M. - Linggawarman 666-669 M.
3. Kerajaan Holing