3
1. PENDAHULUAN
Sejalan dengan rancangan dalam Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan RPPK yang telah dicanangkan oleh pemerintah, maka salah satu
program pembangunan peternakan yaitu Program Kecukupan Daging Tahun 2010 PKD 2010. Program Kecukupan Daging Tahun 2010 yang dirancang oleh
Direktorat Jenderal Peternakan mengacu kepada tiga program yaitu: Program Pengembangan Agribisnis PPA,
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani PPKP dan Program Ketahanan Pangan PKP. Dimana dalam program ini
diharapkan peran produksi daging sapi dalam negeri mampu memberikan kontribusi sebesar 90-95 . Saat ini, diperkirakan kemampuan produksi daging dalam negeri
baru mampu memberikan kontribusi sekitar 70-75 terhadap kebutuhan daging nasional. Artinya, hanya dalam waktu 4 Tahun pemerintah bersama peternak harus
mampu meningkatkan rata-rata produksi minimumnya sebesar 20 dari kondisi saat ini.
Beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan saat ini berkaitan dengan PKD 2010 adalah sebagai berikut Direktorat Jenderal Peternakan, 2006:
1. Kebutuhan norma gizi belum mampu dipenuhi oleh masyarakat Indonesia 2. Konsumsi daging belum mencapai 6 kgkapitaTahun dari target 10,1 kgkapita
tahun daging sapi 1,7 kgkapitaTahun 3. Populasi sapi di Indonesia hanya sekitar 11 juta ekor
4. Pemotongan ternak sapi sebesar 1,5 juta ekorTahun 5. Impor dilakukan untuk menghindari pengurasan populasi
6. Pangsa konsumen daging sapi terbesar adalah industri bakso 60 7. Terjadi penurunan kualitas genetik sapi lokal
8. Struktur populasi kurang seimbang disebabkan terjadinya pemotongan betina produktif
9. Konsentrasi produksi masih terletak di Pulau Jawa 10. Potensi sumberdaya produksi masih tersedia diluar Pulau Jawa
11. Investasi usaha sapi potong sangat terbatas Kondisi-kondisi di atas merupakan gambaran nyata yang terjadi saat ini.
Beberapa program yang dilakukan pemerintah dalam mensukseskan PKD 2010 adalah meningkatkan program perbibitan sapi potong melalui program AKSI ternak
sapi potong dan program bantuan ternak sapi kepada peternak, didukung oleh program lainnya, seperti program kesehatan hewan, kesehatan masyarakat
veteriner, serta program penelitian dan pengembangan.
4
Dalam konsep kecukupan daging komitmen dasarnya adalah “Strategi peningkatan produksi dan kesejahteraan peternak dalam penyediaan pangan”.
Komitmen ini mengandung makna bahwa peningkatan produksi dan kesejahteraan peternak merupakan strategi kunci Pemerintah Direktorat Jenderal Peternakan,
2006, sementara itu kekurangan pemenuhan kebutuhan pangan daging secara bertahap masih memerlukan impor.
Untuk membahas mengenai kecukupan daging sapi, tentunya yang harus dipelajari adalah permintaan dan penawaran dari sapi dan daging sapi. Badan
Litbang Departemen Pertanian 2005 telah memproyeksikan angka kebutuhan dan produksi daging sapi sampai Tahun 2010 yang menunjukkan potensi permintaan
akan kebutuhan daging sapi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk sekitar 1,49 per tahun. Apabila angka kebutuhan daging sapi tersebut
tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi di Indonesia, maka dikhawatirkan terjadi pengurasan sumberdaya ternak produktif di Indonesia. Oleh
karena itu, upaya yang dilakukan adalah dengan menambah jumlah produksi sapi di Indonesia. Upaya
tersebut tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada keseriusan dalam menjalankan seluruh program pengembangan sapi potong.
Beberapa hal
yang harus
menjadi perhatian
guna menunjang
keberhasilannya, terutama dari aspek peningkatan dan upaya pengembangan produksi selama ini, yaitu melalui:
1. Menetapkan wilayah-wilayah yang memiliki sumberdaya potensial, seperti di
Provinsi: Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusatenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan dan NAD.
2. Menetapkan berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan secara optimal di masing-masing Provinsi, seperti: Sistem Integrasi Sapi-Padi, Sistem Integrasi
Sapi-Kelapa Sawit, Penundaan Pemotongan betina produktif, Optimalisasi manajemen Pelaksanaan IB dan Intensifikasi Kawin Alam, Pengembangan dan
Penyediaan Pakan, impor induk sapi, Pencegahan Penyakit. 3. Pengembangan Usaha Penggemukan, Pemanfaatan Biogas, Peningkatan Citra
brand image Pupuk Organik 4. Fasilitasi dukungan kemudahan akses finansial dalam penyediaan dana investasi
5. Menggalang dukungan legislatif dalam menyediakan peraturan 6. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Berbagai upaya di atas tidak akan terwujud bila tidak adanya sosialisasi yang menyeluruh baik di pusat maupun di daerah. Di samping itu, kesuksesan PKD 2010
5
harus didukung oleh seluruh stakeholder terkait baik di pusat maupun di daerah sehingga impian kecukupan daging 2010 dapat diwujudkan.
2.
Landasan Konseptual
Paradigma manajeman pembangunan pertanian telah berubah, pemerintah saat ini bukan lagi bertindak sebagai pelaksana pembangunan tetapi sebagai
fasilitator, akselerator, dan regulator yang transparan dan akuntabel. Oleh karena itu program pembangunan yang dirancang harus mampu memberikan peran dan
menarik partisipasi masyarakat, terutama masyarakat pertanian di pedesaan. Sampai saat ini hasil berbagai survey tetap menunjukkan bahwa sebagian
besar dari masyarakat agraris di pedesaan masih tetap menyandang predikat masyakarat miskin. Menurut Suryana 2003 ada enam faktor penyebab kemiskinan
penduduk pedesaan, yaitu 1. Pertumbuhan ekonomi yang lambat 2. Stagnasi produktivitas tenaga kerja 3. Tingkat semi pengangguran yang tinggi 4. Tingkat
pendidikan formal yang rendah 5. Fertilitas yang tinggi 6. Degradasi kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan. Rumah tangga petani miskin pada umumnya
tidak mempunyai aset yang mampu menghasilkan peningkatan pendapatan di atas garis kemiskinan, pemilikan lahan sempit, anggota keluarga kurang terdidik, tidak
mempunyai akses terhadap kapital. Akibatnya mereka tidak mampu mengakses informasi mengenai teknologi, peluang ekonomi dan pasar.
Secara konseptual agribisnis dipandang sebagai kegiatan usaha pengadaan dan penyaluran sarana produksi upstream agribusiness, diikuti dengan kegiatan
budidaya on farm agribusiness, diikuti pengolahan dan pemasaran downstream agribusiness. Setiap kegiatan usaha membentuk jaringan terpadu dan diharapkan
akan mampu memberikan dorongan bagi perekonomian, melalui a Peningkatan produktivitas, efisiensi dan nilai tambah, b Tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis
dan agroindustri di pedesaan, c Perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan dan d Timbulnya kegiatan usaha dan kegiatan ekonomi
lainnya secara berkesinambungan. Pembangunan
pertanian melalui
pendekatan agribisnis
merupakan perwujudan komitmen bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya di
pedesaan yang sebagian besar mengandalkan pada sektor pertanian. Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan pertanian masih menghadapi
beberapa masalah besar yang harus ditanggulangi, yaitu a kemiskinan, b
6
kenjangan, c struktur tenaga kerja, d perubahan struktur lahan dan e kelembagaan.
Secara konseptual pemberdayaan masyarakat pertanian cakupannya dapat dipersempit menjadi pemberdayaan kelompok yang diartikan sebagai upaya
meningkatkan kemampuan kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam hal ini mencakup pemberdayaan
masyarakat agribisnis maupun pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dengan pendekatan kelompok usaha.
Komponen-komponen yang terkait dengan proses pemberdayaan peternak, secara ringkas dapat dikaji dalam model
pemberdayaan petani ilustrasi 1.
KEBIJAKAN
FEED BACK Ilustrasi 1. Model Pemberdayaan Peternak
Pemberdayaan memiliki pengertian pemberian kesempatan pada masyarakat untuk merencanakan Soetrisno, 1995, mengontrol masa depan sendiri, serta
meningkatkan kemampuan dalam menguasai lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatnya tingkat hidup Sulistyo dan Sri Rejeki, 1994. Sedangkan menurut
Departemen Pertanian 2002 pemberdayaan kelompok berarti sebagai upaya meningkatkan kemampuan kelompok dalam mengembangkan usahanya secara
mandiri. Titik tolak pemberdayaan peternak adalah pengembangan potensi yang
dimiliki peternak agar mampu secara mandiri untuk menopang hidupnya. Oleh
I N
P U
T
SASARAN PENINGKATAN
-PRODUKSI -PENDAPATAN
-KESEJAHTERAAN Modal, Sarana Produksi,
Pemasaran, Penyuluhan IPTEK,
Model Konsep
I N
P U
T PETERNAK
KELOMPOK PETERNAK
7
karena itu harus melibatkan sejumlah sumberdaya yang dikuasai masyarakat, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan ekonomiusaha secara mandiri dengan
posisi tawar yang cukup. Makin besar sumberdaya dikuasai masyarakat peternak, proses pemberdayaan mempunyai peluang yang makin besar untuk sampai pada
tujuan pemberdayaan. Upaya pemberdayaan terhadap peternak dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain penguatan kepercayaan kelompok peternak, penguatan modal, peningkatan kemampuan kewirausahaan untuk mempertahankan keberlanjutan
usaha serta penguatan lembaga yang mendukung pemberdayaan petani dalam
bidang agribisnis serta pemasaran produk. Oleh karena itu peningkatan posisi tawar produk peternakan dapat dilakukan melalui pembentukan dan pembinaan kelompok
serta peningkatan kemampuan untuk mengakses sumber informasi pasar yang diperlukan.
Lembaga lain yang penting dalam mendukung upaya pemberdayaan peternak adalah lembaga keuangan pedesaan koperasi, BMT, atau bentuk lainnya.
Hl ini mengingat bahwa secara umum sector budidaya peternakan relative sulit mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan. Dengan demikian, pemberdayaan
peternak untuk meningkatkan dan mengembangkan produksi dan produktivitas tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan dinasinstansi terkait tapi harus didukung dan
melibatkan lembaga lainnya diantaranya adalah Lembaga Keuangan Mikro.
3. PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PKD 2010