14
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Definisi dan Tujuan Auditing
Menurut Arrens Loebbecke 1997: 1 menjelaskan bahwa auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian infromasi dimaksud dengan kriteria – kriteria yang ditetapkan.
Menurut Mulyadi dan Kanaka 1998: 7 mendefinisikan auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan. Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
examination secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut Mulyadi; 1998. Menurut Arrens Loebbecke 1986 tujuan audit dimasudkan
untuk membuat suatu kerangka kerja untuk membantu auditor
15
mengumpulkan fakta yang cukup kuat yang dibutuhkan oleh standar ketiga dari pelaksanaan kerja lapangan dan memutuskan fakta mana yang
perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi dari perjanjian. Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik PSA
No. 22 SA; 110 menyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh
organisasi profesi tersebut. Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan
mutu pekerjaan akuntan publik Mulyadi dan kanaka, 1998: 32-34, sebagai berikut :
1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam
bentuk pernyataan Standar Auditing. 2.
Standar Atestasi Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi
16
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan histories maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa audit.
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi PSAT.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntansi publik yang mencakup
jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
PSAR. 4.
Standar Jasa Konsultasi Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan
publik didalam penyediaan jasa konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan
jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.
2.2.1.3. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 SAS; 150, standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur
auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
17
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Standar Umum General Standards
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor. c.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama. 2.
Standar Pekerjaan Lapangan Standards of Field Work a.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. 3.
Standar Pelaporan Standards of Reporting a.
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sessuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
18
b. Laporan audit harus menunjukkan atau meenyatakan, jika ada
ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebalumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor. d.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asensi,
bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam suatu hal yang sama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pakerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2. Keahlian Audit
2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter 1986 dalam Mayangsari 2003
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang
atau tidak pernah membuat kesalahan. Pengertian keahlian audit menurut Tugiman 1995: 21 adalah
keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan berbagai standar,
19
prosedur, dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu, keahlian audit sendiri juga berarti kemampuan
dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan yang berarti dari pihak lain.
Menurut Abdulmohammadin, Searfoss dan Shanteau 1992 dalam Murtanto dan Gudono 1999 memberikan suatu rangka untuk
menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik : 1.
Komponen Pengetahuan Knowledge Component Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian.
Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta–fakta, prosedur – prosedur, proses dan pengalaman.
2. Ciri – ciri Psikologis Psychological Traits
Merupakan komponen ciri – ciri psikologis seperti kemampuan dalam komunikasi, kreatifitas, bekerjasama dengan
orang lain, dan kepercayaan. 3.
Kemampuan Berpikir Cognitive Abilities Merupakan kemampuan untuk mengakumulasikan dan
mengolah informasi. 4.
Strategi Penentu Keputusan Decision Strategies Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu
dalam membuat keputusan sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia Shanteau, 1998.
5. Analisis Tugas Task Analysis
Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman – pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap
penentu keputusan.
20
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit yang baik.
Kemampuan berpikir yaitu kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa informasi. Karakteristik kemampuan berpikir adalah
kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring informasi - informasi
yang tidak relevan. Kompetensi itu sendiri melibatkan proses berkesinambungan
antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu penugasan auditor, auditor harus
mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermatdan seksama. Kecermatan dan
keseksamaan pengguna kemahiran professional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan
melaksanakan audit Mulyadi, 1992: 24. Menurut Holmes dan Overymer 1984: 30 berpendapat bahwa
seseorang yang telah diakui dalam profesinnya sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada
derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.
Sehingga, kesimpulannya yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan
tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman dibidang audit.
21
2.2.2.2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi 1998: 28 auditing pada umumnya digolongkan menjadi tiga tipe audit, antara lain :
1. Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor independen menilai kewajaran laporan
keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam
bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham,
kreditur, dan kantor pelayanan pajak. 2.
Audit Kepatuhan Compliance Audit Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk
menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan
kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional Operational Audit
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian daripadanya dalam hubungannya
dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk : a.
Mengevaluasi kinerja.
22
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih
lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen
atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit
Menurut Harahap 1991: 143 yang dimaksud dengan proses audit atau yang disebut juga tahap – tahap audit adalah merupakan kegiatan
atau langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntansi.
Bailey yang dikutip oleh Harahap 1991: 144 berpendapat bahwa tahap – tahap audit adalah :
1. Meneliti keadaan lingkungan perusahaan. Tahap ini mencakup:
a. Meneliti lingkungan perusahaan.
b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional secara
umum c.
Meminta struktur organisasi perusahaan. 2.
Melakukan penelitian terhadap system pengawasan intern. 3.
Laksanakan pengujian kesesuaian Test of Compliance. 4.
Laksanakan pengujian substantive atau kebenaran bukti Substantive Test.
Dreyfus dan Drefus 1986 mengatakan bahwa keahlian seseorang merupakan suatu gerakan yang terus menerus, yang berupa proses
23
pembelajaran dari “mengetahiiu sesuatu” menjadi “mengetahui bagaimana”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses
pemerolehan keahlian menjadi lima tahap Mayangsari, 2003. Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan
terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan – aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki
oleh staf audit pemula yang baru lulus dari universitas. Tahap kedua disebut dengan advanced beginner. Pada tahap ini
auditor sangat bergantung paada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian
auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.
Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini auditor sudah punya cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang
kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan
prosedur aturan audit. Tahap keempat disebut dengan profiency. Pada tahap ini segala
sesuatunya menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisipun mulai digunakan,
akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga elemen analisis yang substansial.
Tahap kelima adalah expertise. Pada tahap ini, auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang
24
ada. Auditor sudah membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor dalam tahap ini
sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan – aturan yang ada.
Keterangan – keterangan diatas semakin menunjukkan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap
pemberian opini audit. Dreyfus dan Drefus menunjukkan bahwa dalam pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena
seseorang yang memiliki keahlian yang berada pada tahap novice, untuk sampai ke tahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman
kerja serta tambahan pengetahuan teknis.
2.2.3. Independensi Auditor
PSA No. 04 seksi 220 dijelaskan bahwa independensi adalah sikap yang tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian
teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka
25
berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta
bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari kehilangan
persepsi independensi dari masyarakat. Menurut Mulyadi 1998: 49 bahwa independensi auditor
mempunyai tiga aspek, antara lain: 1.
Independensi dalam kenyataan merupakan independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya. 2.
Independensi dalam penampilan merupakan independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang mengetahui informasi yang
bersangkutan dengan diri auditor. 3.
Independensi dipandang dari sudut keahliannya adalah seseorang yang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai
keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya auditor
tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya. Kesimpulannya bahwa independensi merupakan suatu sikap
seseorang untuk bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan
sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
26
2.2.4. Pendapat Auditor
2.2.4.1. Pengertian Pendapat Auditor
Menurut Arens dan Loebbecke 1997: 38 mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga seringkali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai
pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan teresbut didasarkan atas pertimbangan profesional.
Mulyadi dan Kanaka 1998: 18 menjelaskan dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditor, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika
auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang
diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat tanpa pengecualian.
2.2.4.2. Jenis – Jenis Pendapat Auditor
Terdapat lima jenis pendapat audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik PSA 29 SA seksi 508, antara lain:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
27
prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum
tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna: a
Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b
Lengkap informasinya. 2.
Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan Unqualified Opinion Report with Explanatory
Language. Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
menerbitkan laporan audit bentuk baku. 3.
Pendapat Wajar dengan Pengecualian Qualified Opinion Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian
dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:
a Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi- kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
28
c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. d
Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar Adverse Opinion
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga
akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk
pengambilan keputusan. 5.
Pernyataan tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion. Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat no opinion report. Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b
Seorang Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
29
2.2.4.3. Jenis – Jenis Auditor
Arens dan Loebbecke 1997 : 6, meyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu.
1 Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit.
Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah.
2 Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi. 3
Auditor Pajak Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan
wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku.
4 Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
30
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan BPKP.
2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit
Trooter 1986 dalam Chow dan Rice 1987 mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan
mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan Mayangsari, 2003.
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu
penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan –
pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn 1972, pembuatan keputusan
oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn Mayangsari, 2003. Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus
dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan, yaitu :
1. Seorang ahli seharsnya cenderung untuk mengelompokkan variabel –
variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan mengorganisasi faktor informasi.
31
2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya
menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari bias.
3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan
faktor – faktor dalam cara yang sama. Gibbins dan Larocque 1990 dalam Murtanto 1999, memberikan
suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial, dan kendala – kendala
serta proses pemberian pendapat. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
seorang auditor harus mempunyai komponen pengetahuan serta pangalaman dalam menyelesaikan tugas – tugas auditnya. Serta harus ahli
dalam melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.
2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit
Berdasarkan keterangan – keterangan yang ada, maka dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk
bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran
intelektual akuntan sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan
menyiapkan laporan auditor. Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi akuntan
publik, karena akuntan publik tidak dapat memberikan pendapat yang
32
obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak
independen. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, nampak bahwa pendapat auditor merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan kantor akuntan publik dan faktor yang dapat
menyebabkan klien berganti kantor akuntan publik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pendapat oleh auditor dapat tidak
obyektif jika auditor tidak independen.
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap
Pendapat Audit
Menurut Mutchler 1985 berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan
independensi dengan pendapat audit, menunjukkan adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dengan independensi terhadap
pemberian pendapat. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena adanya
faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika klien berpindah ke kantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat melakukan
pemeriksaan Mayangsari, 2003. Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh
faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit berkaitan dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebebkan perbedaan pendapat
33
audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan, independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, ekonomi yang dihadapi oleh seorang
auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian pendapat audit.
Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa seorang auditor harus kompeten terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena
seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak
kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Behavioral Decision Theory Bowditch Buono 1990
Behavioral Decision Theory Bowditch Buono 1990 teori ini yang Murtanto dan Gudono, 1999 menjelaskan bahwa menyatakan
seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang sedang dihadapi. Dalam
proses pengambilan keputusan didunia aktual seseorang selalu berhadapan dengan berbagai macam tekanan-tekanan sosial.
Peneliti ini selain ingin menguji behavioral decision theory dengan membedakan partisipan atas ahli dan non ahli juga ingin menghubungkan
dengan kondisi riil, yaitu adanya tekanan-tekanan sosial yang dalam hal ini dimanipulasi dengan suatu keadaan berupa tergantungnya independensi
auditor dalam memberikan suatu pendapat. Keputusan mengenai kelangsungan hidup satuan usaha sangat mempengaruhi kontinuitas suatu
satuan usaha Rohana, 2004.
34
2.3. Kerangka Pikir