KAJIAN PUSTAKA Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Kanisius Kenteng semester 1 tahun jaran 2010/2011.

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aktivitas tersebut adalah belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar dengan berbagai tujuan dan keperluan. Berikut adalah pengertian belajar: a. Menurut Gagne dalam bukunya Purwanto 1966: 84 “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performance-nya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” b. Menurut Witherington dalam bukunya Purwanto 1966: 84 “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” c. Menurut Hilgard dalam bukunya Pasaribu dan Simandjuntak 1983: 59 “Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila 6 7 disebabkan oleh pertumbuhan dan keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat- obatan.” d. Menurut Sardiman 1987: 20 “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.” Berdasar definisi yang dijelaskan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses untuk mengetahui suatu hal yang belum dimengerti menjadi dimengerti dan untuk melengkapi konsep-konsep yang telah ada. 2. Jenis-Jenis Belajar Menurut A. de Block dalam buku W.S. Winkel 1987: 39-51 menjelaskan tentang jenis-jenis belajar. Jenis-jenis belajar terdiri dari tiga bentuk, antara lain bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis, menurut materi yang dipelajari, dan bentuk belajar yang tidak begitu disadari. a. Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis 1 Belajar dinamik Belajar dinamik adalah belajar menghendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak sembarang menghendaki dan tidak menghendaki sembarang hal. 8 2 Belajar afektif Belajar afektif adalah belajar menghayati nilai dari obyek- obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, baik obyek berupa orang, benda atau peristiwa. 3 Belajar kognitif Belajar kognitif adalah belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, baik obyek berupa orang, benda atau peristiwa. 4 Belajar sensi-motorik Belajar sensi-motorik adalah belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Pada tahap tersebut, seorang anak belum berfikir dan menggambarkan suatu kejadian atau obyek secara konseptual meskipun perkembangan kognitif sudah mulai ada Suparno, 2007: 34. b. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari 1 Belajar teoritis Belajar teoritis merupakan bentuk belajar yang bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah. 9 2 Belajar teknis Belajar teknis merupakan bentuk belajar yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan. 3 Belajar bermasyarakat Belajar bermasyarakat merupakan bentuk belajar yang bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. 4 Belajar estetis Belajar estetis merupakan bentuk belajar yang bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. c. Bentuk-bentuk belajar yang tidak begitu disadari 1 Belajar insidental Belajar insidental adalah belajar dengan tujuan tertentu, tetapi di samping itu juga belajar hal yang sebenarnya tidak menjadi sasaran. 2 Belajar dengan mencoba-coba Belajar yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu. 3 Belajar tersembunyi Belajar tersembunyi terjadi ketika seseorang mempelajari sesuatu tetapi tanpa ada maksud untuk belajar hal tersebut. 10 Menurut C. van Parreren dalam buku W.S. Winkel 1987: 53- 63, bentuk belajar meliputi sepuluh bentuk. Bentuk-bentuk belajar tersebut antara lain: membentuk otomatisme, belajar insidental, menghafal, belajar pengetahuan, belajar arti kata-kata, belajar konsep, belajar memecahkan problem melalui pengamatan, belajar berpikir, belajar untuk belajar, dan belajar dinamik. a. Membentuk otomatisme Membentuk otomatisme yaitu belajar atau kemampuan yang diperoleh terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak- gerik yang terkoordinir satu sama lain. Bentuk belajar tersebut meliputi belajar keterampilan motorik dan belajar kognitif. b. Belajar insidental Belajar insidental merupakan belajar dengan maksud untuk memepelajari sesuatu hal, khususnya yang bersifat mengenai fakta atau data. c. Menghafal Menghafal merupakan penanaman materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi kembali secara harafiah sesuai materi yang asli. d. Belajar pengetahuan Belajar pengetahuan merupakan bentuk belajar untuk mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda, dan orang. 11 e. Belajar arti kata-kata Belajar arti kata-kata merupakan bentuk belajar ketika orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. f. Belajar konsep Belajar konsep merupakan bentuk belajar ketika seseorang mengadakan abstraksi dalam bentuk obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian, dan orang, hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja. g. Belajar memecahkan problem melalui pengamatan Belajar memecahkan problem melalui pengamatan merupakan bentuk belajar ketika seseorang dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan dengan berbuat sesuatu. h. Belajar berpikir Belajar berpikir merupakan bentuk belajar ketika seseorang dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. i. Belajar untuk belajar Belajar untuk belajar merupakan bentuk belajar yang mencakup semua bentuk belajar. j. Belajar dinamik Belajar dinamik bersifat sangat kompleks karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi psikis yang seolah-olah 12 merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas. Menurut Robert M. Gagne dalam buku W.S. Winkel 1987: 97- 105, jenis-jenis belajar meliputi lima macam yaitu: informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. a. Informasi verbal Setiap orang memiliki pengetahuan yang diperoleh melalui belajar. Sesorang dapat mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi dua hal yaitu cap verbal dan data atau fakta. Cab verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi. Data atau fakta merupakan kenyataan yang diketahui. Penguasaan bahasa dalam menyampaikan pengetahuan sangat penting. Pengetahuan yang dimiliki tidak akan bermakna apabila tidak dibahasakan dan diinformasikan kepada orang lain. b. Kemahiran intelektual Kemahiran intelektual merupakan hubungan kita dengan lingkungan dalam bentuk representasi konsep dan lambang. Kemahiran intelektual terbagi dalam empat kemampuan yang diurutkan secara hierarki. Kemampuan tersebut anrata lain: diskriminasi jamak, konsep, kaidah, dan prinsip. 13 1 Diskriminasi jamak Diskriminasi jamak merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk membedakan satu obyek dengan obyek yang lain. 2 Konsep Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek dengan ciri-ciri sama. Konsep dilelompokkan menjadi dua yaitu konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek lingkungan fisik. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup dan tidak menunjuk pada relitas lingkungan hidup fisik. 3 Kaidah Kaidah merupakan penggabungan dua konsep atau lebih yang mempresentasikan suatu keteraturan. 4 Prinsip Prinsip merupakan kombinasi kombinasi beberapa kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan kompleks. c. Pengaturan kegiatan kognitif Pengatuaran kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri ketika belajar dan berfikir. Ruang lingkup pengatuaran kemampuan kognitif adalah aktivitas mental. 14 Pengatuaran kemampuan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki ketika menghadapi masalah. d. Keterampilan motorik Keterampilan motorik merupakan kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan koordinasi antara gerak-gerik anggota badan secara terpadu. Ciri khusus keterampilan motoric adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara secara teratur dan lancar. e. Sikap Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil keputusan ketika seseorang akan bertindak. Seseorang akan mempertimbangkan kemungkinan untuk bertindak. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Pasaribu dan Simandjuntak 1983: 59 belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Latihan Latihan merupakan belajar membiasakan agar mampu melakukan sesuatu. Latihan perlu diberikan kepada siswa untuk memajukan kegiatan belajar. Masalah yang sering dihadapi siswa ketika belajar adalah lupa akan sesuatu yang diperolehnya. Kegiatan pengulangan perlu diberikan untuk membuat kemampuan siswa mengingat bertambah. Bentuk ulangan dapat berupa latihan setelah proses belajar dilakukan dalam kurun waktu tertentu. 15 Ulangan akan bermanfaat apabila keseluruhan faktor yang berperan dalan kegiatan belajar terdapat pada setiap latihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: 1 Adanya motivasi atau hasrat untuk belajar 2 Adanya pengertian tentang apa yang dipelajari 3 Adanya kepuasan. b. Peranan motif Motivasi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi seorang siswa dapat muncul dari satu motif dan beberapa motif. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar, siswa akan mengulangi perbuatan yang membuatnya merasa puas. c. Peranan hukuman dan penghargaan Hukuman dan penghargaan mempunyai peranan bagi siswa dalam memperoleh hasil belajar. Hukuman bertujuan supaya siswa tidak melakukan sesuatu dan penghargaan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan. d. Faktor yang berpengaruh dalam motivasi Kegiatan belajar mempunyai tujuan yang telah terinci dan terprogram. Guru selalu mengarahkan siswa untuk balajar sesuai bakatnya dan kemauannya. Siswa akan mengalami kegagalan dan keberhasilan dalam belajar. Kegagalan dan keberhasilan dapat 16 berperan sebagai motivator siswa untuk menentukan tujuan yang tinggi atau rendah. e. Kemampuan belajar dan intelegensi Kemampuan belajar merupakan kemampuan untuk memperoleh kemajuan yang tepat dan cepat dalam proses belajar. Intelegensi merupakan kecakapan menyelesaikan masalah baru dengan tepat dan cepat. Intelegensi akan mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Intelegensi yang sangat tinggi dapat memajukan kemampuan belajar. B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar a. Menurut Sardiman 2008: 73-75 Kata motivasi berawal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranan motivasi dapat menumbuhkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akam mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. b. Menurut Pasaribu dan Simandjuntak 1983: 52, motivasi adalah tenaga dari dalam diri manusia yang mendorong bertindak, suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang. 17 c. Menurut Hamsyah 2007: 23, motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Berdasarkan pengertian di atas, motivasi adalah suatu hasrat atau keinginan yang muncul dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar merupakan suatu hasrat atau keinginan yang muncul dari diri seseorang untuk belajar dengan maksud untuk meningkatkan prestasi belajar. 2. Fungsi Motivasi dalam Belajar Motivasi berkaitan erat dengan tujuan. Motivasi dalam belajar siswa di sekolah dasar berfungsi sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah disusun dalam sebuah kurikulum sekolah. Menurut Sardiman 2008: 85, fungsi motivasi terdiri dari tiga hal. Fungsi motivasi antara lain: a. Mendorong manusia untuk berbuat Motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 18 c. Menyeleksi perbuatan Motivasi dapat menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 3. Jenis-jenis Motivasi Menurut Sardiman 2008: 89-91, motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari diri untuk berbuat sesuatu. Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu mendapat rangsang dari luar. Motivasi intrinsik sering dikatakan sebagai bentuk motivasi di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Contoh: Siswa melakukan belajar karena ingin mendapat pengetahuan, keterampilan dan nilai. Indikator-indikator motivasi belajar intrinsik antara lain: 1 Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas. 2 Mengutamakan prestasi dari apa yang dikerjakannya. 3 Memiliki perasaan senang dalam belajar. 4 Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain. 19 b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari luar. Terdapat peristiwa di luar individu yang mempengaruhi individu. Motivasi intrinsik tidak langsung berkaitan dengan esensi yang dilakukan. Motivasi intrisik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Contoh: Seorang siswa belajar karena paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik. Indikator-indikator motivasi belajar intrinsik antara lain: 1 Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya. 2 Belajar dengan harapan ingin memperoleh nilai. 3 Belajar dengan harapan ingin memperoleh prestasi. 4 Peran hukuman dalam proses belajar. 5 Belajar karena orang lain memiliki prestasi lebih baik. 4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar di Sekolah Motivasi sangat penting dalam mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu, guru harus berusaha meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa di sekolah. Pasaribu dan Simandjuntak 1983: 56-58 menjelaskan beberapa cara untuk meningkatkan 20 motivasi belajar siswa. Cara-cara meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain: a. Memadukan motif-motif yang sudah ada Pada dasarnya siswa sudah mempunyai motivasi belajar. Guru hanya perlu memberi motivasi yang lain, sehingga motivasi yang sudah dimiliki siswa dapat semakin meningkat. b. Memperjelas tujuan yang akan dicapai Semakin jelas tujuan belajar, semakin kuat motif untuk mencapainya. Oleh karena itu, guru perlu merumuskan tujuan belajar yang ideal bagi siswa. c. Membuat situasi persaingan Guru menciptakan suasana di mana setiap siswa giat berusaha karena pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha menonjolkan diri atau ingin dihargai. d. Memberitahu hasil yang dicapai Ketika siswa selesai mengerjakan tugasnya, siswa diberitahu hasilnya, sehingga siswa semakin giat mencapai hasil yang lebih baik lagi. e. Guru memberi contoh positif Guru yang mengharapkan sesuatu dari muridnya, ia juga harus memperlihatkan contoh yang baik dari yang diberikan, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk meniru contoh positif guru tersebut. 21 C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar yang dilakukan. Menurut Bloom dalam artikel Miranda 2004: 68, prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami peserta didik dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan menurut Lanawati dalam artikel Winarini 2004: 168, prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari peserta didik. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Miranda, Winkel, dan Santrock dalam artikel Winarini 2004: 168-169 menerangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, antara lain faktor internal dan faktor eksternal a. Faktor Internal 1 Kecerdasan Kecerdasan merupakan kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran. 22 2 Motivasi Motivasi adalah suatu hasrat atau keinginan yang muncul dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini motivasi yang dimasud adalahh keinginan yang muncul dari diri seseorang baik secra intrinsik maupun ekstrinsik untuk memperoleh prestasi yang baik atau tinggi. 3 Minat Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu hal. Minat dalam hal ini adalah kenginan untuk memperoleh prestasi belajar. 4 Bakat Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang dibawa saat lahir. Bakat yang dimiliki setiap orang berbeda- beda. Prestasi belajar akan dicapai siswa ketika bakat yang dimilikinya berfungsi secara maksimal. 5 Sikap Sikap merupakan perbuatan yang berdasarkan pada pendirian berupa pendapat atau keyakinan. Seseorang yang mempunyai sikap antusias terhadap suatu hal, maka sesorang akan berusaha sebaik-baiknya untuk medapatkan hasil maksimal, misalnya seorang siswa ingin memperoleh peringkat satu di kelasnya, maka siswa tersebut mengikuti dengan baik setiap kegiatan pembelajaran di kelas. 23 6 Persepsi diri Persepsi diri merupakan tanggapan langsung diri sendiri terhadap suatu hal. Proses yang digunakan yaitu menggunakan alat-alat indera. Seseorang yang memilki tanggapan baik terhadap apa yang harus dikerjakan, maka ia akan memperoleh hasil yang baik. Seorang siswa yang memiliki persepsi baik terhadap belajar, siswa akan berusaha memperoleh hasil maksimal atau prestasi yang tinggi. 7 Kondisi fisik Kondisi fisik merupakan keadaan yang nampak pada diri seseorang. Sesorang yang memiliki kondisi baik atau sehat dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik sehingga mampu mempertahan prestasi belajar atau meningkatkan prestasi belajar. Sebaliknya kondisi fisik yang tidak baik akan mengganggu proses belajar akaibatnya prestasi belajar dapt menurun. b. Faktor Eksternal 1 Lingkungan Keluarga Dukungan dan perhatian orang tua terhadap proses belajar anak sangat diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola asuh yang baik terhadap anak. Orang tua selalu memberikan perhatian khusus terhadap 24 perkembangan belajar anak. Dengan demikian, anak dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. 2 Lingkungan Sekolah Prestasi belajar peserta didik ditentukan dari kualitas pengalaman belajar yang diperolehnya. Jika peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang berkualitas, prestasi yang dicapainya pun tentu berkualitas. Oleh karena itu, proses belajar yang akan dilalui peserta didik harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Dengan demikian, peserta didik memperoleh pengalaman belajar secara maksimal demi tercapainya prestasi belajar peserta didik. 3 Lingkungan Masyarakat Keadaaan di masyarakat seperti sosial, politik dan ekonomi sangat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Suasana yang mendukung peserta didik untuk belajar akan meningkatkan prestasi belajar, sebaliknya suasana yang kurang kondusif akan mengganggu kegiatan belajar walaupun peserta didik memiliki motivasi yang tinggi. 25 D. Hakikat Matematika 1. Pengertian Matematika Sampai saat ini belum ada definisi yang baku tentang matematika. Definisi matematika hanya berdasarkan pada sudut pandang pembuat definisi tersebut. Berikut adalah beberapa definisi matematika: a. Menurut R. Soedjadi 1988: 4 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. b. Menurut Gill Botle 2005: 6 “mathematics was viwed as a set of procedures principles that had to be tought before any potential mathematical understanding could take place” matematika dapat dilihat sebagai sebuah satuan prinsip prosedur yang harus diajarkan sebelum potensi pemahaman matematika berlangsung. c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan, matematika merupakan ilmu esak yang berisi prosedur dan prinsip yang jelas tentang angka-angka dan bilangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. 26 2. Karakteristik Matematika Soedjadi 2000: 13 – 19 menjelaskan bahwa matematika memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut meliputi: memiliki objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya. a. Memiliki objek abstrak Obyek dasar yang dipelajari bersifat abstrak yang merupakan obyek pikiran manusia. Obyek tersebut meliputi: fakta, konsep, operasi atau relasi dan prinsip. b. Bertumpu pada kesepakatan Kesepakatan dalam matematika merupakan tumpuan yang sangat penting untuk digunakan semua orang dalam keseharian. Kesepakatan yang sangat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari pembuktian yang berputar-putar. Konsep primitif diperlukan untuk menghindari pendefinisian yang berputar-putar. c. Berpola pikir deduktif Pola pikir deduktif merupakan pemikiran yang berpangkal dari hal bersifat umum diterapkan pada hal yang bersifat khusus. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti Matematika memiliki banyak simbol berupa huruf maupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat 27 membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dan sebagainya. e. Memperhatikan semesta pembicaraan Matematika memerlukan kejelasan dalam lingkup yang dipakai. Lingkup pembicaraan disebut sebagai semesta pembicaraan. f. Konsisten dalam sistemnya Matematika mempunyai banyak sistem. Sistem tersebut ada yang berkaitan satu sama lain, tetapi ada yang terlepas satu sama lain. Di dalam masing-masing sistem dan struktur berlaku konsistensi yang di setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema atau definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 3. Matematika Sekolah Matematika sekolah adalah unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan pada kepentingan pendidikan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Bahan ajar yang relevan di sekolah dasar antara lain: a. Bilangan b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data. 28 4. Tujuan Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar Menurut Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2007, pendidikan matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 5. Peranan Matematika di Sekolah Dasar Menurut Sujono 1988: 15-19 peranan matematika di sekolah dasar antara lain: 29 a. Menyiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, hemat, cermat dan ekonomis. b. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. c. Menyiapkan siswa untuk terjun dalam masyarakat. d. Memberi bekal pada siswa agar dapat berkembang sesuai bakatnya. e. Memberi bekal pada siswa agar berkembang sesuai pendidikan yang bermakna dan produktif melalui keterampilan dalam lingkungan. f. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri g. Menyiapkan siswa agar menjadi pemikir dan penemu. h. Mendidik siswa agar mencintai kebenaran dan membenci kejahatan. i. Pengembangan karakter siswa. 6. Peranan Media dalam Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pembelajaran yang menggunakan sarana berfikir abstrak. Media dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk memberikan jembatan antara dunia nyata siswa dengan konsep abstrak matematika. Menurut Sadiman 1984: 7 media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Berikut merupakan kegunaan media dalam proses belajar mengajar: 30 a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menjelaskan persegi panjang. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Contoh: menghitung luas wilayah menggunakan perbandingan skala dan menggunakan kertas berpetak atau millimeter blok. c. Media yang bervariasi mengatasi sikap pasif siswa sehingga muncul semangat untuk belajar. d. Siswa tidak akan cepat lupa dengan ilmu yang telah diperolehnya. 7. Peran Guru dalam Pembelajaran Matematika Banyak siswa sekolah dasar berasumsi matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Seorang guru sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam mengatasi permasalahan tersebut. Berikut adalah peran guru menurut W.S. Winkel 1987: 197: a. Guru harus memberikan semangat pada siswa tanpa memandang kemampuan intelektual dan tingkat motivasi. Guru harus bersifat komunikatif sehingga siswa senang bergaul dengan guru. b. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu membantu siswa dalam memyelesaikan permasalahan khususnya matematika. c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil berfikirnya pada saat proses belajar. 31 d. Guru secara aktif mengaitkan kurikulum matematika dengan dunia nyata siswa secara fisik dan social. e. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang PAKEM yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. E. Kerangka Berpikir Matematika merupakan ilmu eksak yang berisi prosedur dan prinsip yang jelas tentang angka-angka dan bilangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Banyak orang berasumsi matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Siswa tertanam akan asumsi tersebut yang berakibat prestasi belajar matematika kurang dibandingkan mata pelajaran lainnya. Permasalahan belajar matematika yang dihadapi siswa perlu diatasi, salah satu caranya menggunakan pemberian motivasi. Motivasi dalam belajar siswa di sekolah dasar berfungsi sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan belajar. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah dapat diberikan dengan berbagai macam cara sesuai dengan kondisi siswa. Setelah siswa memiliki motivasi belajar matematika yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasinya dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan hal tersebut antara motivasi belajar dan pretasi belajar matematika memiliki hubungan yang erat, besarnya motivasi belajar akan mempengaruhi prestasi belajar matematika. 32 F. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas V SD Kanisius Kenteng semester 1 Tahun Ajaran 20102011. Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti mengembangkan hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Kanisius Kenteng semester 1 Tahun A jaran 20102011”. 33

BAB III METODE PENELITIAN