Hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik Strata 1 (S1)

Oleh

Dini Anugrah Safitri 1111018300070

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

NIM : 1111018300070

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul Skripsi :“Hubungan Rasa Percaya Diri Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi”

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Desember 2015


(6)

i

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2015.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah terdapat hubungan antara rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.

Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga responden pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif berupa metode ekspos fakto dan didukung oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini(library research).Metode tersebut penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data meliputi observasi, angket, dan studi dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Spearman Rank.

Dari hasil pengolahan data yang didapat langkah selanjutnya diklasifikasikan dan diolah sehingga menghasilkan data akhir dengan ρ sebesar 0,460 yang berarti terdapat hubungan rasa percaya diri yang sedang dengan prestasi belajar Matematika siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak, ini mengandung pengertian bahwa rasa percaya diri berhubungan positif yang sedang dengan prestasi belajar Matematika.


(7)

ii

Pagi". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2015.

Purpose of this research was to examine whether there is a correlation between self-confidence and mathematics achievement’sfifth grade students of SDN Kramat Jati 19 Pagi.

This reearch is the population, so that respondents in this study were all fifth grade students of SDN 19 Pagi Kramat Jati. The method used is quantitative research methods in the form of ex post facto and it’ssupported by the references related to the themes that are discussed in this paper (library research). The method supported by data collection techniques including observation, questionnaires, and documentation study. Data analysis technique used in this research used the techniques Spearman Rank.

From processing the data obtained next step classified and processed to produce the final data with ρ of 0.460, which means there is a correlation of self-confidence with the mathematics achievement’s students. It can be concluded that the alternative hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected, this implies that the self-confidence that is being positively associated with mathematics achievement’sstudents.


(8)

iii

diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata 1 (S1). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan yang didapat baik dari segi moril maupun materiil. Namun berkat pertolongan Allah SWT berupa kesungguhan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raia, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Progra Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Ibu Dra. Eri Rosatria, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd, selaku Dosen penasehat akademik yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga akhir perkuliahan.

5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan.

6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis referensi. 7. Seluruh staf SDN Kramat Jati 19 Pagi, khususnya kepada kepala

sekolah Ibu Suminah, S.pd yang telah membantu dalam memfasilitasi kegiatan ini, dan guru kelas V A Ibu Asmita dan V B Ibu Yenny


(9)

iv

9. Teman-teman PGMI B yang senantiasa memberikan pengalaman kepada penulis tentang makna sebuah kebersamaan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan

balasan yang melimpah kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca. Aaamiin

Jakarta, 28 Oktober 2015


(10)

iv

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah...5

D. Rumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Landasan Teori ...8

1. Hakikat Rasa Percaya diri ...8

a. Pengertian Rasa Percaya Diri ...8

b. Ciri-ciri Perilaku Rasa Percaya Diri ...10

c. Percaya Diri dalam Matematika ...13

2. Hakikat Prestasi Belajar Matematika ...15

a. Pengertian Belajar...15

b. Pengertian Prestasi Belajar ...17

c. Pengertian Matematika ...19

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ...21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...22


(11)

v

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...27

1. Tempat Penelitian...27

2. Waktu Penelitian ...27

B. Variabel Penelitian ...27

C. Populasi Penelitian ...27

D. Metode dan Desain Penelitian ...28

1. Metode Penelitian...28

2. Desain Penelitian ...29

E. Teknik Pengumpulan Data ...29

1. Angket ...29

2. Observasi ...30

3. Studi Dokumentasi ...30

F. Instrumen Penelitian ...31

1. Instrumen Angket...31

2. Instrumen Observasi...32

3. Instrumen Dokumentasi ...33

G. Teknik Pengolahan Data...33

1. Uji Validitas ...33

2. Uji Reliabilitas ...34

3. Uji Korelasi Spearman Rank...34

4. Uji -t ...35

H. Teknik Analisis Data ...36

1. Uji Normalitas...36


(12)

vi

3. Jumlah Siswa Menurut Umur...39

B. Uji Validitas dan reliabilitas...39

1. Uji Validitas ...39

2. Uji Reliabilitas ...41

C. Analisis Deksripsi Data Hasil Penelitian ... 42

1. Analisis Data Rasa Percaya Diri ...42

2. Analisis Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ...59

3. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa...61

D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ...67


(13)

vi

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Siswa... 31

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi... 32

Tabel 3.4 Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi…… 35

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Menurut Umur……….. 39

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Skala Rasa Percaya Diri……… 41

Tabel 4.3 Skor Rasa Percaya Diri……… 42

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Rasa Percaya Diri……… 43

Tabel 4.5 Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai matematika yang bagus... 42

Tabel 4.6 Malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan... 43

Tabel 4.7 Merasa tertantang mengerjakan soal-soal matematika………... 43

Tabel 4.8 Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus... 44

Tabel 4.9 Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan teman-teman... 44

Tabel 4.10 Merasa teman-teman lebih menguasai rumus matematika dibandingkan dirinya... 45

Tabel 4.11 Senang jika ditunjuk menjadi perwakilan kelas dalam mengikuti perlombaan matematika………... 45

Tabel 4.12 Memamerkan nilai matematika yang bagus kepada teman yang kurang pintar... 46

Tabel 4.13 Menjelaskan penyelesaian matematika kepada teman yang belum paham... 46

Tabel 4.14 Dalam berkelompok pelajaran matematika berbaur dengan siapa saja tanpa menghiraukan kemampuannya... 47

Tabel 4.15 Pasif berdiskusi dalam kelompok matematika... 47 Tabel 4.16 Bersikap malas dalam menghitung karena lama sehingga menggunakan 48


(14)

vii

bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan di antara mata pelajaran

lainnya... 49

Tabel 4.19 Mengerjakan latihan-latihan yang berkaitan dengan matematika di rumah... 49

Tabel 4.20 Anggapan bahwa matematika itu berkenaan dengan rumus-rumus dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata... 50

Tabel 4.21 Anggapan bahwa pelajaran matematika berhubungan dengan pelajaran lain... 50

Tabel 4.22 Merasa belajar matematika adalah sia-sia karena merupakan pelajaran yang abstrak dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari... 51

Tabel 4.23 Anggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membingungkan... 51

Tabel 4.24 Merasa matematika adalah pelajaran yang abstrak, sulit dipahami dan rumit untuk dipecahkan... 52

Tabel 4.25 Matematika itu hanya digunakan untuk menghitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian saja... 52

Tabel 4.26 Merasa terbantu dengan pelajaran matematika untuk membantu ibu menghitung belanjaan... 53

Tabel 4.27 Matematika mempunyai manfaat yang besar di kehidupan nyata... 53

Tabel 4.28 Matematika melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan... 54

Tabel 4.29 Cuek dengan kebenaran pada suatu rumus dalam matematika... 54

Tabel 4.30 Merasa lebih teliti, cermat, sabar dan tekun dalam bertindak setelah berlajar matematika... 55

Tabel 4.31 Mampu memahami soal matematika dalam bentuk cerita dengan baik... 55

Tabel 4.32 Matematika hanya ilmu hitung yang tidak bisa membentuk karakter teliti, cermat, sabar, tekun dan lainnya... 56


(15)

viii

Tabel 4.37 Perincian Hasil Korelasi Rasa Percaya Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa... 61


(16)

xi

2. Uji Coba Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ... 69

3. Data Uji Coba Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa... 72

4. Uji Validitas Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ...73

5. Soal UAS Genap Matematika Kelas V TA. 2015/2016 ...75

6. Kunci Jawaban UAS Genap Matematika Kelas V TA. 2015/2016...79

7. Kisi-Kisi Angket Rasa Percaya Diri Siswa ... 80

8. Angket Rasa Percaya Diri Siswa ...81

9. Data Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa ...84

10. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi ...85

11. Surat Bimbingan Skripsi...86

12. Surat Izin Observasi...87

13. Surat Keterangan Observasi ... 88

14. Surat Izin Penelitian ...89

15. Surat Keterangan Penelitian ...90

16. Uji Referensi Penelitian ...91


(17)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Menurut Undang-Undang RI tahun 2003,1 ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sehingga pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk menumbuhkan pengetahuan. Dimana pendidikan itu sendiri sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karya, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan).

Menurut Morris Kline yang dikutip oleh Lisnawaty Simanjuntak, bahwa jatuh bangun suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika.2Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan manusia sehari-hari telah menunjukkan hasil yang nyata. Metode matematis juga memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa matematika berguna dan erat kaitannya dengan segala segi kehidupan manusia, khususnya bagi pelajar. Namun ironisnya, matematika dianggap sebagai momok bagi

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional.8 Juli 2003.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta

2

Lysnawaty Simanjuntak,Metode Mengajar Matematika,(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993). h.64


(18)

pelajar.3 Abdurrahman menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit bagi para siswa, baik bagi mereka yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan belajar.4 Menurut Surya yang dikutip oleh Novita dan Anita, anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sudah melekat pada sebagian besar siswa, sehingga pada saat menghadapi pelajaran matematika siswa menjadi malas untuk berpikir.5 Selain karena gambaran yang telah melekat pada diri siswa tentang matematika, guru juga berpengaruh terhadap munculnya anggapan siswa bahwa matematika adalah momok.

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah belajar. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut secara fisik, tetapi juga dari segi psikis. Bila hanya fisik anak aktif, tetapi pikiran, mental dan rasa percaya dirinya kurang, maka kemungkinan tujuan pembelajarannya tidak tercapai.6

Oleh karena itu keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari persiapan peserta didik dan persiapan para tenaga pendidik. Seorang guru harus bisa menumbuhkan semangat dan percaya diri kepada siswanya agar mereka termotivasi untuk mengembangkan potensinya terutama dalam pelajaran matematika. Siswa yang memiliki rasa percaya diri akan antusias, memiliki tekad, proaktif, tekun, rajin dan pantang menyerah.7 Jika sudah tertanam rasa percaya diri pada siswa maka siswa merasa senang, tidak terbebani dan dengan penuh perhatian mengikuti pelajaran matematika.

3

Novita Eka Indiyani dan Anita Listiara, Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika,Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006. h. 11

4

Maman Abdurrahman,Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian,(Bandung : CV Pustaka Sedia, 2011). h. 252

5

Novita Eka Indiyani dan Anita Listiara, op.cit. h. 15

6

Syaiful Bahri Djamarah,Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997). h. 44

7


(19)

Menurut Hakim8, “percaya diri adalah suatu keyakinan positif seseorang untuk mengelola kekurangan dan kelebihan yang ada pada aspek kepribadiannya untuk mencapai tujuan didalam hidupnya”. Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang. Percaya diri timbul dalam diri pribadi seseorang melalui proses belajar, memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Jadi, percaya diri merupakan hasil dari proses pembelajaran dan lingkungan. Kurangnya percaya diri menyebabkan peserta didik merasa rendah diri dan gagal mencapai tujuan didalam hidupnya.

Berdasarkan pengertiannya, percaya diri terbentuk dari proses pemikiran, emosi, pembelajaran dan lingkungan yang seiring berjalan dengan proses perkembangan peserta didik. Keyakinan positif dari percaya diri untuk bertindak dan berhasil membuat peserta didik optimis terhadap tujuan belajarnya. Secara bertahap, percaya diri dapat menumbuhkan kemandirian peserta didik untuk melakukan tugas-tugasnya dan segala sesuatu yang baik dengan kemauan sendiri dan penuh kesadaran.

Berdasarkan observasi awal di Sekolah Dasar Negeri Kramat Jati 19 Pagi diperoleh fenomena peserta didik yang tampil didepan kelas kurang cerdas, mudah gugup, cemas dan takut terutama apabila diperintah oleh guru mengerjakan tugas di depan kelas disaksikan teman-temannya. Sebelum berada di depan kelas peserta didik sudah mulai gelisah, konsentrasi yang dipersiapkan sebelumnya hilang, situasi berubah, ketegangan menyelimuti perasaan para peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa kondisi percaya diri peserta didik sangat kurang. Gejala kurang percaya diri tampak jelas seperti bicara tergagap-gagap, gugup, wajah tampak pucat, berkeringat dan gemetar. Pola pikir dan inisiatif peserta didik tampak kurang berkembang, ketidakmandirian tampak membuat peserta didik tidak memiliki kekuatan mental untuk melawan kelemahan dan kekurangannya. Sehingga untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut, peserta didik melampiaskan ketidaktertarikannya dengan berbagai macam tingkah laku seperti

8

Thursan Hakim,Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta : Puspa Swara, 2002). h. 8


(20)

mengganggu teman, bercanda, menyontek dan cenderung menghindari berbagai kegiatan lainnya.

Menurut guru di SDN Kramat Jati 19 Pagi yaitu Ibu Asmita menyatakan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan hanya sekitar 40% dari jumlah peserta didik 42 orang. Siswa kelas V masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Sebagian besar siswanya belum memiliki rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas, sehingga siswa cenderung meminta bantuan teman dalam menyelesaikan tugasnya. Siswanya masih memiliki anggapan bahwa jika memang soal tersebut sulit dikerjakan, maka tidak akan pernah mampu dikerjakan.

Anggapan yang keliru tersebut haruslah diluruskan dengan mengembangkan keyakinan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini harus ditanamkan sejak siswa mengenal matematika yaitu pada saat siswa duduk di Sekolah Dasar. Keyakinan siswa terhadap matematika diharapkan dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Apabila siswa sudah memiliki rasa percaya diri, maka diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.

Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar matematika. Perubahan ini berupa pemahaman konsep-konsep matematika dan juga kemampuan menggeneralisasikan berbagai bentuk pengetahuan setelah memperoleh pengalaman belajar matematika. Karena belajar matematika yang baik tidak diperoleh begitu saja, semuanya membutuhkan perjuangan, baik perjuangan fisik, psikologis maupun sosial. Faktanya, hanya mereka yang mampu mempertahankan eksistensinya, dalam arti memiliki kepercayaan diri yang kuat yang mampu memiliki hasil belajar yang baik. Rasa tidak percaya diri dan kurang yakin terhadap kemampuan diri sendiri dapat memberikan dampak negatif terhadap prestasi belajar.

Uraian permasalahan diatas, penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan tersebut, antara lain:

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika.

2. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami keterkaitan antarkonsep matematika.

3. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.

4. Kurangnya keyakinan atau rasa percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika.

5. Adanya anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. 6. Kurangnya variasi dalam model dan strategi pembelajaran matematika

yang digunakan oleh guru mata pelajaran matematika. 7. Siswa yang mencapai ketuntasan masih rendah.

8. Kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh percaya diri siswa terhadap prestasi belajar matematika.

1. Percaya diri merupakan sikap positif yang dimiliki seorang individu yang membiasakan dan memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya untuk meraih apa yang diinginkannya.9

2. Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan

9


(22)

motorik.10 Prestasi belajar yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar kognitif siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar tingkat rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika? 2. Seberapa besar prestasi belajar siswa yang memiliki rasa percaya diri

dalam belajar matematika?

3. Apakah terdapat hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.

2. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.

3. Untuk mengkaji hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah terdapat hubungan rasa percaya diri dengan prestasi belajar matematika siswa dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian, teknik analisis atau mungkin populasi yang berbeda sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

10

Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004). h. 101


(23)

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis penelitian ini adalah: a. Manfaat bagi guru Matematika

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah yang efektif di dalam proses belajar mengajar.

b. Manfaat bagi siswa

Akan mendorong siswa untuk memiliki rasa percaya diri sehingga memberikan prestasi yang memuaskan.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam bidang pendidikan serta penulisan ilmiah.


(24)

8 A. Landasan Teori

1. Hakikat Rasa Percaya Diri a. Pengertian Rasa Percaya Diri

“Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya”.11 Menurut Dimyati dan Mudjiono, Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.12

Orang yang percaya diri memiliki rasa optimis dengan kelebihan yang dimiliki dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi untuk mengembangkan kelebihan yang dimilikinya bukan dijadikan penghambat atau penghalang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana pendapat Loekmono bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki keyakinan terhadap segala aspek kelebihan dirinya sehingga mampu mengatasi ketakutan dan kecemasan dirinya.13

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa ia merasa memiliki kompetensi, yakin mampu percaya bahwa dia bisa 11

Thursan Hakim, op.cit,. h. 6

12

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009). h.

13

L. Loekmono, Rasa Percaya Diri pada Diri Sendiri, (Salatiga: Universitas Satya Wacana, 1983). h. 3


(25)

karena dukungan oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Menurut Lauster, rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri.14

Rasa percaya diri tidak akan tumbuh secara langsung melainkan melalui suatu proses yang positif. Proses yang positif tersebut didapatkan dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun sekolah merupakan salah satu proses yang positif untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Karena guru akan menanamkan keyakinan dalam diri siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa baik dari sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian rasa percaya diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya.

“Rasa percaya diri merupakan sikap mental optimisme dari kesanggupan anak terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan segala sesuatu dan kemampuan diri untuk melakukan penyesuaian diri pada situasi yang dihadapi”.15 Jadi rasa percaya diri sangat penting untuk dimiliki siswa. Karena siswa yang percaya diri berarti dapat menyelesaikan segala tugas maupun latihan yang diberikan oleh guru dengan keyakinan dan kemampuan diri yang dimilikinya. Sehingga siswa pun akan merasa puas dengan hasil pekerjaan yang didapatkannya.

Menurut Taylor yang dikutip oleh Sri Wahyuni bahwa rasa percaya diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan yang

14

Siska, Sudardjo dan Esti H.Y, Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa,Jurnal Psikologi 2003 No. 2, h. 69

15

Hendra Surya,Percaya Diri itu Penting : Peran orang tua dalam membangun percaya diri anak,(Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2007). h. 57


(26)

dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu.16

Keyakinan itulah yang melahirkan keinginan dan tekad. Misalnya saya ingin mendapat nilai ujian yang bagus, maka saya akan berusaha secara maksimal sampai tujuan saya tercapai dengan cara belajar yang lebih giat. Sikap ini termasuk antara lain ekspresi keyakinanya dalam menghadapi tantangan atau masalah, keputusannya dalam merealisasikan ide atau gagasan dan ketangguhannya dalam menangani kegagalan.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan individu akan kemampuan yang dimilikinya dan menempatkan dirinya untuk melakukan hal-hal positif yang membuat dirinya merasa mampu meraih kesuksesan tanpa bergantung kepada orang lain serta berani dan yakin menghadapi tantangan maupun kegagalan sehingga dapat mencapai target tertentu. b. Ciri-Ciri Perilaku Rasa Percaya Diri

Untuk mempermudah diperolehnya gambaran tentang apa dan bagaimana yang dimaksud dengan individu yang memiliki rasa percaya diri, maka perlu diketahui ciri-cirinya.

Menurut Hambly17 seseorang yang mempunyai kepercayaan diri mampu menangani segala sesuatu dengan tenang, sedangkan Loekmono18menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap dan kepercayaan yang optimis bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh Winataputra19, perilaku seseorang yang mempunyai keyakinan akan kemampuan diri adalah mereka akan menghindari situasi-situasi yang

16

Sri Wahyuni, Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi, eJournal Psikologi 2014 Volume 2 No. 1. h. 54

17

K. Hambly,Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri, (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1995). h. 3

18

Loekmono, op.cit,. h. 36

19

Udin S Winataputra,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008). h. 32


(27)

diyakini akan melampaui kemampuannya dalam mengatasi situasi tersebut dan akan melibatkan diri dalam situasi yang diyakininya mampu ditanganinya.

Adapun menurut Guilford, ciri-ciri rasa percaya diri dapat dinilai melalui tiga aspek, yaitu :

a) Merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan,

b) Merasa diterima oleh lingkungannya, individu merasa kelompok atau orang lain menyukainya,

c) Memiliki ketenangan sikap, individu tidak gugup dalam melakukan atau mengatakan sesuatu,20

Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai berikut:

a) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,penerimaan ataupun hormat dari orang lain.

b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri

d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)

e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain)

f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya

20

Tina Afiatin & Budi Andayani. Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan Diri Remaja, 1996. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada No. 223. h.. 24


(28)

g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.21

Lauster juga mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri, yaitu :

a) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.

b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan orang lain.

c) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya.

d) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.22

Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a) Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan, hal ini didasari oleh adanya sikap optimis dan cara berpikir yang poitif, yakin akan kemampuan yang dimilikinya, berani mengambil keputusan dan melakukan penilaian dengan mandiri dimana individu tidak selalu membutuhkan dukungan orang lain, dan

21

Enung Fatimah,Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik), (Bandung: Pustaka Setia, 2010). h. 149-150

22


(29)

bertindak aktif dalam lingkungan serta mampu mengadakan perubahan di lingkungannya.

b) Merasa diterima oleh kelompoknya, individu merasa kelompok atau orang lain mengakuinya, tidak berlebihan dalam bertindak, dan tidak mementingkan diri sendiri, serta merasa puas atas dirinya dan atas kebersamaan dalam kelompoknya.

c) Memiliki ketenangan sikap, individu tidak guup dalam melakukan atau mengatakan sesuatu, mampu bekerja secara efektif, memiliki perencanaan dan tujuan yang jelas untuk menghadapi masa depan serta cukup toleran terhadap situasi.

c. Percaya Diri dalam Matematika

Margono membagi rasa percaya diri seseorang terhadap matematika menjadi tiga komponen23. Tiga komponen yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, yaitu dalam menghadapi kegagalan atau keberhasilan dan dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya.

2. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, yaitu tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya dan tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika.

3. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri, yaitu matematika sebagai sesuatu yang abstrak, matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna, matematika sebagai suatu seni, intuisi, analisis, dan rasional, serta matematika sebagai kemampuan bawaan.

23

Gaguk Margono,Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya Diri Mahapeserta didik terhadap Matematika, JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 12, Nomor 1, (Februari 2005). h. 48


(30)

Pendapat Margono tentang indikator kepercayaan diri dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut24:

Tabel 2.1

Indikator Kepercayaan Diri

No. Faktor Indikator

1. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya

a. Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan keberhasilan b. Percaya diri dalam bersaing dan

dibandingkan dengan teman-temannya

2. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan

a. Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya.

b. Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika

3. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri. (matematika sebagai ilmu)

a. Matematika sebagai sesuatu yang abstrak.

b. Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna.

c. Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional.

d. Matematika sebagai suatu kemampuan bawaan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Rasa tidak percaya diri dapat terjadi melalui proses panjang yang dimulai dari faktor pendidikan keluarga. Menurut Thursan dan Rini25, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain sebagai berikut:

24

Ibid,h. 48

25


(31)

1) Rasa percaya diri sangat dipengaruhi oleh pendidikan keluarga, sebab dari keluarga terbentuk berbagai aspek kepribadian.

2) Lingkungan juga mempengaruhi terbentuknya rasa percaya diri seseorang sehingga dalam kehidupan sosialnya dapat terlihat antara individu yang memiliki percaya diri dan yang tidak memiliki percaya diri.

3) Pemahaman terhadap lingkungan diri sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Bila individu mempunyai pemahaman negatif terhadap diri sendiri justru akan memperkuat rasa tidak percaya diri. Namun, apabila individu memandang positif terhadap diri sendiri maka akan memperkuat rasa percaya diri.

Dari penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri ada tiga, yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, dan faktor pemahaman akan kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

2. Hakikat Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Menurut Gagne dikutip oleh Ratna Wilis Dahar, “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.26

Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan

26

Ratna Wilis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta : Erlangga, 2011). h. 2


(32)

penyesuaian diri. Sebagaimana yang dikatakan Slameto, “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.27

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, baik itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang didalamnya terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-stimulus dan respons-respons yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Menurut Riyanto, “belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi”.28

Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Sehingga pengalaman yang diberikan dan dialami siswa menghasilkan perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku potensial bila dibandingkan tingkah laku sebelumnya.

Pendapat lain dikemukakan Hamalik bahwa “belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita”.29 Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang

27

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h. 2

28

Yatim Riyanto,Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009). h.6

29

Oemar Hamalik,Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2000). h.45


(33)

belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang memperoleh perubahan tingkah laku yang ada dalam dirinya sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang bersifat relatif konstan dan berbekas. b. Pengertian Prestasi Belajar

Surya berpendapat bahwa “prestasi merupakan hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.30 Sedangkan menurut Suryabrata, prestasi adalah “nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu”.31 Sejalan dengan pendapat tersebut, Syah mengemukakan bahwa “prestasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.32

Berdasarkan kesimpulan dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari usaha atau tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan belajar siswa selama masa tertentu dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dengan adanya prestasi tersebut, maka siswa dapat melihat seberapa jauh kemampuan yang diperolehnya dalam proses belajar mengajar.

Dari proses belajar mengajar itu diharapkan terjadi perubahan-perubahan dan itulah yang dinamakan hasil belajar yang

30

Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004). h. 75

31

Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011). h. 297

32

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). h. 141


(34)

akan membentuk prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Prestasi belajar dapat diukur berdasarkan pada besarnya rentang perubahan hasil belajar yang dicapai sebelum dan sesudah siswa mengikuti kegiatan belajar. Saifudin Azwar berpendapat bahwa prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.33

Menurut Eva Latipah, prestasi belajar menunjukkan pada kinerja belajar seseorang yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh.34 Pendapat tersebut sejalan dengan Pranowo “prestasi belajar adalah hasil pengukuran dan penilaian atau suatu kecakapan nyata yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur dengan lisan maupun tertulis dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau huruf setelah dievaluasi”.35 Jadi prestasi belajar itu terwujud karena adanya perubahan selama beberapa waktu yang disebabkan oleh adanya situasi belajar. Dimana prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru melalui tugas atau serangkaian evaluasi lainnya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan hasil akhir yang didapat setelah melakukan proses belajar. Melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu 33

Saifudin Azwar,Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996). h. 44

34

Eva Latipah, Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta Analisis,Jurnal Psikologi Volume 37, No. 1, Juni 2010. h. 115

35

Harry Pranowo dan Annisa Ratna Sari, Pengaruh Persepsi Siswa tentang metode mengajar guru dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan dan Akuntansi Indonesia vol.II no.1. Penerbit: Jurusan Pend. Akuntansi UNY, 2013. h. 105


(35)

maka prestasi baru didapatkan. Dimana prestasi belajar itu dapat terlihat dari hasil raport yang diperoleh setiap akhir semester.

c. Pengertian Matematika

Menurut Sumantoro, Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antarkonsep dalam Matematika bersifat kuat dan jelas.36

Adapun Manfaat berpendapat bahwa “Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk”.37 Dalam lintasan perkembangannya, Matematika bermula dari ruang lingkup kecil dan sederhana yang hanya menelaah tentang bilangan (hitung) dan ruang. Dan pada saat sekarang kita saksikan perkembangannya yang demikian pesat, hingga menjadi sebuah ilmu yang menelaah pengertian-pengertian dengan abstraksi yang tinggi.

Sedangkan menurut James yang dikutip oleh Hasratuddin, “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri”.38 Selain itu menurut Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, Matemataika merupakan ilmu struktur, urutan (order) dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek .39

36

Sumantoro, dkk, Silabus Sains, Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa Indonesia untuk Kelas 1 Sekolah Dasar,(Yogyakarta : Kanisius, 2007). h. 17

37

Budi Manfaat,Membumikan Matematika, (Jakarta: Eduvision Publishing, 2010). h. 148

38

Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika, Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. h. 132

39

Catur Supatmono, Matematika Asyik,(Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009). h. 7-8


(36)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan-bilangan melalui prosedur operasional dalam penyelesaiannya yang diwujudkan dalam bentuk lambang-lambang atau simbol serta penalarannya bersifat dedukatif serta memerlukan objek yang konkrit berupa media ataupun alat peraga agar mudah dimengerti.

Adapun tujuan pembelajaran Matematika dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi problem solver). Hal ini dapat dicapai apabila dalam pembelajaran menerapkan prinsip pembelajaran matematika dua arah. Anak-anak akan dapat menguasai konsep-konsep Matematika dengan baik.

2) Anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama).40

Hasratuddin berpendapat bahwa tujuan pembelajaran Matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan :

1) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika, 2) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

3) Mongkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,

4) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

40

Fatimah,Fun Math : Matematika Asyik Dengan Metode Pemodelan, (Bandung : PT Mizan Pustaka). h. 15


(37)

dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.41

Sedangkan dalam Silabus Sains, Pengetahuan Sosial, Matematika, Bahasa Indonesia untuk Kelas 1 Sekolah Dasar, pembelajaran Matematika bertujuan melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten.42

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika adalah siswa dapat berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Matematika di kehidupannya.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Proses belajar Matematika dilakukan secara kontinyu dan anak didik sering dibimbing dan diarahkan serta diberi tugas dan latihan, dengan catatan dalam menyampaikan Matematika dengan cara yang menarik dan menyenangkan, sabar, tidak otoriter dengan tujuan agar prestasi belajar Matematika baik.

Prestasi belajar Matematika merupakan perwujudan dari proses keberhasilan pembelajaran Matematika yang dicerminkan dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik seseorang setelah mendapatkan pengalaman belajar Matematika.

Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono, “keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa”.43 Dengan demikian keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar distribusi bagi siswa. Keberhasilan belajar matematika siswa berarti tercapainya tujuan belajar Matematika yaitu tercapainya prestasi belajar Matematika yang diharapkan. Jelaslah bahwa seseorang yang sudah belajar tidak sama 41

Hasratuddin, op.cit., h. 134-135

42

Sumantoro, dkk, op.cit., h.17

43


(38)

keadaannya dengan saat kita yang belum belajar. Perbedaannya antara sebelum dan sesudah mendapatkan pengalaman belajar, itulah yang dimaksud prestasi belajar.

Seperti dikemukakan diatas, bahwa yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil akhir dari proses belajar yang dicapai melalui evaluasi. Jika evaluasi pada bidang Matematika, maka hasil akhir yang didapat adalah prestasi belajar Matematika.

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar Matematika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang digolongkan menjadi dua golongan44, yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang ada diluar individu, antara lain: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasiguru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Sedangkan menurut Purwanto faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu45:

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara

44

Slameto, op.cit., h. 54

45


(39)

mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Selanjutnya Sumadi Suryabrata mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut46:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), terdiri dari : a. Faktor non-sosial dalam belajar

Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga)

b. Faktor sosial dalam belajar

2) Faktor - faktor yang berasal dari dalam diri (internal), terdiri dari : a. Faktor fisiologi dalam belajar

Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.

b. Faktor psikologi dalam belajar

Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1) Faktor internal, yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor

46


(40)

masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

B. Kerangka Berpikir

Rasa percaya diri terkait matematika menurut Mc. Leod merupakan keyakinan tentang kompetensi diri dalam matematika dan kemampuan seseorang dalam matematika yang merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih mengerjakan soal matematika. Prestasi belajar merupakan hasil akhir yang didapat setelah melakukan proses belajar. Melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu maka prestasi baru didapatkan.

Percaya diri memilki peran yang cukup penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Melalui percaya diri siswa dapat berfikir secara original yaitu berfikir, aktif, agresif dalam memecahkan suatu masalah, bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil, mampu menangkap fakta dan realita secara obyektif yang didasari kemampuan dan keterampilan. Tingginya tingkat percaya diri juga menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang didapat optimal. Jadi semakin tinggi rasa percaya diri siswa semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teoritis dan kerangka berpikir diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan yang kuat antara rasa percaya diri dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati

D. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap peneliti-peneliti terdahulu. Dari hasil penelusuran peneliti terdahulu, peneliti merujuk kepada penelitian yang diteliti oleh:


(41)

1. Linda Nur Afifah (NIM : 58451079), mahasiswi Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2012,dengan judul “Hubungan Antara Sikap Percaya Diri dengan Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Darul Musyawirin Kabupaten Cirebon”. Tujuan dari penelitian adalah untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar Matematika siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Hasil penelitian menunjukkan t hitung > t table (7,356 > 1,991) dan signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara rasa percaya diri dengan hasil belajar matematika siswa nilai korelasi sebesar 0,64. Hal ini menunjukkan nilai korelasi yang kuat.

2. Mustofa Rifki (NIM : 03160015), mahasiswa Fakultas Tabiyah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Negeri Malang pada tahun 2008, dengan judul “Pengaruh Percaya Diri terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Almaarif Singosai Malang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa serta pengaruhnya rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan sampel sebanyak 80 responden. Kesimpulan yang dihasilkan percaya diri merupakan faktor yang mendominasi atau yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dengan demikian terdapat pengaruh antara kepercayaan diri terhadap prestasi belajar Matematika. Hal ini diperoleh dari data yang ditunjukan dengan t hitung = 3,15 dan t tabel = 1,99 maka t hitung > t tabel. Sedang nilai R Squere sebesar 0,113 berarti bahwa variabel bebas percaya diri (X) mampu menerangkan variabel terikat prestasi belajar (Y) sebesar 11,3 % sedangkan sisanya sebesar 88,7 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

3. Siti Nur Deva Rachman (NIM : 105015000652), mahasiswi Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial pada tahun 2010, dengan judul “Hubungan Tingkat


(42)

Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar (Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Product Moment dan koefisien korelasi yang didapat antara variabel X dan Y sebesar 0,755 artinya terdapat hubungan yang positif antara rasa percaya diri dengan hasil belajar.


(43)

27 A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 19 Pagi Kramat Jati yang bertempat di Jl. BB Pasar Hek Rt 003/011, Kecamatan Kramat Jati, Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai bulan September 2015.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun variabel bebas (X) adalah rasa percaya diri siswa sedangkan variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian di bedakan menjadi dua, yaitu populasi secara umum, dan populasi target. Populasi secara umum adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kwalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.47 Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran kesimpulan penelitian.48 Populasi secara umum dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SDN Kramat Jati 19 Pagi. Adapun populasi target dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa SDN Kramat Jati 19 Pagi yang telah yang berada dibangku kelas V. Untuk

47

Sugiyono,Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), (Bandung: Alfabeta, 2013). h. 61

48


(44)

lebih jelasnya, populasi dalam penelitian ini disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Distribusi Unit Populasi

Kelas Jumlah Siswa Total

Pria Wanita

VA 13 8 21

VB 11 10 21

Jumlah 24 18 42

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.49Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 42 orang atau total sampling. Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh populasi yang disebut juga sampel total, sesuai dengan pendapat Arikunto bahwa “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.50

D. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,51 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif berupa metode ekspos fakto karena para peneliti berhubungan dengan variabel yang telah terjadi dan mereka tidak perlu memberikan perlakuan terhadap

49

Sugiyono, op.cit., h. 118

50

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). h. 134

51


(45)

variabel yang diteliti,52 yaitu dengan menggunakan angket atau kuisioner53dengan jenis kuisioner tertutup54.

2. Desain Penelitian

Agar lebih mudah diamati, peneliti memberikan desain penelitian sebagai berikut:

Keterangan:

X : Rasa Percaya Diri Siswa Y : Prestasi belajar Matematika

r : Hubungan antara variabel X dan variabel Y E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti penggunakan beberapa instrumen penelitian, antara lain sebagai berikut :

1. Angket

Angket atau sering disebut juga kuisioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Arikunto memaparkan “angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.55

Teknik pengumpulan data yang paling utama digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui angket. Penggunaan teknik angket diharapkan dapat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dengan cara tidak

52

Hamid Darmadi,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 35

53

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 194

54

Kuisioner tertutup, yaitu angket atau kuisioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto, op.cit.,h. 195

55

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 194

r

Y

X

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(46)

memberikan pertanyaan atau jawaban secara langsung. Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstuktur dengan bentuk jawaban tertutup dimana jawabannya telah tersedia dan responden menjawab setiap pertanyaan dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket dengan model skala likert ini akan memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan yang telah disediakan dalam angket tersebut. Sugiyono mengemukakan “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.56 Skala model likert dalam penelitian ini menggunakan skala rentang penilaian (selalu, sering, jarang, tidak pernah).

2. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.57 Observasi yang dimaksud dalam teknik pengumpulan data ini ialah observasi yang digunakan sebagai metode pembantu dengan tujuan untuk mengamati bagaimana sikap dan perilaku siswa saat proses pembelajaran matematika dari awal pembelajaran hingga akhir serta keadaan sekolah secara umum.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.58 Peneliti mengambil data prestasi belajar Matematika siswa melalui nilai UAS Matematika siswa kelas V SDN 19 Pagi Kramat Jati. Adapun soal UAS Matematika sudah teruji kevalidannya karena soal tersebut digunakan di seluruh sekolah dasar Kecamatan Kramat Jati.

56

Sugiyono, op.cit., h. 134

57

Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994). h. 76.

58

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1. h. 175.


(47)

F. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.59Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen Angket

Instrumen angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri siswa pada mata pelajaran matematika. Angket ini mengadopsi dari pendapat Margono60 yang membagi rasa percaya diri menjadi tiga komponen. Tiga komponen rasa percaya diri yang diukur adalah kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, dan kepercayaan terhadap matematika itu sendiri.

Dalam penelitian ini, angket rasa percaya diri siswa terdiri dari 35 pernyataan. Bentuk pernyataan yang disusun memuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif adalah pernyataan yang mendukung komponen rasa percaya diri, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang tidak mendukung komponen rasa percaya diri. Hal ini diberikan untuk meminimalkan kecenderungan responden dalam memilih pada salah satu kategori. Adapun kisi-kisi angket tersebut sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Rasa Percaya Diri

No Indikator No. Item Jumlah

Positif Negatif 1 Percaya diri dalam menghadapi

kegagalan dan keberhasilan

1,2,4 3,5 5

2 Percaya diri dalam bersaing dan dibandingkan dengan

6,9 7,8 4

59

Sugiyono, op.cit.,h. 73

60


(48)

teman-temannya

3

Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya

11,12 10,13 4

4 Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika

15,17,18 14,16 5

5 Matematika sebagai sesuatu yang abstrak

19,20 21,22,23 5

6 Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna

25,27 24,26 4

7 Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional

28,30,31 29 4

8 Matematika sebagai suatu kemampuan bawaan

33,35 32,34 4

Jumlah 21 14 35

2. Instrumen Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah pada saat penelitian pendahuluan, dan sebagai pendukung hasil angket yang telah dilakukan pada saat penelitian. Pedoman observasi ini diberlakukan di kelas V-A dan V-B. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No. Observasi Objek Observasi Tempat

1.

Aktivitas Pembelajaran - Siswa kelas V - Guru Kelas V

Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi 2.

Aktivitas Mengajar Guru Kelas V-A dan V-B

Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi 4.

Aktivitas Belajar Siswa kelas V-A dan V-B

Kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi


(49)

3. Instrumen Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah salah satu teknik penunjang dalam pengumpulan data dengan menghimpun dokumen-dokumen yang dapat mendukung serta melengkapi data penelitian. Data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu daftar nilai UAS matematika kelas V SDN Kramat Jati 19 Pagi tahun ajaran 2015-2016.

G. Teknik Pengolahan Analisa Data 1. Uji Validitas

Berkaitan dengan pengujian validitas Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.61 Jadi, Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang seharusya diukur.

Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi dengan menggunakan pendapat ahli. Expert judgement ini digunakan untuk instrument penelitian berupa tes prestasi belajar. Sedangkan instrument angket menggunakan teknik uji validitas empirical validity,

dimana angket yang digunakan diujikan kepada sampel yang bukan sampel penelitian kemudian skor-skor yang diperoleh dari tes angket tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasiProduct Moment

dari Karl Pearson.

r = n xy x y

n x ( x) n y ( y) Sumber : Arikunto62

61

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211

62


(50)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden

x = Skor butir soal yang dihitung validitasnya y = Skor total

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto63 reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal konsistensi dengan menggunakan Cronbach’sAlpha.

( )

Sumber : Sugiyono64 Keterangan :

k = Mean Kuadrat antara subyek = Mean Kuadrat kesalahan = Varians total

3. Uji Korelasi Spearman Rank

Untuk menguji hubungan dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering disebut juga uji korelasi Spearman Rank. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrumen penelitian menggunakan skala likert yang hasilnya berupa data ordinal atau berjenjang. Adapun rumus Spearman Rank yaitu :

= 1 6

( 1) Sumber : Sugiyono65

63

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 221

64


(51)

Keterangan :

ρ= Koefisien korelasi Spearman Rank n = banyaknya ukuan sampel

= jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dengan rank variabel Y

4. Uji - t

Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi dihitung signifikansinya pada rumus uji-t sebagai berikut :

= 2 1 Keterangan:

t = uji signifikansi korelasi

ρ= koefisien korelasi Spearman Rank

n= banyaknya ukuran sampel

Setelah nilai t hitung diketahui dari uji signifikansi korelasi, selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai t table untuk pengujian terhadap hipotesis penelitian.

Jika t hitung > t tabel maka H0ditolak dan H1diterima dan apabila t hitung < t tabel maka H0diterima dan H1ditolak. Untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interpretasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman untuk koefisien korelasi yang sesuai dengan pendapat Sugiyono66

Tabel 3.4

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

65

Sugiyono, op.cit., h. 229

66


(52)

0,60-0,799 Kuat 0,80-1,00 Sangat kuat

H. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan dianalisis untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian. Adapun, tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi atau penyebaran data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Apabila distribusi data normal, maka disarankan untuk menggunakan uji parametrik dan jika distribusi data tidak normal maka disarankan untuk menggunakan uji nonparametrik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil data yang didapat dari penelitian. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Spearman Rank dengan bantuan SPSS.

Kriteria pengujiannya adalah:

(a) thitung> ttabelmaka H0ditolak dan H1diterima (b) thitung< ttabelmaka H0diterima dan H1ditolak.


(53)

37

1. Sejarah Singkat SDN Kramat Jati 19 Pagi

Sekolah Dasar Negeri Kramat Jati 19 Pagi adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Jl. BB Pasar Hek RT 013/011 Kecamatan Kramat Jati Kelurahan Kramat Jati Jakarta Timur. SDN ini memiliki status mutu reguler yang masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah. Pemimpin pada sekolah ini sudah sering berganti, hingga pada tanggal 19 Desember 2014 sekolah ini dipimpin oleh Ibu Suminah, S.Pd.

SDN Kramat Jati 19 Pagi ini terakreditasi A dengan Nomor SK Akreditasi 145/BAP-/M/DKI/2013, berlaku hingga tanggal 18 Oktober 2018. Bangunan SDN ini dibangun sejak tanggal 1 Desember 1977 dan direnovasi pada tanggal 27 Agustus 2012. Guru pengajar yang terdapat di sekolah ini sebanyak 12 orang guru pengajar. Kondisi lingkungan sekitar sekolah dalam keadaan baik. Gedung sekolah ini sebelumnya terdiri dua sekolah dasar yaitu SDN Kramat Jati 19 Pagi dan SDN Kramat Jati 20 Pagi, disebabkan oleh pertukaran guru dan kepala sekolah maka ditetapkan untuk menggabung dua sekolah tersebut menjadi satu. Karena siswa SDN 20 lebih sedikit jumlahnya dibandingkan SDN 19 Pagi, maka siswa SDN 20 Pagi digabung dan menjadi rombongan belajar kedua. Sehingga masing-masing kelas terdiri dari dua rombongan belajar, yaitu A dan B namun tidak menutup kemungkinan dua kelas digabung dalam suatu mata pelajaran.

Letak gedung sekolah ini tidak terlalu jauh dari jalan raya namun tetap jauh dari kebisingan kendaraan. Sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Luas bangunan ini adalah 1.890 m2/ 540 m2dengan lapangan terbuka yang cukup luas antara kedua gedung sekolah yang


(54)

digunakan untuk kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Demikian sejarah singkat SDN Kramat Jati 19 Pagi.

2. Visi dan Misi SDN Kramat Jati 19 Pagi

SDN Kramat Jati 19 Pagi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:

• Visi :

Unggul Dalam Prestasi, Santun Dalam Pekerti Berlandaskan Iman dan Budaya Bangsa

• Misi :

 Melaksanakan Pembelajaran dan Bimbingan Secara Efektif dan Efesien

 Menumbuhkan Semangat Keunggulan Secara Intesif Bagi Seluruh Warga Sekolah

 Meningkatkan dan Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana

 Meningkatkan Hubungan Yang Harmonis Antar Stake Holder Yang Terkait

 Menghasilkan Lulusan Yang Berkualitas, Berprestasi, Berbudi pekerti, dan Bertakwa Pada Tuhan Yang Maha Esa.

• Tujuan :

Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan penyelenggaraan SDN Kramat Jati 19 Pagi dapat dijabarkan sebagai berikut :

 Terwujudnya perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

 Terwujudnya sekolah mandiri.

 Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.  Terwujudnya program-program sekolah.

 Terwujudnya lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul karimah dan bertaqwa pada Allah SWT.


(55)

3. Jumlah Siswa Menurut Umur

Adapun jumlah siswa SDN Kramat Jati 19 Pagi secara keseluruhan menurut umurny adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Siswa Menurut Umur

No. Umur

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Tingkat 5

Tingkat 6

Jumlah Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.

1. <6 Tahun

2. 6 Tahun 26 31 57

3. 7 Tahun 35 28 63

4. 8 Tahun 25 10 35

5. 9 Tahun 25 14 39

6. 10 Tahun 3 1 20 18 42

7. 11 Tahun 1 2 2 26 19 50

8. 12 Tahun 2 2 4

9. >12 Tahun

Jumlah 26 31 35 28 25 10 29 15 22 20 28 21 290

Dari data siswa dalam tabel dapat dilihat bahwa jumlah siswa pada tingkat 5 sebanyak 22 orang siswa yang terdiri dari 20 anak berumur 10 tahun dan 2 anak berumur 12 tahun sedangkan banyaknya siswi adalah 20 orang yang terdiri dari 18 anak berumur 10 tahun dan 2 anak berumur 2 tahun. Seluruh siswa tingkat 5 yang berjumlah 42 siswa merupakan responden dalam penelitian ini.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto, uji validitas dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, sehingga alat ukur benar-benar


(56)

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.67 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas instrument angket menggunakan teknik uji validitas empirical validity, dimana angket yang digunakan diujikan kepada responden yang bukan responden penelitian kemudian skor-skor yang diperoleh dari tes angket tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasiProduct Momentdari Karl Pearson.

Adapun responden yang dipilih oleh peneliti adalah siswa kelas V di SDN Kramat Jati 18 Pagi. Peneliti memilih siswa kelas V di sekolah tersebut karena beberapa alasan, yaitu siswa kelas V berjumlah hampir sama banyak dengan responden yang akan diteliti yaitu 40 siswa, sekolah tersebut juga menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah tersebut merupakan rekomendasi dari sekolah asal, dan lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan bantuan SPSS 22 dengan nilai terendah pada skala rasa percaya diri adalah 0,336 dan yang tertinggi adalah 0,655. Seluruh nilai r yang sudah didapatkan dibandingkan dengan derajat bebas. Adapun derajat bebas dengan responden 40 adalah 0,312. Karena db = n-2, 40-2 = 38. Lihat tabel nilai r pada lampiran.

Dari hasil analisis uji validitas skala rasa percaya diri dengan 35 butir, yang diujikan kepada 40 responden terdapat 31 butir yang dinyatakan valid dan 4 butir yang dinyatakan gugur. Untuk meyakinkan peneliti dengan kevalidan seluruh butir angket, maka peneliti menghitung ulang uji validitas tanpa memasukkan butir-butir angket yang tidak valid dan peneliti menemukan satu butir angket yang ttidak valid. Sehingga total angket yang valid adalah berjumlah 30 dan yang tidak valid berjumlah 5. Perincian butir-butir pernyataan angket yang valid dan tidak valid atau gugur adalah sebagai berikut :

67


(57)

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Skala Rasa Percaya Diri

No Indikator No. Item Jumlah

item valid Item Valid Item Gugur

1 Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan keberhasilan

2,3,4,5 1 4

2

Percaya diri dalam bersaing dan dibandingkan dengan teman-temannya

6,7,9 8 3

3

Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-temannya

10,11,12,13 - 4

4 Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi matematika

14,15,16,17 18 4

5 Matematika sebagai sesuatu yang abstrak

19,20, 21,22,23

5

6 Matematika sebagai sesuatu yang sangat berguna

24,25,26 27 3

7 Matematika sebagai suatu seni, analitis, dan rasional

28,29,30,31 - 4

8 Matematika sebagai suatu kemampuan bawaan

32,34,35 33 3

Jumlah 30 4 30

2. Uji Reliabilitas

Dari uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 22, diperoleh hasil yaitu 0,734. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(58)

Dari gambaran output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,906, kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai r tabel dengan nilai N=40. Sesuai pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel sebesar 0,304, maka dapat dilihat bahwa nilai korelasi Alpha > r table artinya butir-butir angket rasa percaya diri siswa dapat dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

C. Analisis Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Analisis Data Rasa Percaya Diri

Deskriptif hasil penelitian yang didapat berdasarkan skor angket kebiasaan belajar siswa. Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Skor Rasa Percaya Diri

Responden Skor Responden Skor

1 65 22 73

2 65 23 78

3 83 24 83

4 60 25 88

5 60 26 90

6 65 27 83

7 65 28 60

8 70 29 65

9 88 30 78

10 73 31 83

11 83 32 60

12 78 33 78

13 88 34 65

14 65 35 75

15 78 36 80

16 90 37 83

17 83 38 70

18 70 39 80

19 93 40 73


(59)

21 65 42 60

Sumber : Hasil analisis 2014

Dari pengolahan data rasa percaya diri siswa mempunyai rentangan 80-112. Dari data tersebut diperoleh perhitungan-perhitungan dengan bantuan program SPSS sebagai berikut:

Statistics

X

N Valid 42

Missing 0

Mean 94.36

Median 93.00

Mode 91a

Std. Deviation 7.987

Variance 63.796

Range 32

Minimum 80

Maximum 112

Sum 3963

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Rasa Percaya Diri

No Kelas

Interval fi fi(%) xi xi

2

fi.xi fi. xi2

1 80-84 5 11,9 82 6724 410 33620

2 85-89 8 19,05 87 7569 696 60552

3 90-94 10 23,81 92 8464 920 84640

4 95-99 5 11,9 97 9409 485 47045

5 100-104 9 21,43 102 10404 918 93636

6 105-112 5 11,9 108,5 11772,25 542.5 58861.25

Jumlah 42 3971.5 378354.3

Sumber : Hasil analisis 2015

Berdasarkan perhitungan data variabel rasa percaya diri siswa di atas, diperoleh nilai terendah 80 dan tertinggi 112; nilai rata-rata 94,36; median 93,00; modus 91; dan simpangan baku 7,987, dan 45,23% siswa yang memiliki


(60)

rasa percaya diri diatas rata-rata. Berikut penulis sajikan hasil angket berdasarkan persentase jawaban.

Tabel 4.5

Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai matematika yang bagus

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 22 12 8 -52,9 28,6 19

-Jumlah 42 100

Keyakinan kalau belajar dengan giat maka akan mendapatkan nilai matematika yang bagus merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri siswa dengan menunjukkan sikap optimisnya akan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Tabel di atas menunjukkan bahwa 52,9% responden menjawab selalu, 28,6% responden menjawab sering, dan 19% menjawab pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu mampu mengerjakan soal matematika dengan baik.

Tabel 4.6

Malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 1 16 7 18 2,38 38,1 16,7 42,9

Jumlah 42 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 2,38% responden menjawab selalu, 38,1%responden menjawab sering, 16,7% responden menjawab pernah, dan


(61)

42,9% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak pernah malas mengulang kembali pelajaran matematika di rumah jika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.

Tabel 4.7

Merasa tertantang mengerjakan soal-soal matematika

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 12 24 1 5 28,6 57,1 2,38 11,9

Jumlah 42 100

Merasa tertantang dalam mengerjakan soal-soal matematika merupakan salah satu bentuk keyakinan diri. Tabel di atas menunjukkan bahwa 28,6% responden menjawab selalu, 57,1% responden menjawab sering, 2,38% responden menjawab jarang, dan 11,9% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering merasa tertantang mengerjakan soal-soal matematika.

Tabel 4.8

Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 1 25 9 7 2,38 59,5 21,4 16,7

Jumlah 42 100

Mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus bukan merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri. Karena siswa yang memiliki sikap tersebut berarti dia memiliki rasa pesimis bukan optimis. Tabel di atas menunjukkan bahwa 2,38% responden menjawab selalu, 59,5%


(62)

responden menjawab sering, 21,4% responden menjawab jarang, dan 16,7% menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sering mencontek saat ulangan matematika untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Tabel 4.9

Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan teman-teman

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 20 18 3 1 47,6 42,9 7,14 2,38

Jumlah 42 100

Keyakinan bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan teman-teman merupakan salah satu bentuk rasa percaya diri siswa. Tabel di atas menunjukkan bahwa 47,6% responden menjawab selalu, 42,8% responden menjawab sering, 7,14% responden menjawab jarang, dan 2,38% menjawan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu yakin bahwa dirinya lebih pintar dalam pelajaran matematika dibandingkan teman-teman.

Tabel 4.10

Merasa teman-teman lebih menguasai rumus matematika dibandingkan dirinya

No. Alternatif Jawaban F %

1. 2. 3. 4. Selalu Sering Jarang Tidak Pernah -2 12 28 -4,76 28,6 66,7


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)