10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Achmad Arfah dan Muslich Anshori dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kesesuaian kompensasi Terhadap Kinerja Dan kepuasan Kerja
Karyawan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam manajemen kinerja performance Management atau Management Employee performance fokus
utama yang menjadi pusat perhatian dan obyek pembahasannya adalah prestasi kerja, kinerja atau unjuk kerja karyawan. Prestasi atau kinerja merupakan tindakan
pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan seseorang dalam kurun waktu dan dapat diukur. Hal ini dapat diperhatikan dengan jumlah kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang dapat diselesaikan individu dalam kurun waktu tertentu. Ada beberapa cara untuk mengukur prestasi kerja, yang secara umum antara lain: I kuantitas kerja,
2 kualitas kerja, 3 pengetahuan tentang pekerjaan, 4 pendapat atau pernyataan yang disampaikan, 5 keputusan yang diambil 6 perencanaan kerja,
dan 7 daerah kerja. Gendut Sukarno dengan penelitian yang berjudul “Peran Kepuasaan Kerja
Sebagai Variabel Intervening Dalam Pengaruh gaya kepemimpinan Dan Penghargaan Terhadap Motivasi Kerja” Motivasi sendiri berkaitan dengan
perilaku individu yang menyangkut perilaku yang dipilih seseorang bila terdapat beberapa alternatif, kekuatan perilaku seseorang setelah melakukan pemilihan
alternatif dan ketetapan perilaku tersebut. Motivasi ditentukan oleh kebutuhan yang terdapat pada diri seseorang dan tujuan dalam lingkungan yang berusaha
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
dicapai. Motivasi sendiri dipengaruhi tiga faktor, yaitu faktor individual, faktor pekerjaan, dan faktor suasana kerja. Interaksi dan ketiga faktor ini menghasilkan
dorongan motivasional pada setiap individu dalam suatu organisasi atau perusahaan.
2.2 Landasan Teori 2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.
Perkembangan pesat yang dialami oleh manajemen baik sebagai ilmu maupun sebagai metode kerja telah memaksa orang-orang yang terlibat
didalamnya untuk mulai berpikir tentang produktifitas, efiensi dan berbagai perangkat teknis lainnya yang akan membawa perusahaan kearah perbaikan. Hal
ini mendasar yang juga terjadi adalah pola pikir manusia yang ada dalam perusahaan. Dimana sejak beberapa waktu yang lalu tenaga kerja yang ada
diperusahaan tidak lagi dipandang sebagai factor produksi yang lain, tetapi lebih “as a human resources”. Perubahan pandangan ini menunjukan betapa
pentingnya sumber daya manusia pada perusahaan. Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha organisasi
mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang organisasi untuk mencapai keberhasilan.sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan
karya, bakat, kreatifitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat
tercapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah modern untuk menggantikan istilah manajemen personalia atau administrasi personalia, karena
beberapa penulis menganggap bahwa ruang lingkup manajemen personalia lebih
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
sempit daripada manajemen sumber daya manusia. Seperti yang telah disebutkan oleh Simamora 2001 ; 3 mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
adalah pendayagunaan, pemgembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan
karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus. Manajemen sumber daya manusia melibatkan
semua keputusan dan praktek manajemen yang secara langsung mempengaruhi sumber daya manusia, orang-orang yang bekerja bagi organisasi.
2.2.2 Kompensasi
B. Siswanto Sastrohadiwiryo : Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, 181 - 182 Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa tentang yang diberikan oleh
perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut hasil penelitian tersebut, kepuasan atas kompensasi yang diterima
tenaga kerja dipengaruhi oleh: 1. Jumlah yang diterima dan jumlah yang diharapkan
2. Perbandingan dengan apa yang telah diterima oleh tenaga kerja lain 3. Pandangan yang keliru atas kompensasi yang diterima tenaga kerja lain.
4. Besarnya kompensasi intrinsik yang diterimanya untuk pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
2.2.2.1 Kriteria Kompensasi
B. Siswanto Sastrohadiwiryo ; Manajernen Tenaga Kcrja Indonesia, 186 - 187 Edward E. Lawler memberikan sepuluh kriteria yang harus dimasukkan
antara lain: 1. Tujuan Sistem Kompensasi
Sistem imbalan harus memiliki tujuan. Sistem imbalan merupakan biaya utama sehingga harus ada manfaatnya. Manfaat tersebut dapat berkisar dan
memberikan motivasi kerja sampai pada memperkuat suasana tertentu dalam perusahaan.
2. Kebijakan Komunikasi Hampir setiap perusahaan memiliki kebijakan komunikasi mengenai sistem
imbalannya. Perlu diberikan perhatian cermat pada kebijakan tersebut karena memiliki pengaruh langsung penting pada efektivitas kompensasi.
3. PendekatanAncangan Pengambilan Keputusan Pada Masalah Kompensasi. Ada beberapa cara dalam pengambilan keputusan tentang imbalan pada
perusahaan. Perbedaan masing-masing cara tersebut terletak pada teknik rnemutuskannya, dan bidang tersebut perlu menjadi bagian dari setiap
hakikat kompensasi. 4. Posisi Pasaran Yang Diinginkan
Harus diputuskan apakah suatu perusahaan bermaksud memberikan imbalan yang tinggi, rendah, atau sedang, dan keputusan tersebut harus dibuat
sebagai bagian dan rencana strategi bisnis yang menyeluruh, dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
mendesainkan apa yang harus diusahakan perusahaan untuk dicapai serta bagaimana tujuan tersebut hendak dicapai.
5. Sentralisasi Dan Desentralisasi Dalam Penyusunan Dan Administrasi Kebijakan Kompensasi
Perusahaan besar yang berlokasi dibeberapa tempat dan menjalankan berbagai usaha niaga menghadapi beberapa masalah yang menarik dibidang
sentralisasi dan desentralisasi. Sebenarnya terdapat sejumlah besar strategi yang dapat dipakai akan tetapi strategi manapun yang akan dipilih, segala
sesuatu akan lebih mudah apabila masalah ini didasarkan pada hakikat yang dirumuskan dengan jelas.
6. Gabungan Yang Diinginkan Antara Tunjangan dan Uang Tunai Setiap perusahaan berbeda-beda dalam menyediakan biaya kompensasi,
antara yang berupa uang tunai dan berupa tunjangan. 7. Peran Imbalan Berdasarkan Kinerja
Pada badan-badan atau lemabaga-lembaga pemerintah imbalan berdasarkan kinerja hampir tidak ada. Sedangkan pada bidang industri sering dikatakan
bahwa hal ini dijalankan. 8. Pengukuran Kinerja
Kebanyakan perusahaan
menggunakan pengukuran kinerja akan tetapi sering tidak jelas
9. Mencocokkan Sistem Kompensasi Dengan hakikat manajemen Perusahaan Sistem kompensasi dapat menguatkan dan mengoperasionalkan hakikat
manajemen menyeluruh dalam suatu perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
10. PendekatanAncangan Buat Pengubahan Dalam Kebijakan Dan Paktek Kompensasi
Sistem kompensasi yang baik selalu berubah-ubah, perubahan tersebut dapat ditangani dengan berbagai cara, diantaranya melalui proses partisipatif atau
melalui pendekatanancangan dari atas kebawah
2.2.2.2 Indikator-Indikator Kompensasi
Kompensasi X
1
, yaitu segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas kerja mereka dengan jenis dan kondisi pekerjaannya Arfah
dan Anshori : 2005 : 378 – 379 Mengemukakan bahwa Variabel ini merupakan konstruk variabel laten yang diukur dengan tiga indikator yang terukur observed
variable meliputi : a
Kesesuaian gaji upah X
1
.
1
Gaji yaitu kesesuaian pembayaran jasa kerja untuk satuan jasa dalam waktu tertentu.
b Kesesuaian bonus X
1.2
Kesesuaian pemberi balas jasa sebagai perangsang yang diberikan kepada karyawan yang mempunyai prestasi kerja mencapai atau melampaui batas
yang telah ditetapkan perusahaan. c
Kesesuaian tunjangan X
1.3
Kesesuaian pemberian tambahan selain gaji yang dinilai dengan uang kepada karyawan sebagai balas jasa sesuai dengan jenjang atau kepangkatan
golongan berdasarkan peraturan dan sistem yang digunakan dalam setiap perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
2.2.3 Motivasi
Manusia selalu ingin memenuhi keinginannya dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan
apabila tanpa ada usaha yang maksimal. Mengingat setiap orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda dalam cara memenuhi kebutuhan. Dalam memenuhi
kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dirniliki dan dasar perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada
kekuatan yang mengarahkan kepada tindakan. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang
serta menunjukkan arah tindakannya.
2.2.3.1 Pengertian motivasi
Menurut Stanford dalam mangkunegara 2005:93, motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct the organism toward the
goal of a certain class Motivasi sebagai suatu kondisi yang rnenggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Kootz menyatakan bahwa motivasi
mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan. Menurut Cascio, motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dan
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, misalnya: rasa apar, haus, dan bermasyarakat Hasibuan, 2001:219.
2.2.3.2 Indikator-Indikator Motivasi
David Mc CIelland dalam teori tiga kebutuhan Robbins, 2002:61, mengelompokkan tiga motif atau kebutuhan manusia yang dapat memotivasi
gairah bekerja, yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
a. Kebutuhan akan prestasi need for Achievement = n.Ach. : Dorongan untuk unggul, untuk rnencapai sederetan standar guna meraih kesuksesan.
b. Kebutuhan akan kekuasan need for Power = n.Pow.: Kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan.
c. Kebutuhan akan afiliasi need for Afihiation = n.Aff: Hasrat akan hubungan persahabatan dan kedekatan antar personal.
Pengertian motif adalah suatu perangsang keinginan want dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunvai tujuan tertentu
yang ingin dicapai Hasibuan, 2001:218. Menurut Moekijat dalam Hasibuan 2001:218, motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat
penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
Kebutuhan untuk berprestasi adalah dorongan .yang sangat kuat yang dimiliki oleh eseoarang untuk sukses, namun mereka berusaha keras untuk meraih
prestasi perorangan daripada mendapat penghargaan karena keberhasilan yang diraihnya. Dari penelitian mengenai kebutuhan untuk berprestasi, McClelland
Robbins, 2002:61, menemukan bahwa orang-orang yang berprestasi membedakan diri mereka dengan yang lainnya dan hasrat mereka untuk
melakukan segala sesuatu dengan Iebih baik. Mereka lebih suka bekerja untuk rnasalah-masalah yang menantang dan menenima tanggung jawab pribadi derni
kesuksesan atau kegagalan daripada memberikan peluang kepada orang lain. Mereka suka menetapkan tujuan yang realistis narnun sulit dicapai dan yang
membutuhkan kesungguhan mereka. Ketika terdapat kernungkinan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
seimbang antara kesuksesan dan kegagalan, ada kesempatan yang besar untuk mendapatkan kepuasan dan perasaan berprestasi dan usaha yang mereka lakukan.
Kebutuhan akan kekuasan adalah hasrat untuk mendapatkan pengaruh dan mengendalikan orang lain. Individu yang memiliki n.Power menikmati
kewenangan yang dimilikinya, berjuang untuk mempengaruhi orang lain, lebih menyukai situasi persaingan dan berorientasi pada status, serta cenderung untuk
lebih menaruh perhatian yang besar terhadap prestise dan pengaruhnya terhadap orang lain daripada kinerja yang efektif.
Kebutuhan ketiga adalah kebutuhan akan afiliasi. Kebutuhan ini dapat disamakan dengan hasrat untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Individu
dengan n.Aff yang tinggi berusaha keras untuk persahabatan, lebih menyukai situasi kooperatif dari pada kompetitif dan hubungan yang melibatkan tingkat
saling pengertian yang tinggi.
2.2.4 Kepuasan Kerja
Seseorang apabila dalam bekerjanya rnernperoleh kepuasan kerja sesuai apa yang diinginkan maka akan merasa nyaman dan tinggi kesetiaannya pada
perusahaan diaman Ia berkerja. Makna dan kepuasan kerja bagi seorang pekerja ada dua kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah perasaan yang dialami
oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan terpenuhi, sedangkan kerja merupakan usaha seseorang untuk rnencapai tujuan dengan memperoleh
pendapatan atau kompensasi dan kontribusinya kepada tempat pekerjaannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
2.2.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja dan Pengukuran Kepuasan Kerja
Martoyo 2000:142, mendefinisikan kepuasan kerja job statisfaction sebagai keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak tidak terjadi
titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaanorganisasi dengan tingkat balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Menurut Locke Luthans, 2006:243, kepuasan kerja adalah keadaan ernosi yang senang atau emosi positif yang berasal dan penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja seseorang. Kepuasan kerja mempunyai pengukuran yang bervariasi, baik dan segi
analisa statistic maupun pengumpulan datanya. Dalarn pengumpulan data, metode yang paling urnum digunakan adalah daftar pertanyaan dan wawancara. Pada
penelitian ini pengukuran kepuasan kerja mengacu pada teori Robbins 2002:36 terdiri dan 4 faktor, meliputi pekerjaan yang secara mentalitas memberi tantangan,
penghargaan yang layak, kondisi kerja yang menunjang, dan rekan sekerja yang mendukung. Pengukuran kepuasan kerja untuk karyawan melalui penyebaran
kuisioner.
2.2.4.2 Indikator-Indikator Kepuasan Kerja
Menurut Robbins 2002:36, ada beberapa factor yang mendorong kepuasan kerja, yaitu:
a. Pekerjaan yang secara mentalitas menantang. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan, kemampuannya dan menawarkan berbagi macam tugas, kebebasan dan umpan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakannya. Pekerjaan yang kurang menantang dapat menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak
menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.
b. Penghargaan yang layak. Banyak karyawan yang menginginkan kebijakan sistem upah dan
promosi yang adil sesuai dengan pengharapannya. Bila penggajian dianggap adil, berdasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu. dan standar
gaji masyarakat, kemungkinan akan dihasilkan kepuasan kerja karyawan. Banyak orang bersedia menenerima uang yang lebih kecil untuk bekerja di
lokasi yang lebih diinginkan atau pada pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai kekuasaan yang lebih besar dalam pekerjaan yang mereka lakukan
dan jam kerja. Tetapi kunci yang menautkan antara upah dan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan, lebih penting lagi adalah persepsi
keadilan. Sama halnya pula, karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang adil. Prornosi rnernberikan kesempatan untuk
pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak dan status sosial yang meningkat.
c. Kondisi kerja yang menunjang. Karyawan peduli kondisi kerja, baik untuk kenyamanan pribadi atau
untuk memudahkan mengejakan tugas yang baik. Studi-studi memeragakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak
mernbahayakan atau merepotkan. Temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor-
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim terlalu banyak atau terlalu sedikit misalnya terlalu panas atau terlalu remang-remang. Di samping itu
kebanyakan karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan rumah dan dalam fasilitas yang bersih dan relative modern serta peralatan yang memadai.
d. Rekan kerja yang mendukung. Dukungan dan rekan sekerja kelompok kerja dapat menimbulkan
kepuasan kerja bagi karyawan. Hal ini disebabkan karena karyawan merasa diterima dan dibantu dalam menyelesaikan tugasnya. Rekan sekerja yang
ramah dan mendukung merupakan sumber kepuasan kerja bagi karyawan secara individual.
2.2.5 Kinerja
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaankegiatan sesebrang atau kelompok dalam suatu organisasi serta tak lepas dalam pencapaian tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu. Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksudkan disini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang
atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi.
2.2.5.1 Pengertian Kinerja
Menurut Suntoro dalam Tika 2005:12 I, Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Rivai dan Basri 2005:14, mendefinisikan kinerja sebagai hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dulu dan telah
disepakati bersama. Prawiro Suntoro dalam tika 2005, 121, mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam waktu periode tertentu.
2.2.5.2 Penilaian Kinerja
Seseorang akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil pekerjaannya dan mengharapkan imbalan yang adil. Penilaian kinerja perlu
dilakukan seobyektif mungkin karena akan memotivasi karyawan dalarn melakukan kegiatannya. Di samping itu pula penilaian kinerja dapat memberikan
informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi, dan melihat perilaku karyawan. Menurut Handoko 1995:1.35, penilaian kinerja adalah proses melalui
mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan rnemberikan
umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja yang diberikan oleh atasan mereka. Umpan balik bagi karyawan ini diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana mereka berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan dasar untuk memperbaiki kinerja karyawan.
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai kebutuhan untuk melakukan penilaian kinerja pada setiap lini departemen yang dilakukan secara teratur atau
berkala, oleh karena penilaian kinerja karyawan dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan. Dessler 1998:3, membagi penilaian kinerja menjadi tiga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
langkah yaitu: mendefinisikan pekerjaan, menilai kirerja, dan menyediakan umpan balik. Mendefinisikan pekerjaan artinya memastikan bahwa anda dan
bawahan anda bersepakat atas hal-hal yang manajer harapkan tercapai oleh karyawan bawahannya dan standar yang di gunakan untuk menilai kinerjanya.
Menilai kinerja artinya membandingkan atas prestasi sesungguhnya dari karyawan dengan standar yang ditetapkan dalam langkah pertama. Selanjutnya, penilaian
kinerja biasanya rnengharuskan adanya pertemuan-pertemuan dimana dalam kesempatan itu dibicarakan prestasi dan kemajuan bawahan, dan dalam
kesempatan itu juga dirancang rencana pengembangan yang mungkin diperlukan.
2.2.5.3 Tujuan Penilalan Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja karyawan pada umumnya dilakukan dengan tujuan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,
demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya batas jasa serta kriteria didalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
Menurut Handoko 1995:135, kegunaan-kegunaan penilaian kinerja dapat diperinci sebagai berikut :
a. Perbaikan prestasi kerja Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan
departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi.
b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan untuk menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus, dan kompensasi lainnya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
c. Keputusan-keputusan penempatan Promosi, transfer dan demosi hiasanya didasarkan pada prestasi kerja masa
lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa
lalu. d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang menurun rnungkin menunjukkan kebutuhan akan latihan. Demikian juga prestasi yang baik, mungkin mencerminkan preatasi yang
harus dikembangkan. e. Perencanaan dan pengembangan karir
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.
f. Penyimpangan proses stating Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan
prosedur stafing departemen personalia. g. Ketidakakuratan
informasional Potensi kerja yang jelek mungkin rnenunjukkan kesalahan-kesalahan dalarn
informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau komponen-komponen lain system informasi personalia. Menggantungkan
diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
h. Kesalahan-kesalahan dalam desain pekërjaan Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda dalam desain
pekerjaan. Penilaian kinerja karyawan membantu diagnosa kesalahan- kesalahan tersebut.
i. Kesempatan kerja yang adil Penilaian kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa adanya diskriminasi. j. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah pribadi
Iainnya. Dengan penilaian kinerja, departemen personalia mungkin dapat menawarkan bantuan.
2.2.5.4 Masalah Dalam Penilaian Kinerja Karyawan
Penilaian yang baik sesuai dengan fungsinya akan sangat rnenguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalarn proses
melakukan penilaian untuk kerja yang baik ini terdapat beberapa masalah atau hambatan-hambatan. Menurut Hariandja 2002:201, hambatan-hambatan tersebut
antara lain dikarenakan proses penilaian tersebut tentu saja dilakukan oleh manusia yang tidak pernah luput dan kesalahan-kesalahan yang dapat diakibatkan
oleh keterbatasan manusia dalam melihat sesuatu. Para ahli mengemukakan beberapa kecenderungan kesalahan penilaian yang harus diperhatikan, yaitu:
a. hallo
effect, yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat pribadisubjektif penilai mempengaruhi penilaian untuk kerja. Pendapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
tersebut umumnya dipengaruhi oleh ciri-ciri pegawai yang mengesankan seseorang sangat disukai atau tidak oleh penilai, misalnya sesorang pegawai
yang cantik mempengaruhi penilaian seseorang. b. The error of central tendency, yaitu penilai tidak senang memberikan
penilaian baik atau jelek kepada pegawai, sehingga cenderung menilai secara rata-rata.
c. The leniency and strictness biases, yaitu penilai terlalu lunak atau keras. Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung memberikan penilaian
terlalu tinggi dan terlalu keras mengakibatkan penilai memberikan nilai terlalu rendah sehingga tidak mencerminkan pelaksanaan unjuk kerja yang
sesungguhnya. d.
Personal prejudice, yaltu penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh prasangka-prasangka yang tidak baik terhadap suatu kelompok masyarakat,
rnisalnya suku atau jenis kelamin dan kelompok mana pegawai berasal. e. The recency effect, yaitu penilai mendasarkan pada perilaku-perilaku kerja
yang paling akhir terjadi. Ada beberapa sara yang biasa digunakan mengantisipasi terjadinya
rnasalah, seperti masalah tidak adanya standar biasa dihindari apabila sebelum melakukan penilaian kinerja dibuat sebuah pedomanacuan yang baku. Penilaian
kinerja biasa membuat para manajer yang akan menilai lebih mengarah dalam melakukan penilaian dan memberikan landasan kuat bagi penilai kinerja itu
sendiri. Efek hal biasa dihindari dengan memberikan pelatihan kepada supervisor yang akan menilai. Lain halnya dengan pengantisipasian masalah kecondongan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
memusat yaitu dengan menigkatkan karyawan sehingga tidak biasa dinilai rata- rata karena harus ada peringkatnya. Penilaian dengan tujuan yang ditetapkan
bersarnya dengan memakai manajemen berdasarkan sasaran MBOManagement By Obyektive. Metode ini berupaya melibatkan dua pihak yaitu karyawati dan
pemimpin sehingga diperoleh penilaian yang obyektif. Pimpinan bukan sekedar menilai, tetapi perlu bersama-sama dengan bawahan menentukan sasarannya. Dan
sasaran tersebut dapat dipakai sebagai acuan penilaian kerja sehingga karyawan dapat mengendalikan diri untuk mencapai sasaran yang dirumuskan bersama
tersebut. Perlu didasari pula bahwa sasaran tersebut hanyalah acuan guideline sehingga bila situasi dan kondisinya berubah maka diubah pula sasarannya.
Menurut Dessler 1993:325, permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam penilaian kinerja dapat diatasi dengan tindakan tindakan sebagai
berikut: memastikan bahwa penilai memahami betul apa permasalahan yang terjadi, pemilihan teknik yang tepat meskipun tidak ada teknik yang paling
sempurna karena setiap teknik memiliki kelemahan dan kelebihan, serta adalah penting bagi karyawan memandang penilaian sebagai hal yang adil dan dalam
kaitannya ini ada empat hal yang dapat dilakukan menilai kinerja karyawan secara teratur; memastikan bahwa anda tahu kinerja karyawan anda; memastikan adanya
kesepakatan antara anda dan karyawan tentang tugas pekerjaannya; melibatkan karyawan dalam penyusunan rencana peningkatan kinerjanya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
2.2.5.5 Program Penilaian Kinerja
a. Siapa yang harus menilai Evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh atasan langsung dan atasan tidak
Iangsung. Atau dapat ditunjuk orang tertentu yang menurut pimpinan perusahaan memiliki keahilan dalam bidangnya Rival dan Basil, 2005: 20.
b. Kapan harus menilai Biasanya tergantung dan masing-masing kebijaksanaan perusahaan, dapat
dilakukan sekali atau dua kali dalam waktu satu tahun. Para karyawan baru dinilai lebih sering dan karyawan lain. Yang perlu diperhatikan penilaian
tidak perlu diselesaikan dalam waktu satu hari. Jika jumlah karyawannya banyak, penelitian dalam waktu satu hari akan memberikan beban yang
berat dan mungkin tidak memberikan penilaian yang baik.
2.2.4.6 Indikator-Indikator Kinerja
Menurut Dharma 2003:355, hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau
pelaksanaan kegiatan. b.
Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan. Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan
yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk pengeluaran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
c. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu ruerupakan jenis khusus dan pengukuran kuantitatif
yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
2.2.6 Pengaruh Antar Variabel 2.2.6.1 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja
Salah satu alasan mengapa motivasi harus dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya adalah untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja
kepada bawahannya Hasibuan, 2001:217. Dalam hal ini motivasi mempunyai peran penting dalam meningkatkan kepuasan kerja dapat di tunjukan dengan
arahan atau controlling atas kinerja karyawan sehingga mereka merasa di perhatikan
Menurut McClelland dalam Hasibuan 2001:220, salah satu tujuan pemberian motivasi adalah meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2.2.6.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahannya, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasamnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap,
dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan
keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak rnau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan
yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
individu karyawan rnau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi Hasibuan, 200:216
Manthis dan Jackson 2001:67. Kinerja yang dicari oleh perusahaan dan seseorang tengantung dari kemampuan, motivasi dan dukungan individu yang
diterima. Meskipun demikian, motivasi sering menjadi variable yang terlupakan. Motivasi merupakan hasrat didalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal yaitu mencapai tujuan. Mengerti motivasi rnerupakan hal penting karena kinerja, reaksi
terhadap kompensasi, dan perhatian sumberdaya manusia lainnya behubungan dengan motivasi tersebut Mathis dan Jackson.2001 :89
2.2.6.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Ketertarikan manajer terhadap kepuasan kerja cenderung berpusat pada dampaknya terhadap kinerja karyawan. Para peneliti telah menangkap ketertarikan
tersebut, sehingga kita menemukan banyak penelitian yang dirancang untuk menilai dampak kepuasan kerja terhadap produktivitas karyawan, keabsenan, dan
pengunduran diri Robbins,2006: 105. Karyawan yang puas berkemungkinan lebih besar untuk berbicara secara positif tentang organisasi, membantu rekan
kerja, dan berbuat kinrja pckerjaan mereka meIarnpau pcrkiraan normal Robbins, 2006:109.
Menurut Martoyo 2000; 141. Salah satu sasaran penting manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja
organisasi yang bersangkutan yang lebih lanjut akan dapat meningkatkan kinerja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
2.2.6.4 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada umumnya pemberian kompensasi tertuju pada jumlah nominal yang diberikan pada karyawan, tetapi permasalahannya tidak semudah itu, sebab apa
yang dibenikan oleh perusahaan, belum tentu dirasakan lebih oleh karyawan yang diberikan kompensasi tersebut.
Arfah dan Anshori 2005 ; 384 menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan tingkat pelaksana dapat
diterima. Kompensasi bagi perusahaan adalah merupakan unsur pembiayaan, dilain pihak bagi pekerja, kompensasi merupakan sumber penghidupan ekonomi,
dan dengan kompensasi tersebut sekaligus merupakan penentu status sosial dalam lingkungan masyarakat. Ketepatan, tidak hanya terbatas dalam jumlah yang
diberikan, tetapi masih banyak faktor-faktor lainnya yang merupakan cakupan kompensasi atau balas jasa, seperti pemberian bonus dan tunjangan. Beranjak dari
pemikiran diatas, penelitian ini berupaya memaparkan kesesuaian kompensasi yang diberikan perusahaan yang dicermati dan tiga indikator, yaitu 1 Kesesuaian
gajiupah, 2 kesesuaian bonus, 3 kesesuaian tunjangan.
2.2.6.5 Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan
Dessler 1997: 349 - 350 dalam jurnal Achmad Arfah dan Muslich Anshori menyatakan bahwa “kompensasi pegawai berarti bahwa semua bentuk
penggajian atau ganjaran yang mengalir kepada pegawai dan timbul dari kepegawaian mereka” selanjutnya dikatakan bahwa yang termasuk unsur-unsur
pokok kompensasi adalah sebagai benikut : 1 kompensasi yang bersifat financial
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
direct financial payment 2 kompensasi yang bersifat non finansial indirect financial payment.
Kedua unsur tersebut diatas dapat mendorong dan memotivasi para pekerja atau karyawan untuk lebih produktif dalam melaksanakan tugasnya dengan baik,
sehingga dengan demikian akan menghasilkan produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas perusahaan.
2.5.6.6 Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan kerja
Hasil kerja yang berkualitas akan berdampak kepada peningkatan kinerja organisasi yang akan memberi keuntungan kepada organisasi dan pegawai.
Pegawai yang kurang memperlihatkan prestasi kerja akan sulit mendorong produktivitas organisasi yang optimal. Pimpinan hendaknya mengubah sikap dan
perilaku pegawai agar bersedia bekerja dengan giat dan berkeinginan mencapai hasil yang baik.Herzberg 1959 mempertanyakan Apa sesungguhnya yang
diinginkan seorang pegawai dari pekerjaannya?, jawaban atas pertanyaan dimaksud didasarkan pada hubungan seseorang individu dengan pekerjaannya
sangat mendasar dan erat sekali, sehingga akan menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor kepuasan dan ketidakpuasan
kerja pegawai mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Kepuasan kerja dapat disebabkan oleh pencapaian prestasi, pengetahuan, tanggung jawab, kemajuan,
pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dan kemungkinan untuk berkembang, faktor-faktor dimaksud disebut sebagai motivator. Luthans
1995:126 mengatakan bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Mangkunegara 2004:84 mengatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pegawi sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dan motivasi kerja
serta hasil kerja perusahaan yang memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh semangat. Pimpinan harus mampu memahami sifat dan motivasi kerja pegawai
yang mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik.
2.7 Kerangka Konseptual