2.2.4.3 Penyulingan Dengan Uap
Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak
diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap
melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak di atas saringan Guenther, 1987.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda
bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang dipakai dan reaksi - reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya
penyulingan Guenther, 1987.
2.2.5 Kandungan Kimia Minyak Atsiri
Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan
cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena. 2. Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi bertingkat.
3. Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi bertingkat. 4. Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melaluikromatografi.
5. Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia Ketaren, 1985.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen
runutanya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan
isopren. Satuan-satuan isopren C5H8 ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima satuan atom
karbon yang mengandung dua ikatan rangkap Ketaren, 1985. Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak
atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi
seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah
seskuiterpen dan diterpen. Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin
fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3 Ketaren, 1985.
2.2.6 Penggolongan Minyak Atsiri
Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam–macam komponen kimia yang berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok
besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu: 1.
Terpen, yang ada hubungan dengan isopren atau isopentena 2.
Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang 3.
Turunan benzen
Universitas Sumatera Utara
4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya.
Contoh dari terpen asiklis dengan 3 ikatan rangkap dapat ditemui pada persenyawaan osimen dan mirsen. Pada alkohol siklik geraniol dan linaool,
aldehid sitronellal, dan pada asam dehidro geranat sering terjadi beberapa tingkat oksidasi dan reduksi hidrokarbon terpen Guenther, 1990.
2.3 Minyak Pala
Minyak pala adalah minyak yang dihasilkan dari penyulingan biji pala jenis Myristica fragrans atau dikenal dengan sebutan Pala Banda. Jenis pala
tersebut banyak dibudidayakan dan diolah di daerah Maluku, Sulawesi Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Pulau Jawa. Minyak pala merupakan salah satu
minyak atsiri yang banyak diekspor Indonesia. Minyak pala banyak digunakan dalam formula obat-obatan, parfum, minuman, detergen, aromaterapi, dan lain-
lain. Biji pala merupakan hasil utama yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari tanaman pala Lutony, 2002.
Penelitian terhadap minyak atsiri tanaman pala telah banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena fakta bahwa minyak atsiri mempunyai kandungan
senyawa atau zat yang lebih banyak, sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu, minyak atsiri mengandung senyawa yang mempunyai
pengaruh sebagai psikotropika yang bersifat farmakologis. Minyak atsiri pala ini berupa cairan yang tidak berwarna atau kuning pucat serta memiliki rasa dan bau
yang menyerupai pala, diperoleh dengan proses distilasi. Minyak ini dapat larut dalam alkohol, namun tidak larut dalam air pada suhu 25
C, sensitif pada cahaya
Universitas Sumatera Utara