BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Pala
2.1.1 Sistematika Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Subkelas
: Magnoliidae Ordo
: Magnoliales Famili
: Myristicaceae Genus
: Myristica Spesies
: Myristica fragrans Houtt Agusta, 2000.
2.1.2 Jenis Jenis Tanaman Pala
Di Indonesia ada beberapa jenis pala yang dikenal, diantaranya : Myristica fragrans, yang merupakan jenis utama dan mendominasi jenis lain dalam segi
mutu maupun produktivitas. Tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Banda. Myristica argenta Warb, lebih dikenal dengan nama Papuanoot asli dari Papua,
khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di hutan-hutan, mutunya dibawah pala Banda. Myristica scheffert Warb, terdapat di hutan-hutan Papua. Myristica
Universitas Sumatera Utara
speciosa, terdapat di pulau Bacan. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. Myristica succeanea, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai
nilai ekonomi Rismunandar, 1992.
2.1.3 Karakteristik Umum
Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000 - 3.500 mm
tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Tanaman pala umumnya dibudidayakan di Kepulauan Maluku, khususnya Ambon dan Banda. Ditanam
dalam skala kecil di kepulauan lainnya sekitar Banda, Manado, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Papua. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau
dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis. Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex
Lutony, 2002. Tumbuhan ini berumah dua dioecious sehingga dikenal pohon jantan dan
pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Bunga pala berwarna kuning pucat, lunak dan berbau harum. Buah pala berwarna kuning hijau, tekstur keras,
diameter bervariasi antara 3 - 9 sentimeter. Bila buah masak maka daging buahnya akan terbuka, sehingga terlihat biji yang berwarna coklat dan tertutup oleh arilis
berwarna merah cerah dan berbentuk seperti jala atau berlubang-lubang. Selaput merah ini jika telah kering disebut fulu mace. Biji pala kering bewarna coklat
berbentuk bulat telur, panjang kira-kira 1.5 - 4.5 cm dan tebal 1 - 2,5 cm Rismunandar, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Cara memperbanyak tanaman pala, dilakukan dengan system penyemaian biji yang kemudian dipindahkan ke tanah yang mempenuhi syarat. Tetapi tanah
yang paling baik adalah tanah yang berasal dari gunung berapi, tumbuh subur pada daerah pantai. Karena itu pertumbuhan tanaman tersebut sangat baik pada
pulau kecil. Pohon pala mulai berbuah pada umur 8 - 10 tahun, dan hasil maksimum diperoleh pada umur 25 tahun, dan dapat menghasilkan buah hingga
umur 60 sampai 70 tahun. Pemanenan dapat dilakukan 3 kali setahun hasil 1000 buah dari pohon pala yang telah tua Lutony, 2002.
Sebelum dipasarkan, biji pala dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian
dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai biji
pala, yang dikenal di pasaran dengan sebutan pala itu sendiri. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14. Minyaknya dapat dipakai sebagai campuran
parfum atau sabun Lutony, 2002.
2.1.4 Kandungan Kimia