Analisis Regresi Linier Berganda 1. Uji Normalitas

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan laba bersih pada perusahaan Food and Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2009, dimana rata-rata laba bersih tahun 2008 sebesar Rp. 312.707.000.000 dan rata-rata laba bersih tahun 2009 sebesar Rp. 409.310.000.000. Laba bersih tertinggi pada tahun 2008 diperoleh PT. SMART, Tbk sebesar Rp. 1.046.389.000.000 disebabkan oleh kenaikan laba pendapatan setiap periode dan laba bersih terendah diperoleh PT. Siantar Top, Tbk sebesar Rp. 4.816.000.000 disebabkan oleh beban penghasilan bunga. Sedangkan laba bersih tertinggi pada tahun 2009 diperoleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar Rp.2.075.861.000.000 disebabkan oleh kenaikan laba penjualan bersih setiap periode dan terendah diperoleh dari PT. Siantar Top, Tbk sebesar Rp. 41.072.000.000 disebabkan oleh beban penghasilan bunga. 4.3. Analisis Regresi Linier Berganda 4.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak Sumarsono, 2004: 40. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas No. Variabel Penelitian Kolmogorov Smirnov Tingkat Signifikan 1. 2. 3. Laba X 1 Arus kas X 2 Laba yang akan datang Y 1,483 1,027 1,272 0,025 0,242 0,078 Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa variabel laba X 1 tidak berdistribusi normal, karena nilai signifikan yang dihasilkan kurang dari 5. Sedangkan variabel arus kas X 2 dan laba yang akan datang Y berdistribusi normal, karena nilai signifikan yang dihasilkan lebih dari 5. Regresi linier berganda tetap terus dilanjutkan, karena menurut Gujarati 1995 : 66-67 bahwa dalam regresi OLS Ordinary Least Square asumsi normalitas diberlakukan pada u i residual, apabila residual u i berdistribusi normal dengan sendirinya b , b 1 dan b 2 juga berdistribusi normal. Berikut ini hasil uji normalitas pada residual : Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Pada Residual Kolmogorov Smirnov Tingkat Signifikan Residual 0,756 0,618 Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa distribusi data pada residual adalah distribusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan 0,756 dengan tingkat signifikan sebesar 0,618 diatas 5. Apabila residual u i berdistribusi normal dengan sendirinya variabel laba X 1 dan arus kas X 2 juga berdistribusi normal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pect ed Cu m Prob Dependent Variable: Laba yang akan datang Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.1 : Plot P-P Kurva P-P menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi linier berganda yang dihasilkan memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji asumsi autokorelasi, uji asumsi multikolinieritas dan uji asumsi heteroskedastisitas, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik : Autokorelasi

Variabel penelitian dalam digunakan adalah laba X 1 dan arus kas X 2 dengan jumlah observasi sebanyak 20 observasi 10 perusahaan dalam 2 tahun. Berikut ini hasil uji autokorelasi : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. k = 2 n = 20 d L = 1,10 Lampiran 4 d U = 1,54 Lampiran 4 d = 2,327 Lampiran 3 Ada autokorela si positif Daerah keragu- raguan Daerah keragu- raguan Ada autokorela si negatif Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif 0 1,10 1,54 2,327 2,46 2,90 4 Gambar 4.2 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi Berdasarkan gambar menunjukkan bahwa nilai d yang dihasilkan berada diantara d U dengan 4-d U atau berada pada daerah tidak ada autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak melanggar asumsi klasik autokorelasi.

2. Uji Asumsi Klasik : Multikolinieritas

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1tolerance dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dia tolerir. Adapun besaran VIF dari masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 : Nilai VIF Variance Inflation Factor No. Variabel Bebas Tolerance VIF 1. 2. Laba X 1 Arus kas X 2 0,911 0,911 1,098 1,098 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak melanggar asumsi multikolinearitas atau tidak terjadi multikolinearitas, karena besaran VIF pada variabel laba X 1 dan arus kas X 2 kurang dari angka 10.

3. Uji Asumsi Klasik : Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dapat diidentifikasikan dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank Spearman antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil dari uji Rank Spearman adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 : Korelasi Rank Spearman No. Variabel Bebas Koefisien korelasi Rank Spearman Tingkat signifikansi 1. 2. Laba X 1 Arus kas X 2 -0,150 0,223 0,527 0,346 Sumber : Lampiran 3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak melanggar asumsi heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, karena tingkat signifikansi pada variabel laba X 1 dan arus kas X 2 lebih dari 5.

4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda

Adapun hasil pengolahan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7 : Persamaan Regresi Linier Berganda Model Koefisien regresi Konstanta Laba X 1 Arus kas X 2 93709,461 1,207 -0,540 Sumber : Lampiran 3 Persamaan Regresi Linier Berganda : Y = 93709,461 + 1,207 X 1 - 0,540 X 2 Dari persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa : 1. Konstanta a = 93709,461 menunjukkan apabila laba X 1 dan arus kas X 2 adalah konstan atau nol, maka nilai laba yang akan datang sebesar 93709,461. 2. Koefisien regresi untuk variabel laba b 1 = 1,207 Nilai positif pada koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Rp. 1 juta laba akan menaikkan laba yang akan datang sebesar Rp. 1,207 juta dengan asumsi variabel arus kas adalah konstan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Koefisien regresi untuk variabel arus kas b 2 = -0,540 Nilai positif pada koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Rp. 1 juta arus kas akan menurunkan laba yang akan datang sebesar Rp. 0,540 juta dengan asumsi variabel laba adalah konstan.

4.3.4. Uji F

Uji F dapat digunakan untuk mengetahui apakah model yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.8 : Uji F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 4E+012 2 1,92E+012 27,295 0,000 Residual 1E+012 17 7,050E+012 Total 5E+012 19 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 27,295 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 5 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai untuk mengetahui pengaruh laba X 1 dan arus kas X 2 terhadap laba yang akan datang Y. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.5. Nilai Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh laba X 1 dan arus kas X 2 terhadap laba yang akan datang Y dapat dilihat dari koefisien determinasi R 2 , yaitu : Tabel 4.9 : Nilai Koefisien Determinasi R 0,873 R 2 0,763 Std Error of Estimate 265.509,303 Standar deviasi Var Y 515.378,746 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan tabel 4.9 menyebutkan bahwa : 1. Nilai R adalah sebesar 0,873 menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara variabel laba X 1 dan arus kas X 2 dengan laba yang akan datang Y. 2. Nilai R Square adalah sebesar 0,763 yang berarti bahwa sebesar 76,3 variansi laba yang akan datang diprediksikan oleh variabel laba X 1 dan arus kas X 2 sedangkan sisanya sebanyak 23,7 ditentukan oleh variabel lain. 3. Standar Error of Estimate atau kesalahan prediksi yang dihasilkan sebesar 265509,303 ternyata lebih kecil dari standar deviasi dari variabel laba yang akan datang sebesar 515378,746. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba yang akan datang mempunyai kesalahan yang lebih kecil dari penyimpangan laba yang akan datang itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa laba dan arus kas dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.6. Uji t Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh secara parsial laba X 1 dan arus kas X 2 terhadap laba yang akan datang Y dilakukan uji t, yang hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 : Hasil Uji t Variabel Bebas Nilai t hitung Sig Laba X 1 Arus kas X 2 7,319 -1,221 0,000 0,239 Sumber : Lampiran 3 Penjelasan tabel 4.10 di atas adalah : 1. Nilai t hitung pada variabel laba X 1 adalah 7,319 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 5 maka H ditolak dan H 1 diterima yang artinya laba X 1 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba yang akan datang Y, hal ini berarti laba memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang. 2. Nilai t hitung pada variabel arus kas X 2 adalah -1,221 dengan tingkat signifikan sebesar 0,237 lebih dari 5 maka H diterima dan H 1 ditolak yang artinya arus kas X 2 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba yang akan datang Y, hal ini berarti arus kas tidak memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang. Dari hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini “ Diduga laba dan arus kas memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang”, sebagian teruji kebenarannya, karena hanya laba yang memiliki kemampuan dalam memprediksi laba yang akan datang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 4.4.1. Implikasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Laba Akuntansi Dan Total Arus Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Yang Akan Datang Pada Perusahaan Jasa Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

8 38 80

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI DI MASA YANG AKAN DATANG (Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011)

1 4 19

KEMAMPUAN INFORMASI KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS DI MASA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 31

KEMAMPUAN INFORMASI LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PERATAAN LABA DALAM MEMPREDIKSI LABA KEMAMPUAN INFORMASI LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PERATAAN LABA DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS DI MASA YANG AKAN DATANG (Stu

0 3 13

MANFAAT INFORMASI LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA MASA YANG AKAN DATANG (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 7

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 97

PENGARUH LABA KOTOR, LABA OPERASI, LABA BERSIH DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 1 95

PENGARUH LABA KOTOR, LABA OPERASI, LABA BERSIH DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN FOOD BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 19

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA YANG AKAN DATANG PADA PERUSAHAAN FOOD BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21