3. Ada Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Menurut Gleser dalam Fisher, 2009: 3 mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:
a. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah- masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman
seseorang b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis c. Semacam keterampilan untuk menetapkan metode tersebut,
berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti
pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Sedangkan menurut Bloom dalam Rusmono, 2014: 8 hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat,
nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan prilaku yang menunjukkan bahwa
siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu
Setelah melihat pengertian masing-masing variabel diatas, kita dapat melihat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
sangat erat kaitannya, itu didasarkan pada teori belajar kontruktivisme yang memandang pengetahuan kita merupakan hasil dari kontruksi kita.
Konsep kontruktivisme memandang bahwa pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan
suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti berpartisipasi guru bersama siswa
dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis, dan mengadakan justifikasi.
Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar mandiri Setelah kemampuan berpikir kritis siswa semakin baik akan langsung berdampak
pada hasil belajar siswa tersebut. Sehingga terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah. 1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning pada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran
Problem Based Learning
Discovery
Learning
Berpikir
kriti
s Berpikir kritis
Hasil Belajar Hasil Belajar
Model Pembelajaran
2. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang
pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1
Pagelaran 3. Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi
siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Rumusan komparatif adalah
rumusan masalah penelitian yang membandingkan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda
Sugiyono, 2012: 57. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu
hasil belajar Ekonomi dan kemampuan berpikir kritis dengan perlakuan yang berbeda. Sedangkan penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan Sugiyono, 2012: 107.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen semu quasi eksperimental design. Penelitian semu dapat diartikan sebagai penelitian yang
mendekati eksperimen. Bentuk penelitian banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia
Sukardi, 2009: 16.