Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Mode Fashion Departement Store Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN RASIO MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA MODE FASHION

DEPARTEMENT STORE

MEDAN

SKRIPSI DISUSUN OLEH :

ELLY AGUSTIN 050521028

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Elly Agustin (2007) : Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja terhadap Profitabilitas Pada Mode Fashion Departement Store Medan. Drs. Nakman Harahap, Msi (Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi (Ketua Departemen Manajemen), Dra. Lisa Marlina, MSi (Penguji I) dan Drs. Abraar.S (Penguji II).

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah rasio

Working Capital Turnover, Current Ratio dan Receivables Turnover mempunyai

hubungan dengan rasio Profitabilitas (ROI). Untuk menganalisis hubungan ini penulis menggunakan Rank Correlations Spearman. Selain itu, penulis juga menggunakan alat bantuan berupa program SPSS versi 12.0. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan selam lima tahun mulai dari periode 2002-2006 dan juga menggunakan data primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Working Capital Turnover (Rasio Tingkat Perputaran Modal Kerja) memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Variabel

Current Ratio (Rasio Lancar) memiliki hubungan yang positif dan tidak

signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Sedangkan variabel Receivables Turnover (Rasio Tingkat Perputaran Piutang) memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahan.

Kata kunci : Manajemen Modal Kerja, Working Capital Turnover, Current Ratio, Receivables Turnover dan Profitabilitas (ROI).


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr.Wb.

Segala puji, hormat dan syukur panjatkan kepada ALLAH SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof . Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Drs. Nakman Harahap, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan sarankepada penulis.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi dan Bapak Drs. Abraar . S, selaku Dosen Penguji yang juga banyak memberikan arahan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

7. Bapak H. Zulman selaku Pimpinan CV. Mode Fashion Departement Store Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

8. Bapak Suriadi S.Psi, selaku Bag. Personalia CV. Mode Fashion Departement Store Medan.

9. Orangtuaku tercinta Boyman dan Tukini, serta adik-adikku semua (Irma, Nanda, Arya, Amel) dan Bang Rudi, atas semua bantuan, dukungan dan doa-doanya.

10. Teman-teman di PT. Marumitsu : K.Nina, B.Malik, Dora, Desa, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu atas bantuannya di tempat kerja penulis.

11.Teman-teman stambuk 2005 : Dewi, Kasma, Nelly, Puspito, Irma, Ivan, Silvy, Sari, Juli, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu atas bantuannya selam perkuliahan.


(5)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga ALLAH SWT memberikan imbalan yang setimpal atas dukungan, jerih payah dan jasa-jasa meraka.

Amin.

Medan, Desember 2007 Penulis

Elly Agustin 050521028


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...5

C. Kerangka Konseptual ...5

D. Hipotesis ...8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ...8

2. Manfaat Penelitian ...9

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional...9

2. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel ...10

3. Tempat dan Waktu Penelitian ...11

4. Jenis Data ...11

5. Teknik Pengumpulan Data...12

6. Metode Analisis Data...12

BAB II : URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ...15 B. Laporan Keuangan


(7)

1. Pengertian Laporan Keuangan ...15

2. Tujuan Laporan Keuangan...17

C. Manajemen Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja ...17

2. Jenis-jenis Modal Kerja ...18

3. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Modal Kerja ...19

4. Fungsi-fungsi Manajemen Modal Kerja ...21

D. Rasio Keuangan 1. Rasio Aktivitas...22

2. Rasio Likuiditas ...23

E. Profitabilitas ...24

BAB III : GAMBARAN UMUM CV MODE FASHION DEPARTEMEN STORE MEDAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ...28

B. Struktur Organisasi Perusahaan ...29

C. Laporan Keuangan Persahaan...39

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A.Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 1. Rasio Modal Kerja ...41

2. Rasio Profitabilitas (ROI) ...44

B.Analisis Data Statistik...45

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ...55


(8)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1.1 : Pedoman Untuk MemberikanInterpretasi Koefisien Korelasi ...13 Tabel 3.1 : Neraca Mode Fashion Departemen Store Medan periode

Tahun 2002-2006 ...39 Tabel 3.2 : Laporan Laba / Rugi Mode Fashion Departemen Store Medan

Tahun 2002-2006 ...40 Table 4.1 : Rasio Modal Kerja dan Profitabilitas Pada Mode Fashoin

Departemen Store Medan ...41 Table 4.2 : Correlations...46


(9)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1.1 : Fluktuasi Rasio-rasio Modal Kerja WCTO, CR, RTO

Terhadap ROI Pada Mode Fashion Departemen Store

Medan Periode 2002-2006 ... 4 Gambarl 1.2: Kerangka Konseptual... 7 Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Mode Fashion Departemen Store Medan ...31 Gambar 4.1 : Fluktuasi WCTO, CR dan RTO terhadap ROI Pada Mode

Fashion Departemen Store Medan Tahun 2002-2006 ...41 Gambar 4.2 : Hubungan Working Capital Turnover dengan ROI

Tahun 2002-2006 ...48 Gambar 4.2 : Hubungan Current Ratio dengan ROI Tahun 2002-2006...50

Gambar 4.2 : Hubungan Receivables Turnover dengan ROI


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan akan selalu berusaha mencapai laba yang optimal secara efisien dan efektif serta berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Proses pencapaian laba tersebut membutuhkan ketersediaan dana yang cukup untuk membeli aktiva tetap, membeli persediaan barang jadi, membayar gaji karyawan dan membeli surat berharga, baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan bersumber dari pemilik perusahaan (modal sendiri) maupun modal dari pinjaman (hutang jangka panjang).

Pengelolaan modal kerja yang baik merupakan tanggung jawab setiap pimpinan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat tercapai suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya modal kerja yang terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.

Pengelolaan modal kerja menurut Riyanto (1997:54) merupakan aspek penting dari kegiatan manajemen financial perusahaan. Modal kerja juga mengidentifikasikan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan


(11)

setelah diperkirakan untuk memenuhi keseluruhan hutang lancarnya selama 1 periode operasi. Basarnya aktiva lancar juga mengidentifikasikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik atau sebaliknya. Modal kerja yang cukup selain untuk menjaga tingkat likuiditas juga dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan operasi perusahaan. Selain itu modal kerja juga menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai salah satu tujuan yaitu memperoleh laba melalui perputaran yang dihasilkan dari kegiatan operasionalnya. Kemampuan menghasilkan laba akan dapat ditingkatkan apabila perusahaan mampu mengelola modal kerja yang tepat.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2001:73), ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja, yaitu:

a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufactur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan

b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama dari pendapatan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya

c. Manager keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.

d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat resiko, laba, dan harga saham perusahaan.


(12)

e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

Ada beberapa rasio untuk dapat mengukur manajemen modal kerja yaitu rasio yang termasuk dalam pembagian rasio aktivitas, rasio likuiditas. Penelitian Sarawity (2006) ada 2 rasio yang mempengaruhi kemampuan memperoleh laba, yaitu rasio cara pembelanjaan modal kerja dan rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio aktivitas yang diwakili dengan Working

Capital Turnover (WCTO), Receivable Turover (RTO), rasio likuiditas

yang diwakili Current Ratio (CR). Untuk mengukur rasio kemampulabaan penulis memakai Return On Investment (ROI).

Selain modal kerja, Profitabilitas juga penting bagi perusahaan. Karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Pemilik perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Mode Fashion Departement Store harus tetap meningkatkan perolehan laba agar perusahaan tetap hidup dan berkembang.

Pendapat Horne (2000:217) mengenai prinsip mendasar dari pendanaan operasional manajemen modal kerja yang mengatakan bahwa kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas, yang berarti bahwa bila terjadi peningkatan pada kemampuan membayar hutang jangka pendek, maka kemampuan memperoleh laba akan menurun.


(13)

Informasi dan gambar dari fluktuasi rasio-rasio modal kerja yang diukur dengan WCTO, CR dan RTO terhadap ROI adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1

Fluktuasi Rasio-Rasio Modal Kerja WCTO,CR, RTO terhadap ROI Mode Fashion Departement Store

Periode 2002-2006

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

WCTO 11.93 13.57 12.71 12.69 15.08

CR 2.43 2.44 2.24 1.78 1.71

RTO 17.67 20.17 37.97 47.60 35.30

ROI 11.52 11.67 14.68 5.93 9.34

2002 2003 2004 2005 2006

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Departement Store, diolah.

Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa ROI berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002-2004 ROI mengalami peningkatan, pada tahun 2004-2006 ROI mengalami penurunan.

Pergerakan dari ROI tersebut tidak searah dari pergerakan rasio-rasio yang lain, dimana pada tahun 2003-2004 ROI mengalami peningkatan tetapi rasio WCTO dan CR mengalami penurunan, lain halnya dengan RTO yang juga ikut mengalami peningkatan, dan sebaliknya pada tahun 2004-2005 ROI mengalami penurunan tetapi RTO


(14)

mengalami peningkatan dan rasio WCTO dan CR mengalami penurunan juga.

Melalui analisis rasio ini, dapat dilihat bahwa rasio aktivitas yang diwakili dengan WCTO, RTO dan rasio likuiditas yaitu Curent Ratio memiliki hubungan yang bervariasi (searah, bertolak belakang) dengan ROI.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk memilih judul “Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Mode Fashion Departement Store”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis menarik perumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah variable Working Capital Turnover mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store?

b. Apakah variable Current Ratio mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store?

c. Apakah variable Receivables Turnover mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store?

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah generalisasi dari kelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena


(15)

yang sama. Oleh karena itu kerangka konseptual sangat bermanfaat untuk memudahkan suatu penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan berhubungan satu sama lain.

Masalah kemampulabaan bagi suatu perusahaan lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar bukanlah merupakan ukuran bahwa suatu perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan cara membandingkan laba bersih terhadap aktiva atau modal laba tersebut.

Menurut Sawir (2005:14), rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliaanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain.

Kartadinata (1983:53), rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utang-utangnya sampai pada saat tertentu. Likuiditas jangka pendek menyangkut hubungan antara current ratio dan current liabilities. Bilamana perusahaan memiliki modal kerja netto yang cukup, perusahaan itu umumnya dipandang sebagai perusahaan yang memiliki likuiditas yang cukup baik.

Profitabilitas suatu perusahaan berhubungan dengan manajemen modal kerja perusahaan, karena manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan


(16)

perusahaan (Riyanto, 2001:51). Menurut Syahyunan (2004:36) apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat manajemen modal kerja yang memuaskan, maka besar kemungkinan perusahaan tersebut tidak akan mampu membayar kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo. Besarnya aktiva lancar memberi pengertian bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang baik, sehingga modal kerja dapat menjaga kelangsungan operasi perusahaan (Weston, 1999:332). Oleh karena itu, modal kerja juga menggambarkan salah satu tujuan perusahaan yaitu kemampuan memperoleh laba. Jika perusahaan mampu mengelola modal kerja dengan baik, maka profitabilitas suatu perusahaan dapat ditingkatkan.

Dari uraian diatas maka dapat dilihat bahwa semakin baik suatu perusahaan mengelola modal kerjanya maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang diperoleh, dan perusahaan dapat membayar kewajiban-kewajibannya yang telah jatuh tempo. Kerangka konseptual yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Working Capital Turn Over WCTO

Current Ratio CR

Profitabilitas ROI

Receivables Turn Over RTO

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual


(17)

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (1999:51), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan masihlah berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Sesuai dengan perumusan masalah, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Variabel modal kerja Working Capital Turn Over mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store.

b. Variabel modal kerja Current Ratio mempunyai hubungan yang negative dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store.

c. Variabel modal kerja Receivables Turn Over mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada Mode Fashion Departement Store.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan menganalisis hubungan variable modal kerja

Working Capital Turnover terhadap profitabilitas pada Mode

Fashion Departement Store.

b. Mengetahui dan menganalisis hubungan variable modal kerja

Current Ratio terhadap profitabilitas pada Mode Fashion


(18)

c. Mengetahui dan menganalisis hubungan variable modal kerja

Receivables Turn Over terhadap profitabilitas pada Mode

Fashion Departement Store. 2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Menambah wawasan penulis tentang hubungan antara variable-variabel modal kerja dan hubungannya terhadap profitabilitas perusahaan.

b. Bagi perusahaan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien untuk kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. c. Bagi pihak lain

Sebagai masukan bagi peneliti berikutnya yang tertarik dalam mengkaji masalah yang sama di masa depan.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan penelitian yang penulis tetapkan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada :

a. Working Capital Turn Over (Tingkat Perputaran Modal Kerja)

b. Current Ratio (Rasio Lancar)

c. Receivables Turn Over (Tingkat Perputaran Piutang)


(19)

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variable yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Working Capital Turn Over (X1)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan modal kerja netto berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan.

Lancar Aktiva

Netto Penjualan Over

Turn Capital

Working =

b. Current Ratio (X2)

Rasio lancar (current ratio) menunjukkan sejauh mana aktiva

lancar menutup kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancer dengan hutang lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan menutup kewajiban jangka pendeknya (Harahap 2004;301).

Lancar g

Hu

Lancar Aktiva

Ratio Current

tan =

c. Receivables Turn Over (X3)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran persediaan, dimana semakin besar rasionya akan semakin baik. Makin lama pembayaran piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya adalah makin rendah, dan sebaliknya semakin besar piutang perusahaan yang terkumpul, maka hal itu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

rata Rata g Piu

Netto Penjualan Turnover

ceivables

− =

tan Re


(20)

d. Return On Investment (Y)

Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan

Aktiva Total

Pajak setelah bersih

Laba Investment

on

turn =

Re

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Penelitian dilaksanakan pada Mode Fashion Departement Store yang berlokasi di Jl. Kota Baru No.48 Medan.

b. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2007 dan direncanakan akan selesai pada bulan Januari 2008.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh di tempat penelitian dengan melakukan wawancara pada pihak yang berwenang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui orang lain atau melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, majalah, jurnal dan internet yang dapat menjadi referensi pendukung. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari Laporan keuangan yang meliputi laporan laba rugi dan neraca perusahaan, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas Mode Fashion Departement Store serta catatan-catatan dan buku-buku ilmiah lainnya.


(21)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Teknik wawancara

Teknik wawancara yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada pegawai bagian keuangan dan akuntansi.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentsi dengan cara melakukan pengumpulan dan informasi melalui dokumen-dokumen dan arsip-arsip perusahaan. 6. Metode Analisis Data

a. Analisis Data

1. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan dan menganalisa data sehingga diketahui gambaran umum perusahaan.

2. Metode Analisis Korelasi Spearman

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan

atau untuk menguji signifikansi hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antara variabel tidak harus sama. Selain bantuan dengan rumus menghitung korelasi Rank


(22)

Spearman, penulis juga menggunakan alat bantuan program

SPSS versi 12.0. Adapun rumus untuk menghitung korelasi

Rank Spearman (Sugiyono, 1999:198) adalah :

) 1 ( 6

1 2

2

− −

=

n n

bi rs

Dimana :

rs = koefisien korelasi Spearman rank

bi = selisih peringkat untuk setiap data n = jumlah sampel atau data

Koefisien korelasi Spearman berkisar dari -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis dengan −1≤rs ≤1. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negative (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah).

Interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (1999;183) : Tabel 1.1

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat

0.80-1 Sangat kuat


(23)

b. Pengujian Hipotesis 1. Uji statistik-t

Uji statistik t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X1) secara individual mempunyai hubungan yang signifikan

atau tidak terhadap variabel terikat (Y).

Untuk menguji signifikansi hubungan, digunakan rumus uji statistic t sebagai berikut :

2

1 2

r n r t

−− =

Dimana :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi

n = banyaknya pasangan rank

Tahap-tahap :

a) Bentuk pengujian

Ho : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikansi

antara variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y).

Ho : rs = 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y).

b) Kriteria pengambilan keputusan H0 diterima jika : −ttabelthitungttabel pada α = 5%, df = n-k. H1 diterima jika : thitung > ttabel


(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Frans Firnandy (2007) dengan judul Analisis Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Pola Indah Gas Medan. Untuk menganalisis hubungan penelitian ini menggunakan Rank Correlations Spearman dengan bantuan program

SPSS versi 14.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel bebas yang memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu Working Capital Turn Over (rasio tingkat perputaran modal kerja), Total Asset Turn Over (rasio tingkat perputaran total aktiva), dan Current Ratio (rasio lancar). Sedangkan Receivable Turn Over (rasio

tingkat perputaran piutang) mempunyai hubungan yang negative dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan.

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mengelola sumber daya keuangannya, maka perlu diketahui keadaan keuangan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan.


(25)

Untuk mengetahui dengan jelas tentang pengertian laporan keuangan, berikut ini penulis mengutip beberapa pengertian laporan keuangan dari berbagai sumber, yaitu :

Parentahen Purba (2002:36) “Laporan keuangan (Financial

statement) menggambarkan informasi prestasi mengenai keuangan pada

masa lalu dan dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan kebijakan (policy) pada masa yang akan datang”.

Martono & Harjito (2001:52) Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain :

a. Pengambilan keputusan akuntansi b. Keputusan pemberian kredit c. Penilaian aliran kas

d. Penilaian sumber-sumber ekonomi

e. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana f. Menganalisis

g. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana h. Menganalisis penggunaan dana.

Sawir (2005:3-4) secara garis besar, neraca memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana perusahan. Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan, biaya-biaya dan laba perusahaan selama periode tertentu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, yaitu tentang transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan dan juga tentang


(26)

hasil usaha yang dicapai perusahan selama suatu periode tertentu biasanya meliputi satu tahun.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan dari analisis laporan keuangan menurut harahap (2001:19) adalah sebagai berikut :

a. Screening berarti analisis dilakukan untuk mengetahui situasi dan

kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

b. Understanding berarti memahami kondisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan.

c. Forecasting berarti analisis digunakan untuk meramalkan kondisi

keuangan perusahaan di masa yang akan dating.

d. Diagnosis berarti analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan

adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

e. Evaluation berarti analisis dilakukan untuk menilai prestasi

manajemen dalam mengelola perusahaan. C. Manajemen Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Menurut Ridwan (2003:187) Modal Kerja yaitu : aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal


(27)

giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun.

Menurut Martono (2001:71), manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen dari elemen-elemen

aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai.

2. Jenis-jenis Modal Kerja

W.B. Taylor (Martono, 2001:74) menggolongkan modal kerja menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Modal Kerja Permanen

Yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanent dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Modal Kerja Primer

Yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan usaha.

2) Modal Kerja Normal

Yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi normal.

b. Modal Kerja Variabel

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim. Modal kerja ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :


(28)

1) Modal Kerja Musiman

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2) Modal Kerja Siklis

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

3) Modal Kerja Darurat

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

3. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Modal Kerja

Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional (Horne, 2005:217), yaitu :

a. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.

b. Kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.

Menurut Ridwan (2003:189), besarnya modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal yaitu :

a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan.

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan kebutuhan modal kerja pada perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaaan yang tersedia


(29)

dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.

b. Aktivitas perusahaan.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaanya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengarugi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja sutu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.

c. Volume penjualan.

Volume penjualan merupakan factor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat demikian pula sebaliknya.

d. Perkembangan teknologi.

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengarugi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain itu akan membuat


(30)

perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjulan yang besar.

e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.

4. Fungsi-fungsi modal kerja

Menurut Ahmad (1999:6) modal kerja memiliki dua fungsi yaitu : a. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan

saat pengeluaran pembeliaan persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil jual.

b. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja itu sendiri adalah :

a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.


(31)

b. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

c. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memnuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. D. Rasio Keuangan

Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan sudah sehat atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi empat rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan nilai pasar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua rasio yaitu rasio aktivitas dan rasio likuiditas. Hal ini dikarenakan, manajemen modal kerja berkaitan erat dengan masalah pembelanjaan perusahaan, dimana dalam hal ini ada kaitannya dengan jumlah dana di aktiva lancar ataupun bagaimana proses pemenuhan kewajiban jangka pendek perusahaan.

1. Rasio Aktivitas

Menurut Purba (2002:101), rasio aktivitas yang biasa juga dinamakan rasio efisiensi merupakan indicator terhadap kemampuan manajemen dalam mendayagunakan aktiva seperti persediaan, aktiva tetap dan sebagainya.

Efektivitas pengelolaan modal kerja dapat dilihat dari perputarannya yaitu terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Rasio perputaran yang tinggi menunjukkan manajemen efektif terhadap modal kerja yang dimiliki perusahaan, namun bila terjadi sebaliknya maka hal tersebut merupakan indikasi


(32)

bahwa manajemen perlu memperbaiki pengelolaan modal kerja tersebut.

Adapun jenis rasio-rasio aktivitas menurut Riyanto (2001:334-335) adalah sebagai berikut :

a. Working Capital Turn Over (Tingkat Perputaran Modal Kerja),

merupakan rasio yang mengukur kemampuan modal kerja netto berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan.

Lancar Aktiva

Netto Penjualan Over

Turn Capital

Working =

b. Receivables Turn Over (Tingkat Perputaran Piutang), merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran persediaan, dimana semakin besar rasionya akan semakin baik. Makin lama pembayaran piutang, ini berarti bahwa tingkat perputanrannya adalah makin rendah, dan sebaliknya semakin besar piutang perusahaan yang terkumpul, maka hal itu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

rata Rata g Piu

Netto Penjualan Turnover

ceivables

− =

tan Re

2. Rasio Likuiditas

Menurut Syamsuddin (2004:41), likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek pada saaat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi


(33)

juga berkaitan dengan kemampuan mengubah aktiva lancar tertentu manjadi uang kas.

Rasio lancar (current ratio) menunjukkan sejauh mana aktiva

lancer menutup kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan menutup kewajiban jangka pendeknya (Harahap 2004:301).

Lancar g

Hu

Lancar Aktiva

Ratio Current

tan =

Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan

untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban janka pendek karena rasio ini menunjukkan sebarapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Current

Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah

dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current ratio-nya

terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.

E. Profitabilitas

Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan terjamin. Setiap usaha selalu mengutamakan keuntungan dalam tujuan pendirian perusahaan, setelah itu tujuan perusahaan yang lain seperti : kemampuan perusahaan untuk dapat


(34)

perusahaan untuk tumbuh (growth) ditengah persaingan dan kemampuan

perusahaan mengadakan ekspansi usaha (developt).

Menurut Harahap (2002:304) rasio rentabilitas atau juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.

Salah satu ukuran yang digunakan penulis sehubungan dengan masalah penelitian ini adalah Return on Investment (ROI), ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2002:63), rumusnya adalah sebagai berikut :

Aktiva Total

Pajak setelah bersih

Laba Investment

on

turn =

Re

R O I atau Return On Invesment menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Analisa R O I (Return On Invesment) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang

sangat penting karena sebagai salah satu analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jalan investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.


(35)

Beberapa faktor yang mampengaruhi R O I yaitu : a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi

b. Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan.

Beberapa kegunaan R O I yaitu :

a. Bila sudah dilaksanakan dengan baik R O I dapat mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produksi, dan bagian penjualan. Bila operating cost turn over perusahaan sudah mencapai

standart tapi R O I nya masih dibawah target, maka yang harus diperhatikan adalah peningkatan efisiensi disektor produksi dan penjualan. Sebaliknya bila profit margin telah mencapai target yang sudah ditetapkan tapi operting assets turnover masih dibawah

standard, maka yang perlu diperhatikan adalah perbaikan kebijakan investasi baik modal maupun aktiva tetap. Rendahnya operasi turn over assets bisa saja disebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan seperti pembelian bahan mentah yang terlalu banyak sehingga menimbulkan penumpukan di gudang.

b. Kalau ada ratio rata-rata industri perusahaan lain yang sejenis, maka peusahaan dapat membandingakan apakah perusahaan berada dibawah, sama, atau diatas perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui kelemahan ataupun kekuatan yang dimiliki perusahaan.


(36)

c. R O I dapat mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kebagian tersebut sehingga dapat memperbandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain.

d. R O I dapat mengukur profitabilitas masing – masing produk sehingga management dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potensial.

e. R O I berguna untuk keperluan dan perencanaan. Misalnya pengambilan keputusan expansi.


(37)

BAB III

GAMBARAN UMUM

MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN

A.

Sejarah Singkat Perusahaan

CV. Mode Fashion Medan pada awalnya dimiliki 2 (dua) orang pengusaha yang sebelumnya masing-masing merupakan pedagang kaki lima. Untuk meningkatkan usaha dan mencapai target, maka mereka mereka memutuskan untuk melakukan merger (peleburan usaha) pada tahun 1984.

Berawal dengan pembelian satu unit mobil pick up yang dijadikan tempat usaha dengan melakukan penjualan baik didalam kota maupun luar kota, sampai berkembang menjadi tiga unit mobil pick up. Hingga pada pertengahan tahun 1984 mereka memulai bisnis eceran pakaian dengan menggunakan pertokoan dengan menyewa toko ukuran 3 x 4 meter di jalan Nibung Baru. Kemudian semakin luas menjadi toko berukuran 4 x 6 meter pada tahun 1985. Dan pada tahun ini sudah digunakan nama Mode Fashion sebagai identitas yang bergerak dibidang usaha dagang pakaian jadi baik pria, wanita dan anak-anak.

Dengan pengalaman. Modal dan perhitungan yang matang dan taktis serta menggunakan strategi perdagangan yang tepat, maka sekitar tahun 1986 mereka mulai melakukan ekspansi (pelebaran usaha) dengan membuka cabang di jalan Kota Baru dan tahun 1988 di jalan Aksara 151


(38)

ABC. Bidang usaha yang dimasuki pun mulai bervariasi tetapi tetap berkonsentrasi pada kebutuhan akan sandang dan aksesorisnya.

Kemudian dengan keyakinan penuh, mereka menambah cabang berikutnya di jalan Sutomo dan daerah Pusat Pasar. Hingga pada akhir tahun 2005 mereka telah memiliki cabang di Perbaungan, Tanjung Morawa, Binjai, Stabat dan Sei Rampah.

Dua bersaudara yang merintis usaha dari bawah tersebut adalah: 1. H. Zulman

2. H. Amril

Namun, pada akhir tahun 2000 kedua bersaudara ini memisahkan diri, H. Amril lebih berkosentrasi di bidang usaha konveksi dengan nama Rodache Garment, sedangkan H. Zulman tetap mengelola toko-toko tersebut dengan nama CV. Mode Fashion Medan.

Sebagai kantor pusat, ditetapkan tolo yang berada di jalan Kota Baru, berupa bangunan ruko tiga tingkat. Tingkat pertama dijadikan toko, tingkat kedua dijadikan gudang dan tingkat ketiga dijadikan kantor sebagai pusat perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan semua rangkaian toko diatas.

B.

Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas

Struktur organisasi perusahaan adalah merupakan perusahaan yang menentukan dan memperjelas tentang suatu kerangka serta fungsi-fungsi kegiatan dalam perusahaan yang menentukan dan memperjelas tentang pembagian tugas, pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam suatu komunikasi yang serasi sehingga dapat mencapai koordinasi yang baik.


(39)

Struktur Organisasi merupakan suatu bagian yang disusun untuk menjelaskan secara singkat perbedaan atau pembatasan wewenang tugas dan tanggung jawab serta menunjukkan hubungan unit-unit atau pejabat-pejabatnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya pembatasan tersebut memungkinkan CV. Mode Fashion Medan menetapkan secara tegas batasan wewenang dan tanggung jawab kepada masing-masing orang untuk ditugaskan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

Tujuan dari pengadaan organisasi yang paling utama adalah untuk mengkoordinir semua kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan. Berhasilnya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan banyak dibantu oleh adanya organisasi yang baik. Dengan demikian struktur organisasi bukan merupakan tujuan perusahaan, tetapi dipergunakan sebagai alat dalam mencapai tujuan perusahaan.

Demikian halnya CV. Mode Fashion Medan mempunyai bentuk struktur organisasi yang berbentuk garis lurus dan staff. Perusahaan dipimpin oleh 1 (satu) orang Direktur, dibantu oleh satu Manajer Akuntansi, satu Manajer Personalia, satu Advisor Hukum, beberapa orang Staff dan Supervisor yang mengepalai beberapa orang karyawan.

Direktur adalah pemegang wewenang tertinggi dibantu oleh advisor hukum. Direktur mengepalai manajer personalia dan manajer akuntansi. Masing-masing manajer memiliki koordinasi dengan beberapa staff. manajer akuntansi memiliki garis perintah terhadap staff akuntansi


(40)

dan staff gudang. Dan manajer personalia memiliki garis perintah kepada masing-masing supervisor atau pimpinan toko dan seksi dekorasi.

Sumber : CV. Mode Fashion Medan, 2006

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Mode Fashion Departement Store Medan Sumber : Mode Fashion Departement Store Medan


(41)

Berikut ini diuraikan mengenai tugas dan jenis kegiatan masing-masing jabatan di CV. Mode Fashion Medan:

1. Direktur

Direktur merupakan jabatan tertinggi dalam organisasi CV. Mode Fashion Medan. Direktur membuat rencana-rencana dan mengontrol pelaksanaanya sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dan akan dicapai oleh perusahaan. Direktur bertanggung jawab sepenuhnya atas segala bentuk operasional perusahaan, baik yang sifatnya kedalam maupun yang sifatnya keluar, dan juga menandatangani cek dan giro untuk pengeluaran uang melalui bank. Juga mempunyai wewenang dalam hal manajemen secara umum yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang operasional perusahaan.

Secara terperinci, wewenang Direktur adalah:

a) Mengkoordinasi manajer akuntansi dan manajer personalia.

b) Menerima laporan keadaan keuangan dan administrasi perusahaan dari manajer akuntansi.

c) Menerima laporan keadaan pegawai dari manajer personalia.

d) Menandatangani cek dan giro, untuk pembayaran hutang dan pengeluaran yang harus melalui bank.

2. Penasehat Hukum

Tugas utama penasehat hukum adalah membantu direktur dalam mengatasi masalah-masalah yang ada diperusahaan, terutama yang


(42)

berhubungan dengan hukum seperti menangani surat-surat perjanjian, dan juga konsultasi masalah hukum.

3. Manajer Personalia

Manajer personalia bertanggung jawab langsung kepada direktur CV. Mode Fashion Medan, juga mempunyai wewenang yang berhubungan dengan operasi perusahaan, juga mempunyai wewenang dalam menyelesaikan permasalahan baik dari staff, supervisor, wakil supervisor, kasir dan karyawan. Manajer personalia juga mempunyai wewenang dalam penerimaan pelamar, penyeleksian pelamar, dan pelatihan serta pengembangan skill dan kemampuan karyawan.

Secara terperinci, wewenang manajer personalia adalah:

a) Bertanggung jawab terhadap direktur, atas setiap pelaksanaan kerja yang dilakukanya

b) Melakukan perekrutan, penyeleksian, penempatan dan pembinan pegawai

c) Menyusun daftar gaji dan melaporkan kepada kepala bagian akuntansi guna memperolah pengesahan untuk kemudian meminta seksi bendahara membayarkannya

d) Mengevaluasi keadaan pegawai, untuk kemudian dipromosikan dan ditambah insentifnya

4. Manajer Akuntansi

Manajer akuntansi menerima wewenang dari direktur untuk membuat rencana, mengatur dan mengatasi masalah yng berkaitan dengan


(43)

segala bentuk transaksi keuangan dengan berpedoman pada anggaran perusahaan, juga bertanggung jawab atas semua data komputer yang ada.

Secara terperinci, wewenang manajer akuntansi adalah:

a) Mengkoordinasi staff pembelian, staff gudang, staff akuntansi, staff bendahara, supervisor toko, dan kasir dalam hal pengamanan harta perusahaan

b) Melakukan pengawasan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas c) Mengkoodinasi bagian-bagian yang terkait untuk melaksanakan

penyelenggaraan semua kegiatan yang menyangkut bidang keuangan, administrasi dan arsip

d) Menyelenggarakan penetapan pajak yang harus dibayar dan menyetorkannya ke kantor inspeksi pajak bersangkutan

e) Mengkoordinasi penyelenggaraan inventarisasi fisik dan persediaan f) Mengkoordinasikan pemasukan input data, proses dan output data

melalui komputer

g) Melakukan pengawasan administrasi dan akuntansi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi untuk mengamankan harta perusahaan

h) Memberikan saran kepada direktur yang menyangkut prospek perusahaan

Manajer akuntansi dalam melakukan tugasnya dibantu oleh staff pembelian, supervisor, staff gudang.


(44)

5. Staff Gudang

Untuk mengontrol barang yang masuk dari supplier dan barang keluar yang didistribusikan kemasing-masing toko, maka perlu adanya gudang. Staff gudang berfungsi untuk mengontrol setiap mutasi barang masuk dan keluar.

Secara terperinci, wewenang staff gudang adalah:

a) Mencatat barang yang masuk/hasil pembelian dari suplier. b) Memproses barang yang masuk kegudang untuk dikirim ke toko. c) Mendistribusikan barang ke masing-masing toko.

d) Memeriksa kekurangan dan menerima pesanan barang dari masing-masing toko.

e) Menerima barang kembalian dari toko apabila barang tersebut rusak. 6. Staff Pembelian

Staff pembelian berada langsung dibawah direktur. Ini berarti staff pembelian memiliki tanggung jawab langsung kepada direktur. Tetapi pada saat tertentu staff pembelian juga harus memberikan laporan kepada manajer akuntansi, baik transaksi maupun masalah pembayaran. Tugas utama staff pembelian adalah melakukan proses pembelian barang kepada suplier, juga staff pembelian dapat bekerja sama dengan staff gudang dalam penentuan harga jual barang.

7. Staff Bendahara

Staff bendahara bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan seperti berapa hutang perusahaan kemudian mencatat dan membayarkannya, menyetorkan dana ke bank.


(45)

8. Staff Akutansi

Tugas Staff akuntansi adalah mencatat semua data keuangan dan membukukan setiap transaksi serta membuat laporan-laporan keuangan yang dibutuhkan seperti membantu manajer akuntansi dalam pembuatan laporan laba rugi maupun neraca tiap akhir tahun.

9. Supervisor

Untuk mengawasi pelaksanaan sehari-hari di tiap-tiap toko, maka ditugaskan seorang supervisor yang bertanggung jawab terhadap penjualan, keamanan, barang dagangan dan karyawan. Dalam menjalankan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, supervisor membawahi wakil, kasir dan sales sebagai ujung tombak usaha sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.

Adapun wewenang seorang supervisor adalah :

a) Sebagai perpanjangan tangan direktur di masing-masing toko.

b) Sebagai penanggung jawab penjualan, persediaan barang dagang, inventaris di toko,keamanan dan kenyamanan toko.

c) Bertanggung jawab terhadap tata letak dan tata lingkungan toko.

d) Menginformasikan ke gudang jika terjadi kekurangan barang, kelebihan barang, maupun kehilangan barang.

e) Menciptakan aktivitas kerja yang efektif dan efisien sehingga menunjang peningkatan penjualan secara berkesinambungan dan peningkatan kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM).

f) Mengawasi dan mengecek pelaksanaan tugas kasir didalam memasukkan hasil penjualan, menulis pembukuan keuangan.


(46)

g) Mengawasi hal-hal yang mencurigakan yang mengakibatkan terjadinya pencurian/kehilangan barang atau hal yang membahayakan, yang membuat perusahaan rugi, baik datangnya dari pihak luar maupun dari dalam toko sendiri.

h) Mengawasi kelalaian kerja pegawai toko yang mungkin mengakibatkan bencana bagi usaha.

10.Kasir

Kasir merupakan kedudukan/posisi pengelolaan uang masuk hasil penjualan, pengeluaran atas biaya-biaya yang diperkenankan dan atas setoran ke kantor pusat.

Wewenang dan tugas dari seorang kasir adalah:

a) Berfungsi sebagai pengelola keuangan perusahaan di toko.

b) Berfungsi sebagai mediator antar pimpinan dengan pramuniaga disamping supervisor.

c) Bertanggung jawab atas keberadaan keuangan toko perusahaan, beserta perangkat pendukungnya.

d) Bertanggung jawab atas kerahasiaan perusahaan.

e) Bertanggung jawab bersama-sama dengan supervisor menjaga keamanan, kenyamanan dan keserasian toko dan lingkungan.

f) Bertanggung jawab bersama-sama dengan supervisor akan keberadaan pegawai toko.

g) Merencanakan program kerja Harian, Mingguan, Bulanan maupun Tahunan disamping supervisor.


(47)

11.Pramuniaga

Seorang pramuniaga adalah ujung tombak kegiatan penjualan dan lain yang berkaitan dengan tujuan perusahaan. Oleh karena itu pramuniaga harus bisa langsung menciptakan suasana yang bersahabat sehingga membuat pembeli terasa nyaman dan senang untuk berbelanja.

Tugas dan kewajiban pramuniaga adalah:

1. Melaksanakan tata lingkungan toko setiap saat meliputi: a) Kebersihan dan perawatan lingkungan toko

b) Menata kenyamanan dan keindahan toko

2. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan barang.

a) Membersihkan dan merapikan barang pagi dan petang maupun setelah terjadi penjualan

b) Mengamati/mengawasi barang-barang dari hal-hal yang membuat barang rusak atau tidak dapat dijual lagi

c) Menchecking barang yang terjual dan menggantikannya

3. Memberikan pelayanan yang baik dengan membuat pengunjung membeli barang dan menjadi pelanggan setia.

4. Mencatat setiap label dari hasil penjualan kedalam memorial penjualan harian setelah kasir memasukkan data label tersebut kedalam mesin kasir.


(48)

C.

Laporan Keuangan Perusahaan

Adapun laporan Keuangan Mode Fashion Departement Store adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

NERACA MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN TAHUN 2002-2006

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Departement Store Medan.

Harta 2002 2003 2004 2005 2006

Aktiva Lancar:

Kas & Bank

48,614,500 46,255,500 57,652,750 89,489,200 70,400,700 Piutang Dagang 713,899,070 496,869,870 350,290,145 522,386,075 678,288,730

Persediaan Barang Jadi

1,033,226,600 976,525,000 1,876,424,500 3,133,456,809 2,636,484,345

Persediaan Brg Penolong Kantor 2,765,500

2,576,500 3,165,450 2,157,500 3,165,450

Total Aktiva Lancar

1,798,505,670 1,522,226,870 2,287,532,845 3,747,489,584 3,388,339,225 Aktiva Tetap: Tanah 275,000,000 120,000,000 375,000,000 950,000,000 775,000,000 Bangunan 985,000,000 775,000,000 1,275,000,000 5,049,914,000 3,149,078,000

Inventaris 30,000,000

30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Peralatan 190,000,000

190,000,000 190,000,000 190,000,000 190,000,000

Jumlah Aktiva Tetap

1,480,000,000 1,115,000,000 1,870,000,000 6,219,914,000 4,144,078,000 Akm. Penyusutan (275,500,000) (198,750,000) (366,750,000) (831,699,600) (390,789,450)

Nilai Buku Aktiva Tetap

1,204,500,000 916,250,000 1,503,250,000 5,388,214,400 3,753,288,550

Jumlah Harta 3,003,005,670

2,438,476,870 3,790,782,845

9,135,703,984

7,141,627,775

Hutang Dan Modal Pemilik

Hutang lancar

Hutang Dagang 301,654,500

206,608,300 440,044,000 1,425,750,000 766,646,380 Hutang Bank 396,087,850 389,756,500 450,810,900 505,784,700 899,068,725 Hutang Pajak 43,409,550 26,248,000 131,421,300 178,642,800 317,221,200

Total Hutang Lancar

741,151,900 622,612,800 1,022,276,200 2,110,177,500 1,982,936,305

Hutang Jangka Panjang

Hutang Bank & Pihak III

950,000,000 850,000,000 900,000,000 3,500,000,000 2,300,000,000 Modal Pemilik:

Modal Sendiri 300,000,000

300,000,000 300,000,000 300,000,000 300,000,000

Laba Tahun lalu 665,864,070

381,260,620 1,011,853,770 2,990,544,200 1,568,506,645

Laba Tahun Berjalan

345,989,700 284,603,450 556,652,875 234,982,284 990,184,825 1,311,853,770 965,864,070 1,868,506,645 3,525,526,484 2,858,691,470

Jumlah Hutang & Modal Pemilik 3,003,005,670

2,438,476,870 3,790,782,845

9,135,703,984

7,141,627,775


(49)

Tabel 3.2

LAPORAN LABA RUGI

MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN TAHUN 2002-2006

2002 2003 2004 2005 2006

Pendapatan Penjualan Toko 9,365,785,650 9,195,785,500 11,265,750,500 13,985,765,500 14,065,785,750 Penjualan Gudang 3,245,750,500 3,012,450,750 4,817,698,500 6,785,254,500 7,125,645,650 12,611,536,150 12,208,236,250 16,083,449,000 20,771,020,000 21,191,431,400

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Awal 976,525,000

965,785,500 1,033,226,600 1,876,424,500 2,636,484,345

Pembelian 11,554,750,500

11,225,492,500 15,205,525,750 19,302,458,500 19,360,750,500 12,531,275,500 12,191,278,000 16,238,752,350 21,178,883,000 21,997,234,845

Persediaan Akhir (1,033,226,600)

(976,525,000) (1,876,424,500) (2,636,484,345) (3,133,456,809)

Harga Pokok Penjualan 11,498,048,900

11,214,753,000 14,362,327,850 18,542,398,655 18,863,778,036

Laba Kotor 1,113,487,250

993,483,250 1,721,121,150 2,228,621,345 2,327,653,364

Biaya Umum & Administrasi

B. Gaji dan Upah 205,600,000

195,200,000 313,600,000 389,600,000 401,250,000

B. rekening listik 17,525,500

16,745,500 26,875,500 35,295,450 37,652,750

B. rekening air

5,125,500 4,896,000 7,725,600 9,756,550 10,125,500

B. rekening telepon & handphone

25,023,500 23,775,500 38,645,500 47,650,500 49,750,500

B. rekening gas

2,347,500 2,230,500 3,625,500 4,567,850 4,925,450

B. keperluan konsumsi & dapur

8,952,500 8,495,000 13,750,500 17,050,500 19,354,500

B. provisi & materai

3,536,500 3,756,500 5,465,500 6,254,500 7,354,500

B. pemlihran / perbaikan kendaraan 12,124,750

11,525,500 18,652,450 21,657,500 16,750,500

B. pemlihran / perbaikan peralatan 9,678,200

9,197,500 15,345,050 19,250,350 20,750,500

B. perlengkapan dan alat tulis kantor

9,464,750 8,992,500 14,650,000 19,125,500 20,325,650

B. tranportasi / pengangkutan

26,782,500 25,445,000 41,325,150 51,250,500 59,625,500

B. retribusi / LKMD / Keamanan

3,015,000 2,850,000 4,652,000 5,750,500 6,250,750

B. parkir dan pajak kendaraan

2,330,000 2,218,450 3,675,000 4,750,500 6,125,500

B. sewa toko

23,500,000 23,500,000 23,500,000 23,500,000 25,500,000

B. penyusutan 76,750,000

66,250,000 91,250,000 184,953,900 279,995,700

Jumlah Biaya Operasional 431,756,200

405,077,950 622,737,750 840,414,100 965,737,300

Biaya bunga KMK

265,756,550 246,575,250 375,650,475 425,650,500 465,785,500 Biaya Lain-lain Biaya Lain-lain 26,575,250 24,649,600 34,658,750 47,650,500 50,652,750 Total Biaya 724,088,000 676,302,800 1,033,046,975 1,313,715,100 1,482,175,550

Laba Sebelum PPh

389,399,250 317,180,450 688,074,175 914,906,245 845,477,814 Perkiraan PPh (43,409,550) (32,577,000) (131,421,300) (373,471,517) (178,642,800) LABA BERSIH 345,989,700 284,603,450 556,652,875 541,434,728 666,835,014


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 1. Rasio Modal Kerja

Berikut ini adalah fluktuasi rasio modal kerja pada Mode Fashion Departement Store Medan yang akan dijelaskan melalui table dibawah ini:

Tabel 4.1

Rasio Modal Kerja dan Profitabilitas Pada Mode Fashoin Departement Store Medan

Tahun 2002-2006

2002 2003 2004 2005 2006 Working Capital

Turover

11.93 13.57 12.71 12.69 12.08 Current

Ratio

2.43 2.44 2.24 1.78 1.71 Receivable

Turnover

17.67 20.17 37.97 47.60 35.30 Return on

Investment

11.52 11.67 14.68 5.93 9.34

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Departement Store Medan, diolah.

Pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bagaimana hubungan antara

Working Capital Turnover, Current Ratio dan Receivable Turnover


(51)

Gambar 4.1

Fluktuasi Working Capital Turnover, Current Ratio dan Receivable Turnover terhadap Return on Investment

Pada Mode Fashion Departement Store Medan Priode 2002-2006

11.93

13.57

12.71 12.69

15.08

2.43 2.44 2.24 1.78

1.71 17.67

20.17

37.97

47.60

35.30

11.52 11.67

14.68

5.93

9.34

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2002 2003 2004 2005 2006

WCTO CR RTO ROI


(52)

a. Working Capital Turover

Working Capital Turover berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini

dapat dilihat sebagai berikut : tahun 2002 sebesar 11,93x, tahun 2003 sebesar 13,57x, tahun 2004 sebesar 12,71x, tahun 2005 sebesar 12.69x, dan tahun 2006 sebesar 15,08x. Pada tahun 2003-2004, 2005-2006

Working Capital Turover mengalami peningkatan. Namun pada tahun

2003-2005 Working Capital Turover mengalami penurunan sebesar 0,88x

(13.57 – 12,69).

Nilai tertinggi Working Capital Turover terjadi pada tahun 2006

yaitu 15,08x. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran modal kerja Mode Fashion Departement Store Medan sebesar 15,08x dalam setahunnya. Sedangkan nilai terendah dari Working Capital Turover berada pada tahun 2002 sebesar 11,93x.

b. Current Ratio

Current Ratio digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan

dalam jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan sampai dimana tuntutan-tuntutan kewajiban jangka pendek ditutup oleh aktiva yang dapat dikonversikan ke dalam uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Current

Ratio berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut: tahun 2002 sebesar 2,43 (243%), tahun 2003 sebesar 2,44 (244%), tahun 2004 sebesar 2,24 (224%), tahun 2005 sebesar 1,78 (178%) dan tahun 2006 sebesar 1,71 (171%). Pada tahun 2002-2003 Current Ratio mengalami peningkatan sebesar 0.01 (1%). Pada tahun 2003-2004,


(53)

2004-2005, 2005-2006 Current Ratio menunjukkan penurunan masing-masing

sebesar 0,20 (20%), 0,46 (46%) dan 0,07 (7%).

Nilai tertinggi Current Ratio terjadi pada tahun 2003 sebesar 2.44

atau 244%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp 1,- dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2.44,-. Sedangkan nilai terendah dari Current Ratio berada pada tahun 2006 sebesar 1,71.

c. Receivable Turnover

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Receivable Turnover

berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : tahun 2002 sebesar 17,67x, tahun 2003 sebesar 20,17x, tahun 2004 sebesar 37,97x, tahun 2005 sebesar 47,60x dan tahun 2006 sebesar 35,30x. Pada tahun 2002-2005 Receivable Turnover mengalami peningkatan sedangkan pada thun 2005-2006 Receivable Turnover mengalami penurunan sebesar

12,30x (47,60 – 35,30).

Nilai tertinggi Receivable Turnover terjadi pada tahun 2005 yaitu

sebesar 47,60x. Hal ini berarti setiap rupiah aktiva selam satu tahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp. 47,60,-. Sedangkan nilai terendah dari Receivable Turnover terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 17,67x.

Rendahnya tingkat perputaran piutang pada tahun ini disebabkan oleh tingginya tingkat piutang perusahaan pada tahun tersebut.

2. Rasio Profitabilitas / Return on Investment (ROI)

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur dan mengevaluasi tingkat earning perusahaan dalam hubungannya dengan volume penjualan,


(54)

(Syamsuddin, 2000:53). Berikut ini adalah nilai rasio profitabilitas dari tahun 2002-2006 pada Mode Fashion Departement Store Medan, berdasarkan Laporan Keuangan sebagai berikut :

ROI berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : tahun 2002 sebesar 11,52 %, tahun 2003 sebesar 11,67%, tahun 2004 sebesar 14,68%, tahun 2005 sebesar 5,93 % dan tahun 2006 sebesar 9,34%. Pada tahun 2002-2003, 2003-2004, ROI mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2004-2005 ROI mengalami penurunan dan tahun 2005-2006 ROI kembali mengalami peningkatan sebesar 3,41% (9,34 – 5,93). Untuk nilai tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 14,68%, dan untuk nilai terendah dari rasio ini berada padatahun 2005 sebesar 5,93%.

B. Analisis Data Statistik

Data yang telah diperoleh sebagai nilai dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, selanjutnya dianalisis secara statistic dengan menggunakan metode analisis korelasi Spearman dan dibantu alat bantu program SPSS versi 12.0.


(55)

Tabel 4.2

Correlations

1.000 -.300 .100 .100

. .624 .873 .873

5 5 5 5

-.300 1.000 -.600 .600

.624 . .285 .285

5 5 5 5

.100 -.600 1.000 -.300

.873 .285 . .624

5 5 5 5

.100 .600 -.300 1.000

.873 .285 .624 .

5 5 5 5

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

WCTO

CR

RTO

ROI Spearman's rho

WCTO CR RTO ROI

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Departement Store Medan, diolah.

Dimana : X1 = Working Capital Turnover

X2 = Current Ratio

X3 = Receivable Turnover

Y = Return on Investment

Pengertian daripada tabel 4.2 diatas, dapat dilihat sebagai berikut : a. Hubungan Working Capital Turnover dengan Profitabilitas (ROI)

Hipotesis dari Working Capital Turnover adalah :

Ho : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel

bebas (X1) dengan variabel terikat (Y).

H1 : rs = 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel

bebas (X1) dengan variabel terikat (Y).

Pada tabel 4.2 diperoleh rs dari Working Capital Turnover terhadap


(56)

2

1 2

r n r t

−− =

2 100 , 0 1

2 5 100 , 0

− −

=

= 0,175

Dimana :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi

n = banyaknya pasangan rank

Pada α = 5% dengan kebebasan (df) = 5-2=3, maka diperoleh ttab = 3.182 . Dengan demikian karena - ttab (-3,182) < thit (0,175) <

ttab (3,182) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Working Capital Turnover dengan ROI. Karena rasio Working Capital Turnover tidak

secara langsung membentuk ROI. Dengan kata lain hubungan antara rasio Working Capital Turnover dengan ROI masih diperantai oleh

variable lain, dan ketika rasio Working Capital Turnover mengalami

kenaikan ataupun penurunan belum tentu juga ROI mengalami kenaikan/penurunan.

Hasil dari koefisien korelasi (rs) tersebut bertanda positif yang

artinya jika Working Capital Turnover mengalami kenaikan maka ROI

juga akan mengalami kenaikan tetapi hubungannya sangat rendah.Nilai 0,175 merupakan koefisien korelasi yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya penambahan sebesar satu rupiah untuk rasio perputaran modal kerja, maka akan ada kenaikan kemampuan memperoleh laba


(57)

sebesar 0,100. Secara deskriptif hubungan dari Working Capital Turnover dengan ROI dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

0 3 6 9 12 15 18

2002 2003 2004 2005 2006

WCTO ROI

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Department Store, diolah. Gambar 4.2 : Hubungan Working Capital Turnover dengan ROI tahun

i hubungan dari Working Capital Turnover dengan ROI

yang positif dan tidak signifikan dari Working Capital

2002-2006. Fluktuas

dapat dilihat pada gambar 4.2 diatas, dimana pada periode 2002-2003

Working Capital Turnover mengalami peningkatan, periode

2003-2004, 2004-2005 mengalami penurunan dan pada periode 2005-2006 kembali mengalami peningkatan. Sedangkan ROI pada periode 2002-2003, 2003-2004 mengalami peningkatan dan periode 2004-2005 mengalami penurunan dan pada tahun 2005-2006 kembali mengalami peningkatan.

Hubungan

Turnover dengan ROI, dapat dilihat dari pergerakan yang sama yaitu

pada periode 2002-2003, 2004-2005, dan 2005-2006, dimana rasio


(58)

tahun 2002-2003, diikuti dengan ROI yang hanya mengalami kenaikan sebesar 0,15 . pergerakan pada periode ini memberikan pengertian bahwa tingkat perputaran Working Capital Turnover memiliki

hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan, dimana pada saat Working Capital Turnover mengalami kenaikan, hal

ini juga diikuti oleh naiknya ROI dalam jumlah yang sangat rendah. Hubungan Current Ratio dengan ROI.

b.

sebagai berikut :

ntara variabel

ang signifikan antara variabel

nt Ratio terhadap ROI adalah

Hipotesis dari Current Ratio adalah

Ho : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan a

bebas (X2) dengan variabel terikat (Y).

H1 : rs = 0, artinya terdapat hubungan y

bebas (X2) dengan variabel terikat (Y).

Pada tabel 4.2 diperoleh rs dari Curre

0,600, dengan demikian thit dapat dicari sebagai berikut :

2

1 2

nr r t

− =

2 600 , 0 1

2 5 600 , 0

− −

=

= 1,299

t = nilai t hitung

asi Dimana :

r = koefisien korel


(59)

Pada α = 5% dengan kebebasan (df) =5-2=3 , maka diperoleh ttab 3,182 . Dengan demikian karena - ttab (-3,182) < thit (1,299) < ttab

(3,182) maka Ho diterima dan H1ditolak. Artinya bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara variabel Current Ratio dengan ROI. Current Ratio memiliki hubungan yang positif dengan tingkat

hubungan yang sangat rendah terhadap ROI. Dimana diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) = 0,600 dengan signifikan = 1,299 artinya

apabila Current Ratio meningkat maka ROI juga meningkat, tetapi

hubungan ini tidak signifikan. Hubungan tidak signifikan ini disebabkan oleh Current Ratio yang tidak memiliki kontribusi yang

sangat besar dalam membentuk ROI. Dimana setiap adanya upaya penambahan satu rupiah untuk rasio lancar maka akan ada kenaikan memperoleh laba hanya sebesar 0.600. secara deskriftif hubungan yang positif antara Current Ratio dengan ROI dapat dilihat melalui hubungan yang searah pada grafik dibawah ini :

0 2 4 6 8 10 12 14 16

2002 2003 2004 2005 2006

CR ROI

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Department Store, diolah. Gambar 4.3 : Hubungan Current Ratio dengan ROI tahun 2002-2006.


(60)

Fluktuasi hubungan dari Current Ratio dengan ROI dapat dilihat

pada gambar 4.3 diatas, dimana pada periode 2002-2003 Current Ratio

mengalami peningkatan dan pada periode lainnya (2003-2006) Current Ratio mengalami penurunan, Sedangkan ROI pada periode

2002-2003,2003-2004 mengalami peningkatan dan periode 2004-2005 mengalami penurunan dan pada tahun 2005-2006 kembali mengalami peningkatan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat diketahui hubungan dari

Current Ratio dengan ROI mengalami arah yang sama (Pada tahun

2002-2003,2004-2005). Hal ini tidak sejalan dengan hasil hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara Current Ratio dengan ROI

bersifat negative. Hal ini disebabkan karena hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga mengakibatkan peningkatan profitabilitas walaupun dalam jumlah yang sangat rendah. Meningkatnya profitabilitas disebabkan karena menurunnya biaya-biaya yang dikaitkan dengan penggunaan modal jangka pendek yang semakin sedikit jika dibandingkan dengan jumlah modal jangka panjang.

c. Hubungan Receivable Turnover dengan ROI.

Hipotesis dari Receivable Turnover adalah sebagai berikut :

Ho : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel

bebas (X3) dengan variabel terikat (Y).

H1 : rs = 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel


(61)

Pada tabel 4.2 diperoleh rs dari Receivable Turnover terhadap ROI

adalah -0,300, dengan demikian thit dapat dicari sebagai berikut :

2

1 2

r n r t

−− =

2

) 300 , 0 ( 1

2 5 300

, 0

− − − −

=

= -0,544

Dimana :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi

n = banyaknya pasangan rank

Pada α = 5% dengan kebebasan (df) = 5-2=3, maka diperoleh ttab 3,182 . Dengan demikian karena - ttab (-3,182) < thit (-0,544) < ttab

(3,182) maka Ho diterima. Artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Receivable Turnover dengan ROI.

Dengan kata lain, kemampuan memperoleh laba dari Mode Fashion Departement Store Medan tidak mempunyai hubungan dengan tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dari perusahaan ini. Hasil

dari koefisien korelasi (rs) tersebut bertanda negative yang artinya jika Receivable Turnover mengalami kenaikan maka ROI sebaliknya akan

mengalami penurunan tetapi dengan catatan factor-faktor lain dianggap tetap. Artinya dimana setiap adanya penambahan sabesar satu rupiah untuk tingkat perputaran pitang maka akan ada penurunan kemampuan memperoleh laba sebesar 0,300 Secara deskriptif


(62)

hubungan antara Receivable Turnover dengan ROI dapat dilihat pada

grafik di bawah ini

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2002 2003 2004 2005 2006

RTO ROI

Sumber : Laporan Keuangan Mode Fashion Department Store, diolah. Gambar 4.4 : Hubungan Receivable Turnover dengan ROI tahun

2002-2006.

Fluktuasi hubungan dari Receivable Turnover dengan ROI dapat

dilihat pada gambar 4.4 diatas, dimana pada periode 2002-2005

Receivable Turnover mengalami kenaikan dan pada periode

2005-2006 Receivable Turnover mengalami penurunan. Sedangkan ROI

pada periode 2002-2003,2003-2004 mengalami peningkatan dan periode 2004-2005 mengalami penurunan dan pada tahun 2005-2006 kembali mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat diketahui hubungan dari


(63)

Hal ini tidak sejalan dengan hasil hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara Receivable Turnover dengan ROI bersifat positif.

Hubungan negatif antara Receivable Turnover dengan ROI tidak

sesuai dengan pendapat Halim ((1993:120) yang menyatakan bahwa akibat langsung dari investasi pada piutang adalah naiknya pendapatan. Kenaikan ini diharapkan secara tidak langsung akan menaikkan laba yang diperoleh perusahaan.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan penyajian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengujian hipotesis terhadap variabel Working Capital Turnover,

membuktikan bahwa variabel ini memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode fashion Departement Store Medan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara rasio Working Capital Turnover dengan kemampulabaan Mode Fashion departement Store Medan masih diperantai oleh variable-variabel lain. Artinya apabila rasio Working Capital Turnover meningkat, ROI juga akan meningkat dalam jumlah

yang sangat rendah.

2. Pengujian hipotesis terhadap variabel Current Ratio, membuktikan bahwa

variabel ini memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode fashion Departement Store Medan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Current Ratio tidak memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membentuk ROI.

3. Pengujian hipotesis terhadap variabel Receivable Turnover, membuktikan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan.


(65)

Koefisien Korelasi dari rasio ini bertanda negative yang artinya setiap ada kenaikan dari Receivable Turnover akan mengakibatkan turunnya

kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan dan sebaliknya jika Receivable Turnover turun, maka ROI akan

mengalami kaenaikan pada Mode Fashion Departement Store Medan. B. Saran

Adapun saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, tingkat Working Capital Turnover dari Mode Fashion Departement Store Medan sudah

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hubungan positif antara Working Capital Turnover dengan ROI yang berarti apaila Working Capital Turnover meningkat maka ROI juga meningkat, tetapi hal ini belum

mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kemampulabaanya. Maka sebaiknya Mode Fashion Departement Store Medan harus terus meningkatkan tingkat Working Capital Turnover agar ROI juga akan

meningkat.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, dapat dikatakan bahwa tingkat Current Ratio dari Mode Fashion Departement Store

Medan sudah memenuhi standard dua banding satu (2:1) atau 200%. Dengan hasil tersebut maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maximum yang boleh ditarik supaya perusahaan dapat memepertahankan standard 2:1 tersebut. Dengan demikian kemampuan perusahaan untuk membayar


(66)

kewajiban lancarnya akan semakin baik. Jika hal ini dapat terus ditingkatkan maka Mode Fashion Departement Store Medan akan dapat meningkatkan kemampulabaannya dari waktu ke waktu.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka sebaiknya Mode Fashion Departement Store Medan memperhatikan tingkat

Receivable Turnover agar perusahaan dapat meningkatkan


(1)

Hal ini tidak sejalan dengan hasil hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara Receivable Turnover dengan ROI bersifat positif.

Hubungan negatif antara Receivable Turnover dengan ROI tidak sesuai dengan pendapat Halim ((1993:120) yang menyatakan bahwa akibat langsung dari investasi pada piutang adalah naiknya pendapatan. Kenaikan ini diharapkan secara tidak langsung akan menaikkan laba yang diperoleh perusahaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan penyajian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengujian hipotesis terhadap variabel Working Capital Turnover, membuktikan bahwa variabel ini memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode fashion Departement Store Medan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara rasio Working Capital Turnover dengan kemampulabaan Mode Fashion departement Store Medan masih diperantai oleh variable-variabel lain. Artinya apabila rasio Working Capital Turnover meningkat, ROI juga akan meningkat dalam jumlah yang sangat rendah.

2. Pengujian hipotesis terhadap variabel Current Ratio, membuktikan bahwa variabel ini memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode fashion Departement Store Medan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Current Ratio tidak memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membentuk ROI. 3. Pengujian hipotesis terhadap variabel Receivable Turnover, membuktikan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan.


(3)

Koefisien Korelasi dari rasio ini bertanda negative yang artinya setiap ada kenaikan dari Receivable Turnover akan mengakibatkan turunnya kemampuan memperoleh laba pada Mode Fashion Departement Store Medan dan sebaliknya jika Receivable Turnover turun, maka ROI akan mengalami kaenaikan pada Mode Fashion Departement Store Medan. B. Saran

Adapun saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, tingkat Working Capital Turnover dari Mode Fashion Departement Store Medan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hubungan positif antara Working Capital Turnover dengan ROI yang berarti apaila Working Capital Turnover meningkat maka ROI juga meningkat, tetapi hal ini belum mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kemampulabaanya. Maka sebaiknya Mode Fashion Departement Store Medan harus terus meningkatkan tingkat Working Capital Turnover agar ROI juga akan meningkat.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, dapat dikatakan bahwa tingkat Current Ratio dari Mode Fashion Departement Store Medan sudah memenuhi standard dua banding satu (2:1) atau 200%. Dengan hasil tersebut maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maximum yang boleh ditarik supaya perusahaan dapat memepertahankan standard 2:1 tersebut. Dengan demikian kemampuan perusahaan untuk membayar


(4)

kewajiban lancarnya akan semakin baik. Jika hal ini dapat terus ditingkatkan maka Mode Fashion Departement Store Medan akan dapat meningkatkan kemampulabaannya dari waktu ke waktu.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka sebaiknya Mode Fashion Departement Store Medan memperhatikan tingkat Receivable Turnover agar perusahaan dapat meningkatkan kemampulabaannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kelima, Universitas Muhammadiyah, Malang, 2005.

Gitosudarmo, Indriyo, Drs, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta, 1995.

Firnady, Frans, Analisis Hubungan Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada PT. Pola Indah Gas Medan, Skripsi, USU – Medan, 2007.

Halim, Abdul, Drs, MBA, Manajemen Keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan) BPFE, Yogyakarta, 1993.

Harahap, Sofyan Syafri, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Horne, James C Van dan M. Wachowicz, John, Fundamental of Financial Management, Buku Satu, Edisi Keduabelas, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 2000.

Kartadinata, Abas, Drs, Pembelanjaan : Pengantar Manajemen Keuangan, edisi yang diperbaharui, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1983

Martono & Agus Harjito, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Ekonosia, 2001.

Munawir, HS, Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Ketigabelas, Liberty, Yogyakarta, 2004.

Muslich, Mohamad, Manajemen Keuangan Modern : Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan, Cetakan Ketiga, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Pasaribu, Djarwanto, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan Kedelapan, BPFE Yogyakarta, 2001.

Purba, Parentahen, Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi Kesatu, USU Press Medan, 2002.

Riyanto Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahan, Edisi keempat, Cetakan Ketujuh Yogyakarta, 2001.


(6)

Sagala , Sarawitri, Analisis Kebijakan Modal Kerja terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkasa Mostindo Utama Medan, Skripsi-USU, 2006.

Sawir, Agnes, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Sudjaja, Ridwan, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Kelima, Literata, Parahyangan, 2003.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, CV. Alfabeta, Bandung, 2003.

Syahyunan, Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan), Edisi Pertama, Cetakan Pertama, USU Press, Medan, 2005. Syamsuddin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi

dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Cetakan Ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Tampubolon, Manahan, Manajemen Keuangan : Konseptual, Problem dan Studi Kasus, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 101 86

Analisis Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT Pola Indah Gas Medan

0 38 83

Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 32 98

Perbandingan Hasil Produksi Pakaian CV. MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN dengan Metode Pemulusan Dua Parameter dari Holt dan Pemulusan Eksponensial Ganda dari Brown

0 26 53

Analisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan sikap konsumen produk fashion di Matahari Departement Store.

0 2 107

Perbandingan Hasil Produksi Pakaian CV. MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN dengan Metode Pemulusan Dua Parameter dari Holt dan Pemulusan Eksponensial Ganda dari Brown

0 0 12

Perbandingan Hasil Produksi Pakaian CV. MODE FASHION DEPARTEMENT STORE MEDAN dengan Metode Pemulusan Dua Parameter dari Holt dan Pemulusan Eksponensial Ganda dari Brown

0 0 2

2 JBAJun16 Farah Cindy

0 0 14

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN SIKAP KONSUMEN PRODUK FASHION DI MATAHARI DEPARTEMENT STORE

0 0 105

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN SIKAP KONSUMEN PRODUK FASHION DI MATAHARI DEPARTEMENT STORE

0 0 105