Leaflet Pembelajaran Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

B. Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa yang dilipat tapi tidak dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik leaflet biasanya didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar harus memuat materi yang dapat menggiring siswa menguasai satu atau lebih KD Murni, 2010:1. Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya pada penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada penyusunan brosur. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat . Penyusunan leaflet sebagai bahan ajar lebih mudah dibandingkan dengan penyusunan bahan ajar yang lainnya, selain simpel leaflet juga sangat praktis untuk digunaka oleh siswa. Kata-kata yang digunakan dalam menyusun bahan ajar leaflet harus disusun secara sistematis, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dengan tujuan agar siswa tertarik dan mampu memotivasi siswa dalam belajar Darkuni 2010:39. Menurut Aini 2010:15 beberapa yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun leaflet adalah sebagai berikut: 1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa; 2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang penting sebagai informasi; 3. Padat pengetahuan; 4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan; 5. Kalimat yang disajikan singkat, dan jelas; 6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya; 7. Dapat diambil dari berbagai museum, obyek wisata, instansi pemerintah, swasta, atau hasil download dari internet.

C. Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kelompok atau dikenal Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kelompok adalah falsafah homohomini socius yang menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kerjasama menjadi kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak ada individu, keluarga, masyarakat atau sekolah Lie, 2002:27. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim Isjoni, 2007:15. Tentunya metode ini memiliki kelemahan dibandingkan metode lainnya. Dalam pembelajaran kelompok, hal yang sering terjadi kelas akan menjadi ribut dan gaduh, lebih-lebih bila menghadapi siswa yang masih kekanak- kanakan. Disisi lain siswa yang memiliki kemampuan lebih akan bekerja sendiri sedangkan teman yang lainnya akan menimbulkan kesan mengikuti temannya yang memiliki kemampuan lebih tersebut tanpa mengeluarkan pendapat, dalam bahasa lain hanya sekedar pelengkap kelompok. Selain itu perasaan minder akan timbul bila bergabung dengan temannya yang lebih pandai. Kesan negatif lain adalah timbulnya perasaan was-was dari anggota kelompok akan hilangnya karakteristik dan keunikan pribadi mereka harus beradaptasi dengan kelompoknya. Permasalahan lain dalam pembelajaran kelompok adalah sebagai berikut: 1 Siswa sulit melakukan job description; 2 Anggota kelompok banyak yang tidak melakukan tugasnya; 3 Situasi belajar tidak terkendali dan menyimpang dari rencana . Roger dan David Johnson dalam Lie, 1999:30 menjelaskan bahwa “untuk mencapai hasil maksimal pembelajaran kelompok harus mengandung unsur- unsur sebagai berikut: 1 Adanya saling ketergantungan positif; 2 Adanya tanggungjawab perseorangan; 3 Adanya komunikasi intensif antar anggota; 4 Adanya tatap muka baik di dalam ataupun di luar kelas; 5 Adanya proses evaluasi kelompok. Dalam proses pembelajaran, dikatakan menggunakan pembelajaran kooperatif apabila memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan Isjoni 2007:20 yaitu: Setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Anonim 2012:1 mengatakan kegunaan ataupun keunggulan media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka; 2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: a. Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model; b. Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar; c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time lapse atau high speed photografi; d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal; e. Obyek yang terlalu kompleks mesin-mesin dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; f. Konsep yang terlalu luas gunung berapi, gempa bumi, iklim dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar,dan lain-lain. 3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: a. Menimbulkan kegairahan belajar; b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing. d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi dengan media yang berbeda dengan kemampuan dalam: a Memberikan perangsang yang sama; b mempersamakan pengalaman; c dan menimbulkan persepsi yang sama. Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual antara lain terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata bagi guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan. Pada dasarnya tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan-kegiatan belajar. Sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa Aini, 2011:15.

D. Student Teams Achievement Division STAD