4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori 2.1.1.
Definisi Nyeri Leher
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang seringkali dialami oleh orang banyak adalah nyeri punggung. Berdasarkan letak anatominya, nyeri punggung
dapat dibedakan menjadi neck pain neck pain, upper back pain nyeri punggung atas, dan lower back pain nyeri punggung bawah.
8
Definisi neck pain dapat dibagi menjadi 4, yaitu berdasarkan letak anatomi, etiologi, keparahan, dan durasi
gejala. Berdasarkan letak anatominya, neck pain didefinisikan sebagai nyeri yang
terletak di regio posterior tulang servikal, dari superior nuchal line sampai T1 dengan atau tanpa penjalaran ke kepala, badan, dan ekstremitas atas.
9
Kebanyakan neck pain tidak dapat ditentukan etiologinya sehingga dapat disebut sebagai
nonspecific neck pain. Pada beberapa kejadian neck pain dapat dibedakan berdasarkan etiologinya, seperti: whiplash-associated neck pain, occupational
neck pain, dan sports-related neck pain.
10
Gambar 2.1. Regio leher
11
5
Berdasarkan keparahan, neck pain dapat dibagi menjadi grade I-IV, antara lain: neck pain grade I dengan tanpa gejala maupun tanda apapun, neck pain grade
II dengan gangguan aktivitas sehari-hari, neck pain grade III dengan tanda neurologik dari kompresi saraf, neck pain grade IV dengan gangguan struktural.
10
Berdasarkan lama gejala, neck pain dibagi menjadi neck pain akut kurang dari 7 hari, subakut 7 hari-3 bulan, dan kronik lebih dari 3 bulan.
10
2.1.2. Epidemiologi Nyeri Leher
Neck pain merupakan keluhan yang dapat terjadi pada banyak orang dan tidak melihat umur maupun jenis kelamin. Berdasarkan beberapa studi, insidensi
neck pain lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.
12,13
Kelompok umur 35-49 tahun juga memiliki peningkatan risiko terjadinya neck pain.
13
Berdasarkan letak geografinya, neck pain lebih sering terjadi di negara-negara skandinavia dibandingkan dengan negara eropa lainnya dan asia.
14
2.1.3. Anatomi Tulang Belakang
Kolumna vertebralis atau yang biasa disebut sebagai tulang belakang merupakan susunan dari tulang-tulang yang disebut dengan vertebrae. Pada awal
perkembangan manusia, vertebrae berjumlah 33 namun beberapa vertebrae pada regio sacral dan coccygeal menyatu sehingga hanya terdapat 26 vertebrae pada
manusia dewasa. 26 vertebrae tersebut tersebar kedalam 5 regio kolumna vertebralis yaitu: cervical, thoracic, lumbar, sacral, dan coccygeal.
15
6
Gambar 2.2. Kolumna vertebralis
15
Kolumna vertebralis memiliki 4 lekukan jika dilihat dari sisi lateral. Jika dilihat dari sisi lateral, regio cervical dan lumbar berbentuk lordosis sedangkan
thorakal dan sacral berbentuk kifosis. Lekukan-lekukan tersebut memiliki fungsi antara lain: meningkatkan kekuatan kolumna vertebralis, menjaga keseimbangan
tubuh pada saat berdiri, meredam guncangan pada saat berjalan, dan mencegah vertebrae agar tidak mudah fraktur.
15
Gambar 2.3. Lekukan pada kolumna vertebralis
15
7
2.1.3.1. Regio cervical
Corpus vertebrae milik kolumna vertebralis cervical memiliki ukuran yang lebih kecil daripada vertebrae lain, kecuali regio coccyx. Dibandingkan dengan
corpus vertebrae, arcus vertebrae memiliki ukuran yang lebih besar.
15
Gambar 2.4. Regio cervical
15
Vertebrae cervical memiliki sebuah foramen vertebrale dan dua buah foramen transversal. Foramen vertebrale milik vertebrae cervical adalah yang paling besar
diantara yang lainnya karena bertugas melindungi pembesaran corda spinalis di regio cervical. Setiap prosesus transversus memiliki foramen transversus yang
dilewati oleh arteri dan vena vertebralis, dan serat saraf.
15
Vertebra C1 cervical disebut juga dengan atlas karena merupakan vertebrae yang menopang tulang tengkorang. Atlas memiliki dua arkus yang
berada pada sisi anterior dan posterior sehingga tidak memiliki processus spinosus. Disamping itu, atlas juga tidak memiliki corpus vertebrae. Pada bagian lateralnya
terdapat massa yang disebut lateral masses. Bagian superior lateral masses ini merupakan sendi facet superior yang berbentuk konkav sebagai tempat yang
berhubungan dengan tulang occipital. Hubungan tersebut membentuk sendi atalanto-occipital sehingga dapat membuat kepala bergerak bebas. Bagian inferior
8
lateral masses merupakan sendi facet inferior yang berhubungan dengan cervical kedua vertebrae.
15
Gambar 2.5. C1 atlas
15
C2 cervical disebut juga dengan axis. Berbeda dengan C1, C2 memiliki corpus vertebrae. Processus odontoid berjalan ke arah superior melewati bagian
anterior foramen vertebrae dari atlas sehingga terbentuk sendi pivot. Hal tersebut membuat kita dapat memutar kepala kearah kanan dan kiri. Sendi pivot tersebut
disebut sebagai sendi atlanto-axial.
15
Gambar 2.6. C2 axis
15
C3-C6 berbentuk seperti vertebrae pada umumnya seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. C7 disebut juga sebagai vertebrae prominens
karena memiliki processus spinosus yang besar sehingga dapat terlihat dan teraba pada pangkal leher.
15
9
Gambar 2.7. vertebrae cervical pada umumnya
15
2.1.4. Etiologi Nyeri Leher
Neck pain dapat diakibatkan oleh banyak hal. Penyebab tersering neck pain adalah akibat biomekanik seperti axial neck pain, whiplash-associated
disorder WAD, dan cervical radiculopathy sedangkan penyebab lainnya adalah akibat cervical myelopathy seperti penekanan korda spinalis, infeksi, neoplasma,
rematik, torticollis, cervical dystonia, dan major trauma
10
. Neck pain tanpa alasan yang spesifik dan jelas dapat disebut sebagai nonspecific neck pain NSNP.
Nonspecific neck pain merupakan salah satu neck pain yang sering terjadi, yaitu 27-48 pekerja per tahun mengalami nonspecific neck pain.
16
Postur yang tidak baik, ergonomis yang buruk, stress, dan kelelahan otot kronik dapat menyebabkan axial neck pain. Axial neck pain merupakan neck pain
yang disebabkan oleh faktor otot atau ligamen.
17
Berdasarkan penelitian pada pekerja kantoran di Iran, didapatkan hubungan antara postur kepala, cervical, dan
thoracic spinal dengan neck pain.
18
Berdasarkan penelitian lain, didapatkan juga bahwa postur statis dapat mengakibatkan neck pain.
19
2.1.5. Patofisiologi Nyeri Leher
Neck pain dapat terjadi oleh berbagai faktor, mulai dari posture yang buruk sampai stress mekanik. Nyeri pada otot dapat terjadi akibat tersensitisasinya free
nerve ending di otot. Proses nyeri pada otot terjadi akibat proses kimiawi maupun mekanik karena free nerve ending bekerja sebagai unit mechanonociceptive dan
chemonociceptive. Nyeri akibat proses kimiawi dapat terjadi karena kelelahan,
10
trauma, dan iskemia pada otot. Kelelahan otot akan memicu metabolisme anaerobik yang akhirnya akan mengakibatkan akumulasi metabolit pada otot yang
kemudian akan merangsang chemonociceptive sedangkan trauma dan iskemia akan melepaskan mediator seperti bradykinin, histamine, serotonin, dan natrium
yang kemudian akan merangsang chemonociceptive. Proses mekanik yang memicu nyeri dapat berakibat dari peregangan ataupun tekanan pada otot
sehingga merangsang mechanonociceptive.
20
Pembebanan pada punggung dapat menyebabkan kerusakan terhadap jaringan lunak pada bagian pundak sehingga menyebabkan kerusakan
microstructural pada saraf. Hal tersebut mengakibatkan berbagai dampak, mulai dari iritasi ringan, menurunnya kapasitas saraf, terbatasnya kemampuan otot,
hingga terhambatnya gerakan terutama pada bagian tangan
2.1.6. Faktor Risiko Nyeri Leher
2.1.6.1. Beban tas
Beban tas yang berat akan menyebabkan peregangan otot yang kemudian akan memicu mechanonociceptive. Penggunaan tas punggung yang berat secara
terus menerus juga akan mengakibatkan stress mekanik berulang. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, stress mekanik berulang tersebut dapat memicu
chemonociceptive yang kemudian akan menimbulkan rasa nyeri. Beban tas punggung sebaiknya dibatasi hingga 10 dari berat badan seseorang saja karena
jika melebihi angka tersebut dapat mengakibatkan perubahan postur.
4
Beban berat pada bagian belakang tubuh akan mengubah pusat gravitasi seseorang. Keadaan
ini membuat seseorang untuk mengkompensasinya dengan cara membuat bagian kepala dan badan kearah depan.
4
Jika keadaan tersebut tetap dipertahankan, akan terjadi perubahan postur pada bagian kepala dan leher berupa penurunan sudut
craniovertebral dan peningkatan kepala terhadap leher dan peningkatan kepala dan leher terhadap badan yang mengindikasikan adanya forward head posture.
Forward head posture dapat menyebabkan berbagai kelainan muskuloskeletal berupa nyeri leher. Perubahan-perubahan tersebut terjadi ketika beban tas
punggung melebihi 10 terhadap berat badan.
21
Semakin kedepan kepala
11
seseorang maka semakin berat juga kerja otot leher dan otot punggung atas untuk menahan jatuhnya kepala ke dada. Keadaan tersebut dapat menyebabkan lelahnya
otot leher. Studi lain juga menyatakan bahwa semakin besar tingkat forward head posture maka semakin berat juga nyeri lehernya.
22
Berdasarkan penelitian oleh Mwaka ES et al 2014 dengan total sample berjumlah 532 siswa, terdapat 164
siswa 30,8 dengan beban tas melebihi 10 berat badan dan terdapat 24,5 dengan kejadian nyeri leher.
4
Whittfield J et al 2005, dalam risetnya menemukan 77,1 siswa sekolah dasar menderita kelainan muskuloskeletal terutama di bagian
leher, bahu, upper back, dan lower back akibat beban tas yang melebihi 10 berat badan.
23
2.1.6.2. Durasi membawa tas dan metode transport
Haselgrove et al 2008 membagi durasi membawa tas dan moda transportasi menjadi 3 kategori, yaitu: durasi rendah 30 menittransportasi
apapun, durasi tinggi 30 menittransportasi pasif bus, mobil, motor, durasi tinggi 30 menittransportasi aktif sepeda, jalan kaki.
24
Dari hasil penelitiannya, orang yang termasuk golongan durasi tinggitransportasi pasif
memiliki risiko neck pain yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
24
Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik seseorang maka semakin tinggi juga kekuatan dari otot badannya.
24
Maka dari itu, orang yang membawa tas dengan dengan cara berjalan, bersepeda,dll
dibandingkan dengan yang menggunakan alat transportasi pasif cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih kuat sehingga mengurangi terjadinya risiko
kejadian nyeri leher. Studi lain juga menunjukkan adanya hubungan antara lamanya membawa tas punggung dengan nyeri punggung.
25
2.1.6.3. Obesitas
Berdasarkan WHO, seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT 30 kgm
2
.
26
Namun pada orang asia-pasifik, klasifikasi IMT yang mengakatakan seseorang tergolong obesitas berbeda dengan kriteria WHO. Batas IMT yang
mengakatakan seseorang obesitas pada daerah asia-pasifik lebih rendah daripada kriteria WHO yaitu 23 kgm
2
untuk overweight dan 25 kgm
2
untuk obesitas.
27
12
Tabel 2.1. Klasifikasi gizi berdasarkan IMT pada orang asia
27
Klasifikasi IMT
Underweight 18.5 kgm
2
Normal 18.5-22.9 kgm
2
Overweight
23 kgm
2
Berisiko
23-24.9 kgm
2
Obesitas tingkat 1 25-29.9 kgm
2
Obesitas tingkat 2 30 kgm
2
Pria atau wanita yang mengalami obesitas dapat mengalami nyeri kronik pada bagian low back dan neckshoulders. Obesitas dapat meningkatkan risiko
nyeri kronik pada bagian low back dan neckshoulders sebanyak 20.
28
Alshagga MA et al 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa IMT dan nyeri
muskuloskeletal memiliki hubungan yang signifikan.
5
Mekanisme yang dapat menyebabkan nyeri masih belum jelas namun diduga berhubungan dengan
peningkatan sitokin proinflamasi. Studi lain mengatakan bahwa orang dengan obesitas mengalami peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 yang dapat
menimbulkan hyperalgesia.
29,30
Berdasarkan penelitian oleh Song Q et al 2014, anak yang tergolong obesitas mengalami perubahan postur, gait, dan ground reaction forces pada saat
memakai tas punggung. Anak dengan obesitas mengalami perubahan berupa: perubahan badan ke atas, sudut kepala menjadi lebih maju, siklus gait bertambah,
penurunan fase swing, dan peningkatan gaya reaksi terhadap tanah.
31
2.1.6.4. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian oleh Croft PR et al 2001, insidensi kumulatif neck pain selama setahun lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki
sedangkan umur tidak terdapat banyak perbedaan.
11
Perempuan lebih banyak mengalami neck pain daripada laki-laki dikarenakan ambang nyeri yang rendah
dan memiliki anggota gerak atas yang lebih lemah daripada laki-laki.
32,33
13
Tabel 2.2. Insidensi kumulatif neck pain selama setahun berdasarkan jenis
kelamin dan umur sampel populasi manchester, 1992 1993
11
2.1.7. Tata Laksana Neck pain dapat dikurangi melalui berbagai cara mulai dari terapi
konservatif sampai operatif. Penderita neck pain pada umumnya akibat gangguan mekanik sehingga tidak perlu dilakukan tindakan operatif yang
membutuhkan biaya lebih. Neck pain akibat mekanika dapat dikurangi hanya dengan melakukan cervical and scapular stretching and strengthening
exercises.
34
Neck pain juga dapat diatasi dengan menggunakan farmakoterapi. Obat yang paling efektif untuk menangani neck pain akibat mekanik adalah obat
anti-inflamasi nonsteroid OAINS baik sistemik maupun topikal.
35,36
14
2.2.Kerangka teori
2.3.Kerangka konsep
15
2.4.Definisi operasional
Istilah Definisi
Skala pengukuran
Hasil ukur kategori
Neck pain nyeri di regio posterior
tulang servikal, dari superior nuchal line
sampai T1 dengan atau tanpa penjalaran ke
kepala, badan, dan ekstremitas atas
9
Ordinal VAS score 0-10
1. Tidak nyeri 0 2. Neck pain ringan 1-3
3. Neck pain sedang 4-6 4. Neck pain berat 7-10
Beban tas Beban tas yang dibawa
oleh mahasiswa Ordinal
Persentase beban tasberat badan
Berdasarkan Mwaka et al 2014 1. 10
2. 10
IMT Berat badan kg dibagi
dengan kuadrat dari tinggi badan m
Ordinal Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan WHO 1. Tidak obese 25 kgm
2
2. Obese 25 kgm
2
Jenis kelamin Sifat keadaan jantan
atau betina
7
Nominal Jenis kelamin
1. Laki-laki 2. perempuan
Moda Bentuk
7
transportasi yang Nominal Jenis transportasi
1. Transportasi aktif
16
Transportasi digunakan untuk ke
kampus berjalan kaki, bersepeda, motor, mobil,
bus 2. Transportasi pasif
Durasi membawa tas
Rentang waktu
7
membawa tas Ordinal
Durasi Berdasarkan haselgrove et al
2008 1. 30 menit durasi rendah
2. 30 menit durasi tinggi
Durasi membawa tas moda
transportasi Rentang waktu
membawa tasbentuk transportasi yang
digunakan Ordinal
Durasijenis transportasi Berdasarkan haselgrove et al
2008 1. Durasi rendahtranspotasi
apapun 2. Durasi tinggitransportasi
pasif 3. Durasi tinggitransportasi
aktif
17
BAB III METODE PENELITIAN