Analisis Bivariat Hasil dan Pembahasan

25

4.2.3. Analisis Bivariat

4.2.3.1.Hubungan Beban Tas dengan Kejadian Nyeri Leher pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 Tabel 4.9. Hubungan Beban Tas dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir Beban tas Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N Tidak berat 68 56,7 43 35,8 111 92,5 Berat 6 5 3 2,5 9 7.5 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 1,000 OR 95 CI 1,265 0,3-5,3 Dari 120 mahasiswa yang mengikuti penelitian ini, terdapat 6 mahasiswa 5 yang membawa tas yang berat 10 berat badan dan mengalami nyeri leher. Angka tersebut berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya pada siswa Sekolah Dasar di New Zealand dengan jumlah 77,1 siswa yang mengalami gejala muskuloskeletal. 23 Hal itu mungkin disebabkan oleh perbedaan antara usia, dan beban tas pada responden penelitian tersebut. Penelitian tersebut menggunakan responden siswa SD yang usianya lebih muda dan memiliki ambang beban 10 berat badan yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa sehingga beban yang tidak berat bagi mahasiswa dapat menjadi beban yang berat bagi siswa SD. Beban tas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan nyeri leher yang ditandai dengan nilai P0,05. 26 4.2.3.2.Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Terjadinya Kejadian Nyeri Leher

4.2.3.2.1. Jenis Kelamin

Tabel 4.10. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir Jenis kelamin Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N Laki-Laki 27 22,5 11 9,2 38 31,7 Perempuan 47 39,2 35 29,1 82 68,3 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 0,150 OR 95 CI 0,547 0,24-1,25 Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki yang mengalami kejadian nyeri leher berjumlah 27 orang 22,5 sedangkan perempuan yang mengalami kejadian nyeri leher berjumlah 47 orang 39,2. Dari angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami nyeri leher dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Croft PR et al 2001 yang mengatakan bahwa insidensi nyeri leher dalam setahun lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. 34 Walaupun penelitian ini sesuai, hubungan antara jenis kelamin dengan nyeri leher tidak signifikan P0,05. Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena jumlah jenis kelamin perempuan pada PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Maka dari itu, kejadian nyeri leher akan lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. 27

4.2.3.2.2. Moda Transportasi

Tabel 4.11. Hubungan Moda Transportasi dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir Moda Transportasi Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N Transportasi aktif 38 31,7 21 17,5 59 49,2 Transportasi pasif 36 30 25 20,8 61 50,8 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 0,544 OR CI 95 0,796 0,38-1,66 Berdasarkan jenis transportasi yang digunakan ke kampus, mahasiswa dengan kejadian nyeri leher yang menggunakan transportasi aktif berjumlah 38 orang 31,7 dan yang menggunakan transportasi pasif berjumlah 36 orang 30. Jenis transportasi yang digunakan ke kampus dan nyeri leher tidak memiliki hubungan yang signifikan P0,05. 28

4.2.3.2.3. Durasi Membawa Tas

Tabel 4.12. Hubungan Durasi Membawa Tas dalam Sehari dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir Durasi Membawa Tas Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N 30 menit 26 21,7 24 20 50 41,7 30 menit 48 40 22 18,3 70 58,3 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 0,066 OR CI 95 2,014 0,95-4,26 Berdasarkan durasi membawa tas dalam sehari, mahasiswa dengan durasi membawa tas 30 menit dalam sehari yang mengalami kejadian nyeri leher berjumlah 26 orang 21,7 dan mahasiswa dengan durasi membawa tas 30 menit dalam sehari yang mengalami kejadian nyeri leher berjumlah 48 orang 40. Durasi membawa tas dalam sehari dan kejadian nyeri leher tidak memiliki hubungan yang signifikan P0,05. 29

4.2.3.2.4. Durasi Membawa Tas dan Jenis Transportasi

Tabel 4.13. Hubungan Durasi Membawa Tas dan Jenis Transportasi dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir Durasi membawa tasjenis transportasi Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N Durasi rendahtransportasi apapun 26 21,7 24 20 50 41,7 Durasi tinggitransportasi pasif 21 17,5 15 12,5 36 30 Durasi tinggitransportasi aktif 27 22,5 7 5,8 34 28,3 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 0,036 Dari 74 mahasiswa yang mengalami nyeri leher, terdapat 26 mahasiswa 21,7 yang tergolong durasi rendahtransportasi apapun, 21 mahasiswa 17,5 yang tergolong durasi tinggitransportasi pasif, dan 27 mahasiswa 22,5 yang tergolong durasi tinggitransportasi aktif. Terdapat hubungan yang signifikan P0,05 antara durasi membawa tas dalam sehari dan jenis transportasi yang digunakan untuk ke kampus. Hal ini sesuai dengan penelitian Haselgrove C et al 2008 bahwa terdapat hubungan antara durasi membawa tas dalam sehari dan jenis transportasi dengan nyeri leher. 30

4.2.3.2.5. IMT

Tabel 4.14. Hubungan IMT dengan Kejadian Nyeri Leher dalam Satu Minggu Terakhir IMT Nyeri leher dalam satu minggu terakhir Total + - N N N Tidak obese 60 50 33 27,5 93 77,5 Obese 14 11,7 13 10,8 27 22,5 Total 74 61,7 46 38,3 120 100 P 0,233 OR 95 CI 0,592 0,25-1,41 Diantara mahasiswa yang mengalami nyeri leher, 60 mahasiswa 50 tidak obese dan 14 mahasiswa 11,7 obese. IMT dan nyeri leher tidak memiliki hubungan yang signifikan P0,05. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Alshagga MA et al 2013 yang menyatakan adanya hubungan antara IMT dengan nyeri muskulotskeletal. 5

4.3. Keterbatasan Penelitian