Sesuai dengan pendapat Martawijaya dan Abdurrohim 1984, besarnya retensi bahan pengawet yang larut dalam air untuk pemakaian dibawah atap
berkisar antara 3,4-5,6 kgm3. Tabel 8.Persyaratan Retensi Bahan Pengawet untuk Kayu Perumahan dan Gedung
No Jenis Bahan
Pengawet Retensi kgm
3
Dibawah Atap Diluar
1 Tanalith CT 06
4,6 6,6
2 Celcure A P
5,6 8,0
3 Osmose K33
3,4 4,8
4 Kemira K33
4,4 6,3
Sumber : Martawijaya dan Abdurrohim 1984
Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit mindi memiliki retensi berkisar antara 0,868 kgm3 sampai dengan 2,564 kgm3 untuk
penggunaan dibawah atap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suranto 2002 yang menyatakan bahwa bila kayu akan digunakan di dalam ruangan, retensinya dapat
kurang dari 8 kgm3. Uji lanjut Duncan yang dilakukan terhadap taraf konsentrasi, diperoleh
bahwa konsentrasi 2, 4, dan 6 berbeda nyata. Diantara ketiga taraf konsentrasi bahan pengawet yang digunakan, konsentrasi 6 lebih efektif,
sehingga direkomendasikan untuk digunakan lebih lanjut.
2. Stabilitas Dimensi Kayu
Stabilitas dimensi diperoleh dengan mengevaluasi nilai ASE dengan menghitung perbedaan sweeling sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil pengujian
ASE yang dihasilkan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 5 dan data selengkapnya disajikan dalam lampiran.
Tabel 9. Nilai ASE Contoh Uji Kayu Karet Konsentrasi
Nilai ASE 25,57
2 62,47
4 79,75
Universitas Sumatera Utara
6 95,12
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa setiap kenaikan konsentrasi nilai ASE yang diperoleh juga semakin meningkat. Nilai tertinggi adalah nilai yang
memiliki anti pengembangan volume yang paling baik. Nilai ASE yang tertinggi yang diperoleh adalah dengan ekstraksi kulit mindi M. azedarach Linn. dengan
konsentrasi 6 yaitu 95,12. Angka-angka tertinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai anti pengembang volume, semakin kecil nilai pengembangan
volumenya. Menurut Achmadi 1990, perubahan dimensi kayu dapat dikurangi melalui pemejalan dinding sel dan rongga sel dengan bahan kimia tertentu seperti
menggunakan zat ekstraktif. Proses pemejalan dinding sel dan rongga sel menunjukkan peningkatan volume kayu berbanding lurus dengan volume bahan
kimia yang ditambahkan. Volume kayu meningkat dengan menggunakan bahan kimia sekitar 25 mendekati volume kayu segar, tetapi jika kayu pejal ini
berhubungan dengan air hanya sedikit pengembangan. Hasil penelitian ini menunjukkan volume yang diperoleh tidak melebihi volume kayu segar yakni
25, maka perubahan dimensi kayu karet dapat dikurangi dengan menggunakan zat ekstraktif kulit mindi M. azedarach Linn..
Hasil analisis sidik ragam yang diperoleh bahwa perlakuan yang dilakukan dalam berbagai konsentrasi 0, 2, 4, 6 tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai ASE. Hal ini disebabkan penggunaan zat ekstraktif dapat menstabilkan atau tidak membuat stabilitas dimensi contoh uji kayu karet berubah. Pengembangan
volume terjadi akibat meningkat dan menurunnya air di dalam kayu dibawah kadar air titik jenuh serat.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengujian pada Fungi S. commune