Diagnosis Penatalaksanaan Manfaat Penelitian

menjadi menurun hipoperfusi sehingga terjadi gangguan pada pertukaran bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan. Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta mengakibatkan oksigenasi janin menurun sehingga sering terjadi pertumbuhan janin yang terhambat Intrauterine growth retardation, gawat janin, bahkan kematian janin intrauterin. Prawihardjo,2002 3. Vasokonstriksi pembuluh darah Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap meskipun cardiac output meningkat, karena terjadinya penurunan tahanan perifer. Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor sehingga keluarnya bahan- bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat menimbulkan vasokonstriksi. Adanya vasokonstriksi menyeluruh pada sistem pembuluh darah arteriol dan kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak terjadi vasokonstriksi, ibu hamil dengan hipertensi akan berada dalam syok kronik. Prawihardjo, 2002 Pada pre-eklampsi yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia Cunningham, 2005.

2.2.5. Diagnosis

• Pemeriksaan LaboratoriumWiknjosastro, 2005: a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah 1. Penurunan hemoglobin nilai rujukan atau kadar normalhemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr 2. Hematokrit meningkat nilai rujukan 37 – 43 vol 3. Trombosit menurun nilai rujukan 150 – 450 ribumm 3 b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urin. c. Pemeriksaan Fungsi hati 1. Bilirubin meningkat N= 1 mgdl 2. LDH laktat dehidrogenase meningkat 3. Aspartat aminomtransferase AST 60 ul. 4. Serum Glutamat pirufat transaminase SGPT meningkat N= 15-45 uml 5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase SGOT meningkat N= 31 ul 6. Total protein serum menurun N= 6,7-8,7 gdl d. Tes kimia darahAsam urat meningkat N= 2,4-2,7 mgdl • Radiologi a.Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra uterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah

2.2.6. Penatalaksanaan

Pre-eklampsi ringan: Penatalaksanaan pre-eklampsi ringan menurut Saifuddin 2006: 1. Rawat jalan ambulatoir 2. Rawat inap hospitalisasi 1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya Pengelolaan secara rawat jalan ambulatoir: 2. Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus 3. Vitamin 4. Tidak perlu pengurangan konsumsi garam 5. Tidak perlu pemberian antihipertensi 6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu 1. Pre-eklampsi ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre-eklampsi berat. Pengelolaan secara rawat inap hospitalisasi: 2. Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu seperti tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsi berat dan eklampsi seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati. 3. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa: a. Pengamatan gerakan janin setiap hari b. NST non stress test 2 kali seminggu c. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG ultrasonografi setiap 3-4 minggu d. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina. Tergantung umur kehamilan: Pengelolaan obstetrik a. Bila penderita tidak inpartu - Umur kehamilan kurang 37 minggu Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. - Umur kehamilan 37 minggu atau lebih 1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus. 2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan b. Bila penderita sudah inpartu Perjalanan persalinan dapat diikuti. Pre-eklampsi berat : Dapat ditangani secara aktif atau konservatif Saifuddin, 2006. - Aktif: kehamilan diakhiri diterminasi bersama dengan pengobatan. - Konservatif: kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan. 1. - Kegagalan penanganan konservatif Penanganan aktif: - Adanya tanda-tanda gawat janin - Usia kehamilan 35 minggu atau lebih 2. - Pada kehamilan kurang dari 35 minggu Penanganan konservatif: - Keadaan janin masih baik Antikonvulsan. Pengobatan Magnesium sulfat diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten. Antihipertensi. Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena secara pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. • Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5m intramuskular setiap 2 jam. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan: a. Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit. b. Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena Cunningham, 2005. Persalinan Pada pre-eklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi yang amanterpilih adalah anastesi umum. Tidak harus dilakukan anastesi spinal, karena anestesi spinal berhubungan dengan hipotensi Cunningham, 2005.

2.2.7. Pencegahan