Hubungan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Dari Ibu Pre- Eklampsi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Dari Tahun 2008-2011

(1)

HUBUNGAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DARI IBU PRE- EKLAMPSI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN DARI TAHUN 2008-2011

Oleh :

GIETHA S RAVINDRAN NIM: 090100383

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DARI IBU PRE- EKLAMPSI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN DARI TAHUN 2008-2011

ʽ̔ Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran”

Oleh:

GIETHA S RAVINDRAN NIM: 090100383

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:Hubungan Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir dari Ibu Pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2008-2011

Nama: Gietha Ravindran Nim: 090100383

Pembimbing, Penguji,

... …... dr. Rita Evalina, SpA(K) dr. Evita Mayasari, M.Kes NIP: 140360090 NIP: 19771018-200312-2-003

………. dr. Rointan Simanungkalit,SpKK(K)

NIP: 19630820-198902-2-001

Medan, 8 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

...

Prof.Dr.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH NIP: 19540220-198011-1-001


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bimbingan, arahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Rita Evalina, SpA(K) selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kedua orang tua yaitu ayah Ravindran serta ibu Devi dan keluarga penulis

yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

3. Seluruh teman-teman penulis dan teman sekelompok yang ikut membantu

penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Medan, 25 Mei 2012

Gietha S Ravindran 090100383


(5)

ABSTRAK

Latar belakang Pre-eklampsi merupakan gangguan dalam kehamilan yang disertai dengan hipertensi, proteinuri dan dengan atau tanpa edema pada umur kehamilan diatas 20 minggu yang menyebabkan insufisiensi plasenta sehingga mengakibatkan asfiksia pada janin.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011.

Metode Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan potong lintang. Cara pengambilan sampel adalah dengan cara simple

random sampling yang berjumlah 91 orang. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien

yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011.

Hasil Didapatkan tidak ada hubungan antara umur ibu dan paritas dengan pre-eklampsi dengan nilai p=0.846 dan p=0.204. Juga didapatkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, berat badan lahir dengan kejadian asfiksia dengan nilai p=0.403 dan p=0.644. Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia dengan nilai p=<0.001.

Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara pre-eklampsi pada ibu hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir


(6)

ABSTRACT

Background Preeclampsia is a condition of hypertension accompanied by proteinuria and with or without edema that occurs due to pregnancy after week 20 of gestation which causes placental insufficiency and results in neonatal asphyxia.

Objective To know the relationship between preeclampsia and the incidence of neonatal asphyxia in Haji Adam Malik General Hospital Medan from year 2008 to 2011.

Methods This is descriptive analytic study with the design of cross sectional. Total of 91 samples were chosen using simple random sampling method. Data is collected from medical records of patients whom received treatment in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2008 to 2011.

Results There is no relationship between maternal age, parity and preeclampsia with the value of p=0.846 and p=0.204. Gender of the newborn and birth weight had no relationship with the incidence of neonatal asphyxia with the value of p=0.403 and p=0.644. Preeclampsia in pregnant women had a significant relationship with the incidence of neonatal asphyxia with p value <0.001.

Conclusion The case of preeclampsia in pregnant women had a significant relationship with the incidence of neonatal asphyxia


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asfiksia Neonatorum ...4

2.1.1 Definisi ………...4

2.1.2 Klasifikasi ……….4

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko……….5

2.1.4 Patofisiologi ………..6

2.1.5 Manifestasi Klinis ……….7

2.1.6 Diagnosis ………...7

2.1.7 Penatalaksanaan ……….8


(8)

2.2 Pre-eklampsi

2.2.1 Definisi ...11

2.2.2 Klasifikasi...11

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko ...12

2.2.4 Patogenesis...12

2.2.5 Diagnosis...13

2.2.6 Penatalaksanaan...15

2.2.7 Pencegahan...18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...19

3.2 Definisi Operasional...19

3.3 Cara Ukur...20

3.4 Skala Ukur...20

3.5 Hipotesis...20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ...21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...21

4.4. Metode Pengumpulan Data ...22

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data……….………....22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...24

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden...25

5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Tabel...25

5.1.2.2 Analisis Hubungan Tabel...27

5.2Pembahasan 5.2.1 Distribusi Frekuensi...30

5.2.2Analisis Hubungan...31


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...34 6.2 Saran...34 DAFTAR PUSTAKA...35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tabel Nilai Apgar 4

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Ibu 25

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Bayi Baru

Lahir

26

5.3 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pre-eklampsi 27

5.4 Analisis Hubungan Paritas dengan Pre-eklampsi 28

5.5 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asfiksia

Neonatorum

28

5.6 Analisis Hubungan Berat Badan Lahir dengan Asfiksia

Neonatorum

29

5.7 Analisis Hubungan Pre-eklampsi dengan Asfiksia

Neonatorum


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 5 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Latar belakang Pre-eklampsi merupakan gangguan dalam kehamilan yang disertai dengan hipertensi, proteinuri dan dengan atau tanpa edema pada umur kehamilan diatas 20 minggu yang menyebabkan insufisiensi plasenta sehingga mengakibatkan asfiksia pada janin.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011.

Metode Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan potong lintang. Cara pengambilan sampel adalah dengan cara simple

random sampling yang berjumlah 91 orang. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien

yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011.

Hasil Didapatkan tidak ada hubungan antara umur ibu dan paritas dengan pre-eklampsi dengan nilai p=0.846 dan p=0.204. Juga didapatkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, berat badan lahir dengan kejadian asfiksia dengan nilai p=0.403 dan p=0.644. Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia dengan nilai p=<0.001.

Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara pre-eklampsi pada ibu hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir


(14)

ABSTRACT

Background Preeclampsia is a condition of hypertension accompanied by proteinuria and with or without edema that occurs due to pregnancy after week 20 of gestation which causes placental insufficiency and results in neonatal asphyxia.

Objective To know the relationship between preeclampsia and the incidence of neonatal asphyxia in Haji Adam Malik General Hospital Medan from year 2008 to 2011.

Methods This is descriptive analytic study with the design of cross sectional. Total of 91 samples were chosen using simple random sampling method. Data is collected from medical records of patients whom received treatment in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2008 to 2011.

Results There is no relationship between maternal age, parity and preeclampsia with the value of p=0.846 and p=0.204. Gender of the newborn and birth weight had no relationship with the incidence of neonatal asphyxia with the value of p=0.403 and p=0.644. Preeclampsia in pregnant women had a significant relationship with the incidence of neonatal asphyxia with p value <0.001.

Conclusion The case of preeclampsia in pregnant women had a significant relationship with the incidence of neonatal asphyxia


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kejadian kedaruratan yang berupa kegagalan bernafas secara spontan segera setelah lahir dan sangat berisiko untuk terjadinya kematian.

Pre-eklampsi menyebabkan insufisiensi plasenta sehingga dapat mengakibatkan hipoksia ante dan intrapartum. Hipoksia janin terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbon dioksida. Ia mengakibatkan asfiksia neonatorum. (Mochtar, 1989).

Salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah pre-eklampsi (Winkjosastro, 2007). Pre-eklampsi adalah salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria dengan atau tanpa edema. (Cunningham, 2005)

Menurut National Centre for Health Statistics (NCHS), pada tahun 2002,

asfiksia neonatorum mengakibatkan 1 juta kematian di seluruh dunia. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan merupakan penyebab nomor dua kematian bayi. Dari penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007 hingga 2010 ditemukan 82 bayi mengalami asfiksia dengan prevalensi laki-laki 59.8% diikuti oleh perempuan 40.2%. (Maleeny Peramal,2008)

Pre-eklampsi menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4% setiap tahun. Sedangkan di Indonesia angka kejadiannya masih cukup tinggi yaitu 30%-40%. Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Mei 2005 hingga Mei 2006 ditemukan sebanyak 30 kasus. Kasus pre-eklampsi mayoritas terjadi pada umur 20-30 tahun sebanyak 10 kasus (33,3%), paritas ditemukan pada multipara yaitu 14 kasus (46,7%). Usia kehamilan mayoritas pada usia kehamilan >24-42 minggu sebanyak 30 kasus (100%) dan berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SD sebanyak 18 kasus (60%). (Amelda Rossa, 2008)


(16)

Tabel APGAR merupakan pedoman penilaian yang digunakan dalam klinis untuk menentukan tingkat asfiksia. Asfiksia diklasifikasikan berat jika nilai APGAR 0-3 dan ringan sedang jika nilai APGAR 4-6. Bayi dikatakan normal atau sedikit asfiksia jika nilai APGAR-nya 7-9(Ghai, 2010)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bayi baru lahir dengan asfiksia dari ibu pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan supaya pencegahan terhadap pre-eklampsi dilakukan dengan lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah hubungan asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dari ibu pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dari tahun

2008 hingga 2011.

1.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui distribusi pre-eklampsi berdasarkan umur ibu, paritas dan derajat pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

dari tahun 2008 hingga 2011.

2. Untuk mengetahui distribusi asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir bardasarkan jenis kelamin berat badan lahir dan derajat asfiksia di Rumah


(17)

1.4.1

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.2

Penelitian ini dapat membantu masyarakat terutama ibu yang menderita pre-eklampsi agar berhati hati dan mengambil langkah pencegahan terhadap pre-eklampsi maupun kejadian asfiksia pada anaknya.

1.4.3

Penelitian ini juga dapat membantu mahasiswa kedokteran dengan mengaitkan hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia neonatal.

Bagi tenaga kesehatan dalam bidang pengobatan, penelitian ini dapat membantu untuk mengenali dan mencegah risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Definisi

Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2007).

2.1.2. Klasifikasi Asfiksia

Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) asfiksia

diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)

Tabel 2.1 Nilai APGAR (Ghai, 2010)

Nilai 0 1 2

Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur

Denyut jantung Tidak ada <100 >100

Warna kulit Biru atau

pucat

Tubuh merah jambu & kaki, tangan biru.

Merah jambu

Gerakan/tonus otot Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi


(19)

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Gomella, 2009):

1. Faktor ibu

• Pre-eklampsi dan eklampsi

• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

• Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

• Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).

• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu

sirkulasi darah ke plasenta.

• Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta (Gomella, 2009).

2. Faktor Tali Pusat

• Lilitan tali pusat

• Tali pusat pendek

• Simpul tali pusat

• Prolapsus tali pusat(Gomella, 2009).

3. Faktor Bayi

• Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

• Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

• Kelainan bawaan (kongenital)

• Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella, 2009 & Toweil


(20)

2.1.4.Patofisiologi Asfiksia pada Pre-eklampsi

Ibu yang mengalami pre-eklampsi cenderung akan melahirkan bayi yang asfiksia. Sesuai yang diungkapkan oleh Cunningham (2005) disfungsi endotel akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar hormon vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, angiotensin) dan vasodilator (nitritoksida, prostasiklin). Vasokonstriksi yang meluas menyebabkan hipertensi (Cunningham, 2005). Pada ginjal juga mengalami vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan plasma protein melalui membran basalis glomerulus yang akan menyebabkan proteinuria.

Vasokonstriksi pembuluh darah mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum (Winkjosastro, 2007).

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kemudian disusul dengan pernapasan teratur dan tangisan bayi. Proses perangsangan pernapasan ini dimulai dari tekanan mekanik dada pada persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan oksigen arterial dan peningkatan tekanan karbon dioksida arterial, sehingga sinus karotikus terangsang terjadinya proses bernapas. Bila mengalami hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterin, maka saat persalinan maupun pasca persalinan berisiko asfiksia (Winkjosastro, 2007).

Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).


(21)

2.1.5.Manifestasi klinis Asfiksia

• Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan

tidak teratur

• Mekonium dalam air ketuban ibu

• Apnoe

• Pucat

• Sianosis

• Penurunan kesadaran terhadap stimulus

• Kejang (Ghai, 2010)

2.1.6.Diagnosis Asfiksia

Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.

Anamnesis

• Gangguan/ kesulitan waktu lahir.

• Cara dilahirkan.

• Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai, 2010).

• Bayi tidak bernafas atau menangis.

Pemeriksaan fisik

• Denyut jantung kurang dari 100x/menit.

• Tonus otot menurun.

• Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium

pada tubuh bayi.

• BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).

Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat jika:

Pemeriksaan penunjang

• PaO2 < 50 mm H2O

• PaCO2 > 55 mm H2


(22)

2.1.7.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:

1) Pengawasan suhu

Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:

a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.

b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.

c) Bungkus bayi dengan kain kering.

2) Pembersihan jalan nafas

Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.

3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.


(23)

Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:

a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)

Caranya:

1. Bayi dibungkus dengan kain hangat

2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut

3. Bersihkan badan dan tali pusat.

4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)

Caranya:

1. Bersihkan jalan napas.

2. Berikan oksigen 2 liter per menit.

3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,

bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).

4. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat

7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)

Caranya:

1. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.

2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

3. Bila tidak berhasil lakukan ETT.

4. Bersihkan jalan napas melalui ETT.

5. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium


(24)

2.1.8. Pencegahan

Pencegahan secara Umum

Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral

yang saling terkait (Perinasia, 2006).

Pencegahan saat persalinan

Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting, juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak.

• Yang harus diperhatikan:

a. Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, sertapemberian

pituitarin dalam dosis tinggi.

b. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan oksigen

dan darah segar.

c. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu


(25)

Pre-eklampsi 2.2.1. Definisi

Pre-eklampsi merupakan sindrom spesifik kehamilan pada umur kehamilan diatas 20 minggu, yang paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham, 2005)

2.2.2. Klasifikasi

Menurut Manuaba (2007) klasifikasi pre-eklampsi terbagi dua, yaitu

a. Pre-eklampsi ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :

1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih

2. Oedema ringan dengan kenaikan BB 1 kg/minggu

3. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau + 1 s/d + 2

4. Tidak disertai gangguan fungsi organ

b. Pre-eklampsi berat bila disertai keadaan sebagai berikut :

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

2. Proteinuria 5 gr/24 jam atau +4 s/d +5

3. Bisa disertai dengan

• Oliguria (urine ≤ 400 mL/24jam)

• Keluhan serebral, gangguan penglihatan

• Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerahepigastrium

• Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia

• Edema pulmonum, sianosis

• Gangguan perkembangan intrauterine


(26)

2.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya pre-eklampsi, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-eklampsi. Faktor risiko tersebut meliputi

a) Disfungsi dan aktivasi dari endothelial

(Wiknjosastro, 2007):

b) Invasi trofoblas yang abnormal

c) Iskemia uterus

d) Peran faktor genetik dan imunologik

e) Defisiensi kalsium. Kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi

dari pembuluh darah

f) Primigravida

g) Riwayat pernah menderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga

h) Riwayat penderita hipertensi.

i) Multipara dengan umur > 35 tahun

j) Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

k) Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan

tekanan darah tinggi)

l) Kehamilan kembar

2.2.4. Patogenesis

Patogenesis terjadinya Pre-eklampsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan kepekaan vaskuler .

Pada pre-eklampsi terjadi penurunan kadar prostasiklin dengan akibat meningkatnya thromboksan yang mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II sehingga peka

terhadap rangsangan bahan vasoaktif dan akhirnya terjadi hipertensi.

(Prawihardjo,2002)

2. Hipovolemia Intravaskuler

Pada pre-eklampsi terjadi penyusutan volume plasma hingga mencapai 30-40% kehamilan normal. Menurunnya volume plasma menimbulkan hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah. Akibatnya perfusi pada jaringan atau organ penting


(27)

menjadi menurun (hipoperfusi) sehingga terjadi gangguan pada pertukaran bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan. Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta mengakibatkan oksigenasi janin menurun sehingga sering terjadi pertumbuhan janin

yang terhambat (Intrauterine growth retardation), gawat janin, bahkan kematian janin

intrauterin. ( Prawihardjo,2002)

3. Vasokonstriksi pembuluh darah

Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap meskipun cardiac output meningkat, karena terjadinya penurunan tahanan perifer. Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor sehingga keluarnya bahan- bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat menimbulkan vasokonstriksi. Adanya vasokonstriksi menyeluruh pada sistem pembuluh darah arteriol dan kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak terjadi vasokonstriksi, ibu hamil dengan hipertensi akan

berada dalam syok kronik. (Prawihardjo, 2002) Pada pre-eklampsi yang berat dan

eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2005).

2.2.5. Diagnosis

•Pemeriksaan Laboratorium(Wiknjosastro, 2005):

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normalhemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)

2. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol %)

3. Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

b. Urinalisis


(28)

c. Pemeriksaan Fungsi hati

1. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl) 2. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat 3. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.

4. Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml) 5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l) 6. Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darahAsam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl )

•Radiologi

a.Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra uterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah

2.2.6. Penatalaksanaan Pre-eklampsi ringan:

Penatalaksanaan pre-eklampsi ringan menurut Saifuddin (2006):

1. Rawat jalan (ambulatoir) 2. Rawat inap (hospitalisasi)

1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir):

2. Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus 3. Vitamin

4. Tidak perlu pengurangan konsumsi garam 5. Tidak perlu pemberian antihipertensi 6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu


(29)

1. Pre-eklampsi ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu, hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre-eklampsi berat.

Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi):

2. Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu seperti tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsi berat dan eklampsi seperti nyeri kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian kanan atas, nyeri ulu hati.

3. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa: a. Pengamatan gerakan janin setiap hari

b. NST (non stress test) 2 kali seminggu

c. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG (ultrasonografi) setiap 3-4 minggu

d. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina.

Tergantung umur kehamilan: Pengelolaan obstetrik

a. Bila penderita tidak inpartu

- Umur kehamilan kurang 37 minggu

Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.

- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus.

2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan

b. Bila penderita sudah inpartu


(30)

Pre-eklampsi berat:

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif (Saifuddin, 2006). - Aktif: kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan. - Konservatif: kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan.

1.

- Kegagalan penanganan konservatif Penanganan aktif:

- Adanya tanda-tanda gawat janin - Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

2.

- Pada kehamilan kurang dari 35 minggu Penanganan konservatif:

- Keadaan janin masih baik

Antikonvulsan. Pengobatan

Magnesium sulfat diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

Antihipertensi.

Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena secara pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

•Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5m intramuskular

setiap 2 jam. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

a. Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

b. Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik

dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena (Cunningham, 2005).


(31)

Persalinan

Pada pre-eklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah anastesi umum. Tidak harus dilakukan anastesi spinal, karena anestesi spinal berhubungan dengan hipotensi (Cunningham, 2005).

2.2.7. Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsi kalau ada faktor-faktor predesposisi. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsi dan mengobatinya segera apabila ditemukan. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsi tidak juga dapat di hilangkan (Wiknjosastro, 2007).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, yang diamati adalah hubungan asfiksia pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita pre-eklampsi. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variable dependent Variable independent

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional 1.

2.

Neonatus adalah setiap manusia yang baru lahir sampai umur 28 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999).

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Mochtar, 1989).

a. Asfiksia berat (Apgar Score 0-3)

Penggolongananya menurut skor apgar (Ghai,2010):

b. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6)

c. Asfikisa ringan (Apgar Score 7-9)

3. Pre-eklampsi adalah hipertensi pada ibu hamil diatas 20 minggu disertai edema

dan proteinuria (Sarwono, 2002).

3.3. Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Neonatus asfiksia

Ibu yang menderita pre-eklampsi


(33)

3.4. Skala Ukur 3.4.1. Skala Nominal

Skala nominal yang digunakan pada penelitian ini adalah paritas, jenis kelamin bayi dan terdapatnya pre-eklampsi pada ibu dan asfiksia pada bayi baru lahir.

3.4.2. Skala Ordinal

Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur ibu, berat badan lahir bayi, derajat pre-eklampsi dan derajat asfiksia.

3.5.Hipotesa

Hipotesa dari penelitian ini adalah adanya hubungan bayi baru lahir dengan asfiksia dari ibu pre-eklampsi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini, deskriptif analitik. Data penelitian diambil dari rekam medis yaitu dari tahun 2008 hingga 2011. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

pendekatan cross sectional study.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departmen Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data telah dilaksanakan dari bulan Agustus hingga November 2012, setelah proposal disetujui.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2008-2011.

4.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diambil adalah dengan menggunakan menggunakan rumus. n = N

1 + N (d2 N = Besar populasi

)

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan Penghitungan besar sampel adalah seperti dibawah ini.

n = 998

1 + 998(0.12

n = 998 )

10.98

n = 90.9 n = 91


(35)

Dengan tingkat ketepatan relative sebesar 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah 90.9 orang yang akan dibundarkan menjadi 91 orang sampel (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

teknik simple random sampling.

1. Ibu yang menderita pre-eklampsi

Kriteria inklusi

2. Neonatus yang mengalami asfiksia segera setelah lahir.

1. Ibu yang menderita penyakit penyerta yang lain seperti diabetes, sepsis dan lain

lain lagi. Kriteria Eksklusi

2. Neonatus baru lahir dengan rekam medis yang tidak lengkap

3. Neonatus lahir mati

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat semua pencatatan kartu status (rekam medis) ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011.


(36)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan menggunakan SPSS 17.0.

Pengelolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Editing: untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara

kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

2. Coding: untuk mengkuantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka

karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.

3. Cleaning: pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan yang merupakan Rumah Sakit milik pemerintah. Rumah Sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular,

mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi gizi, farmasi, Central

Sterilization Supply Departement (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non-medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasan jenazah dan bagian rekam medis yang terletak di lantai dasar tepat dibelakang poliklinik Obstetri Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2.Deskripsi Karekteristik Responden

Sampel pada penelitian ini sebanyak 91 orang ibu yang melahirkan yang terdiri dari 33 orang ibu yang menderita pre-eklampsi dan 58 orang ibu yang tidak menderita pre-eklampsi dan bayi yang dilahirkan oleh ibu tersebut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dalam kurun tahun 2008 hingga 2011. Karakteristik sampel pada penelitian in dapat dilihat pada tabel berikut:


(38)

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Tabel

5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Ibu

Pada tabel 5.1. didapatkan bahwa usia ibu terbanyak adalah 21-30 tahun sebanyak 41 orang (45.1%), diikuti 31-40 tahun sebanyak 26 orang (28.6%) dan lebih dari 41 tahun sebanyak 16 orang (17.6%). Usia ibu yang paling sedikit adalah kuang dari 20 tahun sebanyak 8 orang (8.8%)

Sampel yang terbanyak adalah multipara yaitu sebanyak 60 orang (65.9%) dibanding primipara sebanyak 31 orang (34.1%).

Dari 91 orang ibu, didapatkan sebanyak 58 orang (63.7%) tidak mengalami pre-eklampsi. Didapatkan sebanyak 21 orang (23.1%) mengalami pre-eklampsi derajat berat dan sebanyak 12 orang (13.2%) mengalami pre-eklampsi derajat ringan.

Karakteristik F %

Umur ibu

≤20 8 8.8

21-30 41 45.1

31-40 26 28.6

≥41 16 17.6

Paritas

Primiparitas 31 34.1

Multiparitas 60 65.9

Derajat pre-eklampsi

Tidak pre-eklampsi 58 63.7

Ringan 12 13.2


(39)

5.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Bayi Baru Lahir

Pada tabel 5.2. didapatkan bahwa, dari 91 bayi baru lahir, terbanyak adalah laki- laki sebanyak 52 orang (57.1%) dan perempuan sebanyak 39 orang (42.9%).

Juga didapatkan berat badan lahir terbanyak adalah berat badan lahir normal, sebanyak 53 orang (58.2%), diikuti dengan berat badan lahir rendah sebanyak 28 orang (30.8%). berat badan lahir yang paling sedikit adalah berat badan lahir lebih sebanyak 10 orang (11%)

Dari 91 bayi baru lahir, terdapat sebanyak 61 orang (67%) tidak mengalami asfiksia. Sebanyak 13 orang (14.3%) mengalami asfiksia derajat sedang. Sebanyak 9 orang (9.9%) mengalami asfiksia derajat ringan dan 8 orang (8.8%) mengalami asfiksia derajat berat.

Karakteristik F %

Jenis kelamin

Laki-laki 52 57.1

Perempuan 39 42.9

Berat badan lahir

Berat badan lahir rendah (<2500) 28 30.8

Berat badan lahir normal (2500-3500) 53 58.2

Berat badan lahir lebih (>3500) 10 11.0

Derajat asfiksia

Tidak asfiksia 61 67.0

Ringan 9 9.9

Sedang 13 14.3


(40)

5.1.2.2. Analisis Hubungan Tabel

Tabel 5.3. Analisis hubungan umur ibu dengan pre-eklampsi

X2 = 0.816 df = 3 p = 0.846

Pada tabel 5.3. didapatkan kejadian pre-eklampsi terbanyak adalah pada kelompok umur ibu 21-30 tahun sebanyak 13 orang (14.3%), diikuti dengan kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 10 orang (11%) dan lebih dari 41 tahun sebanyak 7 orang (7.7%). Kejadian pre-eklampsi yang paling sedikit adalah pada kelompok umur ibu kurang dari

20 tahun sebanyak 3 orang (3.3%). Juga didapatkan nilai p=0.846 yang berarti tidak

terdapat hubungan antara umur ibu dengan pre-eklampsi.

Umur ibu Pre-eklampsi Tidak

pre-eklampsi

N % N % N %

≤20 3 3.3 5 5.5 8 8.8

21-30 13 14.3 28 30.7 41 45.0

31-40 10 11.0 16 17.6 26 28.6

≥41 7 7.7 9 9.9 16 17.6


(41)

Tabel 5.4. Analisis hubungan paritas dengan pre-eklampsi

X2 = 1.610 df = 1 p = 0.204

Pada tabel 5.4. didapatkan kejadian pre-eklampsi yang terbanyak adalah pada multipara sebanyak 19 orang (20.9%) dibanding dengan primipara sebanyak 14 orang (15.4%).

Juga didapatkan nilai p=0.204 berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan

pre-eklampsi.

Tabel 5.5. Analisis hubungan jenis kelamin dengan asfiksia neonatorum

X2 = 0.700 df = 1 p = 0.403

Pada tabel 5.5. didapatkan bayi laki-laki yang mengalami asfiksia sebanyak 19 orang (20.9%) dibanding dengan bayi perempuan sebanyak 11 orang (12.1%). Juga

didapatkan nilai p=0.403 yang berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan asfiksia.

Paritas Pre-eklampsi Tidak

pre-eklampsi

F % F % F %

Primiparitas 14 15.4 17 18.7 31 34.1

Multiparitas 19 20.9 41 45.0 60 65.9

Jumlah 33 36.3 58 63.7 91 100

Jenis Kelamin Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

Laki-laki 19 20.9 33 36.2 52 57.1

Perempuan 11 12.1 28 30.8 39 42.9


(42)

Tabel 5.6. Analisis hubungan berat badan lahir dengan asfiksia neonatorum

X2 = 0.880 df = 2 p = 0.644

Pada tabel 5.6. didapatkan kejadian asfiksia neonatorum terbanyak pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir normal sebanyak 18 orang (19.8%), diikuti dengan berat badan lahir rendah sebanyak 10 orang (11%) dan yang paling sedikit pada bayi baru lahir

dengan berat badan lahir lebih sebanyak 2 orang (2.2%). Juga didapatkan nilai p=0.644

yang berarti tidak terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan asfiksia neonatorum.

Tabel 5.7. Analisis hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia

X2 = 22.038 df = 1 p < 0.001

Berat badan lahir Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

berat badan lahir rendah 10 11 18 19.8 28 30.8

berat badan lahir normal 18 19.8 35 38.4 53 58.2

berat badan lahir lebih 2 2.2 8 8.8 10 11.0

Total 30 33.0 61 67.0 91 100

Pre-eklampsi Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

Pre-eklampsi 21 23.1 12 13.2 33 36.3

Tidak pre-eklampsi 9 9.9 49 53.8 58 63.7


(43)

Pada tabel 5.7. didapatkan bayi baru lahir dari ibu pre-eklampsi lebih banyak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 21 orang (23.1%) daripada yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 12 orang (13.2%). Terdapat juga bayi baru lahir bukan dari ibu pre-eklampsi yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 9 orang (9.9%).

Berdasarkan test chi-square, didapati nilai p<0.001 yang berarti terdapat hubungan

antara pre-eklampsi pada ibu dan asfiksia neonatorum.

5.2.1.Distribusi Frekuensi 5.2.Pembahasan

Dari hasil penelitian ini seperti yang ditunjukan pada tabel 5.1 didapatkan bahwa umur ibu terbanyak adalah 21-30 tahun sebanyak 41 orang (45.1%). Kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 26 orang (28.6%). Kelompok umur lebih dari 41 tahun sebanyak 16 orang (17.6%) dan paling sedikit adalah kurang dari 20 tahun sebanyak 8 orang (8.8%). Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Dr.Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, juga didapatkan dari 316 ibu yang melahirkan, 240 orang (75.9%) termasuk dalam kelompok umur 20-35 tahun (Justita Bahari,2009).

Berdasarkan paritas, yang paling banyak adalah multipara sebanyak 60 orang (65.9%) dan primipara sebanyak 31 orang (34.1%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Dr.Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, ibu yang melahirkan, 224 orang (70.9%) merupakan multipara dan 92 orang (29.1%) merupakan primipara (Justita Bahari,2009).

Derajat pre-eklampsi berat lebih banyak terjadi yaitu sebanyak 21 orang (23.1%) dibanding dengan tingkat ringan yaitu sebanyak 12 orang (13.2%). Ini sama dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Kodya Semarang pada tahun 2008, dari 40 ibu pre-eklampsi didapatkan 30 orang (75%) tergolong dalam tingkat pre-pre-eklampsi berat (Rinayati, Wahyuning, 2008).

Tabel 5.2 memperlihatkan jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 52 orang (57.1%), sedangkan perempuan 39 orang (42.9%). Penelitian yang

dilakukan di Dhaka Medical College University, Bangladesh tahun 2003-2004, juga

didapatkan dari 130 bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum adalah jenis kelamin laki-laki 60% dan perempuan 40% (Shireen et al, 2009).


(44)

Bayi lahir dengan berat badan lahir normal sebanyak 53 orang (58.2%), berat badan lahir rendah sebanyak 28 orang (30.8%) dan berat badan lahir lebih sebanyak 10 orang (11%). Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di New Dehli, India dalam kurun tahun 2002-2003 didapatkan dari 145,623 bayi lahir hidup, sebanyak 59,558 orang (40.9) lahir dengan berat badan lahir normal (National Neonatal-Perinatal Database, 2005)

Dari 91 bayi baru lahir, 61 orang (67%) tidak mengalami asfiksia. 9 orang (9.9%) mengalami asfiksia derajat ringan, 13 orang (14.3%) mengalami asfiksia derajat sedang dan 8 orang (8.8%) mengalami asfiksia derajat berat. Penelitian yang dilakukan di The Aga Khan University, Karachi, Pakistan pada tahun 2006 juga memperlihatkan bahwa setiap tahunnya dari 130 juta bayi lahir di dunia didapatkan 4 sampai 9 juta orang (3-6.9%) mengalami asfiksia (Haider, Bhutta, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Maleeny Peramal di RSUP H Adam malik dalam kurun tahun 2007-2010 ditemukan dari 82 bayi baru lahir dengan asfiksia, tingkat asfiksia yang paling banyak ditemukan adalah tingkat sedang sebanyak 45 orang (54.9%).

5.2.2.Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pre-eklampsi

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa umur ibu terbanyak yang menderita pre-eklampsi adalah 21-30 tahun sebanyak 14.3%. Tidak didapatkan hubungan antara umur ibu

dengan kejadian pre-eklampsi dengan nilai p=0.846. Ini hampir sama dengan penelitian

yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada tahun 2009,

proporsi terbanyak adalah 36% yang dijumpai pada kelompok umur 20 hingga 24 tahun (Gary L,2009).

Paritas dengan Pre-eklampsi

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa kejadian pre-eklampsi banyak terjadi pada multipara sebanyak 20.9%. Didapatkan tidak ada hubungan antara paritas dengan

kejadian pre-eklampsi dengan nilai p=0.204. Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, didapatkan lebih dari setengah (54.35%) kejadian pre-eklampsi terjadi pada multipara (Justita Bahari, 2009).


(45)

Jenis Kelamin dengan Asfiksia Neonatorum

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum terbanyak dari jenis kelamin lelaki yaitu sebanyak 20.9%. Tetapi tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai

p=0.950. Penelitian yang dilakukan di Chiang Mai University, Thailand pada tahun

1987, juga ditemukan 205 kasus asfiksia neonatorum yang terdiri dari 117 orang

(44.8%) laki-laki dan 88 orang (36.6%) perempuan dengan nilai p>0.05.

(Chotinaruemol, 1987)

Berat Badan Lahir dengan Asfiksia Neonatorum

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir banyak terjadi pada bayi dengan berat badan lahir normal (18.7%). Tes chi square menunjukkan menunjukkan tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan asfiksia

dengan nilai p=0.610. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh American

Academy of Pediatrics pada tahun 2004, dengan bayi yang baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak adalah pada kelompok berat badan lebih besar daripada 2000 gram dengan proporsi 89% (Yvonne W,2004).

Pre-eklampsi dengan Asfiksia Neonatorum.

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa bayi baru lahir dari ibu pre-eklampsi lebih banyak mengalami asfiksia neonatorum (23.1%) daripada yang tidak mengalami asfiksia (13.2%). Terdapat hubungan antara pre-eklampsi pada ibu dengan kejadian asfiksia

neonatorum dengan nilai p < 0,001. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

RSU Dr. Harjono S. Ponorogo selama tahun 2009, dari 84 ibu bersalin yang menderita pre-eklampsi, 69 orang (82,1%) yang dilahirkan mengalami asfiksia dan 15 orang

(17,9%) bayi lahir tanpa asfiksia dengan nilai p < 0.001 (Sunarto et al, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Mulago Hospital Kampala, Uganda Dari 85 ibu yang menderita pre-eklampsi juga didapatkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir sebanyak 16.9%. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat hubungan antara preeklampsi dengan


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada ibu menderita pre-eklampsi dan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia neonatorum.

6.2.Saran

1. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam

medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.

2. Perlu dilakukan penelitian dalam skala yang lebih luas dan metode yang lebih

baik untuk mendapatkan gambaran asfiksia neonatorum dan hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia neonatorum yang lebih tepat.


(47)

Daftar Pustaka

Amelda Rossa, 2006. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-eklampsia

di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Mei 2005-Mei 2006. Diunduh dari:

Castro C. L., 2004. Essential of Obstetri and Gynecology. 4th Ed. Philadelphia :

Elsivlersaunders, 200.

Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom,

K.D, 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 206-207

Chotinaruemol, S., 1987.Birth asphyxia at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital,

Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005 .

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta: EGC, 1765.

Ghai, O.P., Paul,V.K, Bagga, A., 2010: Essential Pediatrics. 7th

Gomella, T.L., M. Douglas Cunningham, Fabien Eyal, 2009. Neonatology,

edition, 96-140.

6th

Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan

Laktasi . Jakarta: EGC, 1080. edition, 391-398.

Haider, B.A., Bhutta A.Z., 2006. Birth Asphyxia in Developing Countries: Current

Status and Public Health Implications. Diunduh dari:


(48)

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan

Medis Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI,

272-276.

Justita Bahari, 2009. Hubungan Paritas dan Usia terhadap Kejadian Pre-eklampsia

pada Ibu Bersalin. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Kaye, D., 2003. Antenatal and Intrapartum Risk Factors for Birth Asphyxia among

Emergency Obstetric Referrals in Mulago Hospital, Kampala, Uganda.Diunduh

dari:

November 2012]

Kliegman, Marcdante, Jenson & Behrman, 2002. Nelson Essential of Pediatrics,

Elsevier Saunders, 5th edition, 458-459.

Kumar P, Clark M., 2007. Clinical Medicine, Elsevier Saunders, 6th

Maleeny Peramal, 2008.

edition. 799-801

Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir

di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Diunduh dari:

Manuaba, Chandra I.A., Fajar M., I.B.G Manuaba, 2008. Gawat Darurat Obstetri

Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta :EGC. 475-480.

Manuaba I.B.G., 2007. Penghantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 401-431

McGuire W, Fowlie P.W., Evans D.J., 2004. Naloxone for Preventing Morbidity

and Mortality in Newborn Infants of Greater than 34 Weeks' Gestation with Suspected Perinatal Asphyxia. Diunduh dari:

[diakses 30 mac

2012]


(49)

Jakarta: EGC, 50-54.

National Neonatal-Perinatal Database, 2005. New Dehli: Indian Council of Medical Research New Delhi. Diunduh dari:

[diakses 20

November 2012]

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta . Jakarta

Prawihardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 287.

Perinasia, 2006. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5.Jakarta. 430- 470.

Rachatapantanakorn, O., Tongkumchum, P., Chaisuksant, Y., 2005. Factors associated

with birth asphyxia in Pattani Hospital, Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Rinayati, Wahyuning. S., Taryunah, 2010. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian

Pre-eklampsi pada Ibu Hamil di RSUD Kodya Semarang tahun 2008. Diunduh dari:

November 2012]

Robin L Bissinger, Bryan L Ohning, Ted Rosenkrantz, 2011. Neonatal Resuscitation.

Diunduh dari: [diakses

30 mac 2012].

Saifudin A.B., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


(50)

Shireen, N., Nahar, N., Mollah, A., 2009. Risk Factors and Short-Term Outcome of Birth Asphyxiated Babies in Dhaka Medical College Hospital. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Subramaniam KS, 2006. LowBirth Weight Infant. Diunduh dari:

[diakses 28 juli

2012].

Sunarto, Suparji, Ayu, A.K., 2010. Hubungan Antara Hipertensi, Proteinuria Ibu

Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSU Dr. Harjono S.

Ponorogo Diunduh Dari:

[diakses 20 april 2012]

Susiaty, 2008. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kecemasan dalam

Menghadapi Proses Persalinan Pada Pasien Rumah Sakit Bersalin,

Diunduh dari: http:www.librarygunadarma.ac.id

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketujuh. Jakarta :PT Bina

[diakses 28 Oktober 2012]

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 89-100

Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan, Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


(51)

(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada ibu menderita pre-eklampsi dan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia neonatorum.

6.2.Saran

1. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam

medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.

2. Perlu dilakukan penelitian dalam skala yang lebih luas dan metode yang lebih

baik untuk mendapatkan gambaran asfiksia neonatorum dan hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia neonatorum yang lebih tepat.


(2)

Daftar Pustaka

Amelda Rossa, 2006. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-eklampsia

di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Mei 2005-Mei 2006. Diunduh dari:

Castro C. L., 2004. Essential of Obstetri and Gynecology. 4th Ed. Philadelphia :

Elsivlersaunders, 200.

Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom,

K.D, 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 206-207

Chotinaruemol, S., 1987.Birth asphyxia at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital,

Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005 .

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta: EGC, 1765.

Ghai, O.P., Paul,V.K, Bagga, A., 2010: Essential Pediatrics. 7th

Gomella, T.L., M. Douglas Cunningham, Fabien Eyal, 2009. Neonatology,

edition, 96-140.

6th

Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan

Laktasi . Jakarta: EGC, 1080. edition, 391-398.

Haider, B.A., Bhutta A.Z., 2006. Birth Asphyxia in Developing Countries: Current

Status and Public Health Implications. Diunduh dari:


(3)

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan

Medis Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI,

272-276.

Justita Bahari, 2009. Hubungan Paritas dan Usia terhadap Kejadian Pre-eklampsia

pada Ibu Bersalin. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Kaye, D., 2003. Antenatal and Intrapartum Risk Factors for Birth Asphyxia among

Emergency Obstetric Referrals in Mulago Hospital, Kampala, Uganda.Diunduh

dari:

November 2012]

Kliegman, Marcdante, Jenson & Behrman, 2002. Nelson Essential of Pediatrics,

Elsevier Saunders, 5th edition, 458-459.

Kumar P, Clark M., 2007. Clinical Medicine, Elsevier Saunders, 6th

Maleeny Peramal, 2008.

edition. 799-801

Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir

di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Diunduh dari:

Manuaba, Chandra I.A., Fajar M., I.B.G Manuaba, 2008. Gawat Darurat Obstetri

Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta :EGC. 475-480.

Manuaba I.B.G., 2007. Penghantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 401-431

McGuire W, Fowlie P.W., Evans D.J., 2004. Naloxone for Preventing Morbidity

and Mortality in Newborn Infants of Greater than 34 Weeks' Gestation with Suspected Perinatal Asphyxia. Diunduh dari:

[diakses 30 mac

2012]


(4)

Jakarta: EGC, 50-54.

National Neonatal-Perinatal Database, 2005. New Dehli: Indian Council of Medical Research New Delhi. Diunduh dari:

[diakses 20

November 2012]

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta . Jakarta

Prawihardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 287.

Perinasia, 2006. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5.Jakarta. 430- 470.

Rachatapantanakorn, O., Tongkumchum, P., Chaisuksant, Y., 2005. Factors associated

with birth asphyxia in Pattani Hospital, Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Rinayati, Wahyuning. S., Taryunah, 2010. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian

Pre-eklampsi pada Ibu Hamil di RSUD Kodya Semarang tahun 2008. Diunduh dari:

November 2012]

Robin L Bissinger, Bryan L Ohning, Ted Rosenkrantz, 2011. Neonatal Resuscitation.

Diunduh dari: [diakses

30 mac 2012].

Saifudin A.B., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


(5)

Shireen, N., Nahar, N., Mollah, A., 2009. Risk Factors and Short-Term Outcome of Birth Asphyxiated Babies in Dhaka Medical College Hospital. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Subramaniam KS, 2006. LowBirth Weight Infant. Diunduh dari:

[diakses 28 juli

2012].

Sunarto, Suparji, Ayu, A.K., 2010. Hubungan Antara Hipertensi, Proteinuria Ibu

Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSU Dr. Harjono S.

Ponorogo Diunduh Dari:

[diakses 20 april 2012]

Susiaty, 2008. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kecemasan dalam

Menghadapi Proses Persalinan Pada Pasien Rumah Sakit Bersalin,

Diunduh dari: http:www.librarygunadarma.ac.id

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketujuh. Jakarta :PT Bina

[diakses 28 Oktober 2012]

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 89-100

Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan, Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


(6)