Evaluasi kenyamanan pada beberapa taman kota di Jakarta Pusat

(1)

DI JAKARTA PUSAT

PRIAMBUDI TRIE PUTRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Priambudi Trie Putra


(3)

PRIAMBUDI TRIE PUTRA. Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Keberadaan taman kota merupakan hal mutlak untuk menjamin kelangsungan ekologis kota serta menjadi ruang interaksi sosial bagi warga kota. Fungsi taman kota adalah untuk ameliorasi iklim serta merekayasa lingkungan. Fungsi ameliorasi iklim yaitu berupa menurunkan suhu dan memodifikasi kelembaban iklim mikro kota. Fungsi rekayasa lingkungan yaitu berupa mengurangi erosi, meningkatkan kualitas udara kota, menjadi tempat habitat satwa liar, dan mengurangi kebisingan. Kenyamanan merupakan hal yang ingin dicapai dengan adanya taman kota. Selain menyajikan kenyamanan, taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) akan mampu meningkatkan kualitas kehidupan lingkungan perkotaan yang umumnya didominasi oleh struktur bangunan

Kawasan Menteng di Jakarta Pusat merupakan kota taman pertama di Indonesia yang memiliki beberapa taman kota seperti Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Kawasan Menteng merupakan model dari kota taman yang mengharmonisasikan penggunaan ruang sehingga dapat menciptakan lanskap kota yang nyaman. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kenyamanan Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang berdasarkan pengambilan data langsung (suhu dan kelembaban) serta responden dari masing-masing taman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode grid berukuran 20 meter x 20 meter untuk mengetahui sebaran suhu dan kelembaban di masing-masing taman. Di tiap grid dilakukan pengambilan data suhu dan kelembaban aktual dengan tiga kali ulangan. Pengambilan data dilakukan pada siang hari terik pukul 12.30-13.00 di bulan April-Mei 2010. Data berupa luas tutupan kanopi pohon dilakukan dengan melakukan digitasi citra taman menggunakan Google Earth 2010. Digitasi kanopi pohon menggunakan software AutoCAD 2007. Dari data luas tutupan kanopi pohon dicari hubungannya dengan data suhu dan kelembaban menggunakan persamaan regresi linier.

Faktor pembentuk iklim mikro ada empat, yaitu suhu, kelembaban, pergerakan udara (angin), dan radiasi matahari. Temperature Humidity Index (THI) merupakan rumus untuk mengetahui tingkat kenyamanan lingkungan berdasarkan suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata. Berdasarkan standar kenyamanan THI yang ideal bagi manusia adalah pada kisaran 21 – 26, dengan suhu berkisar 27-28°C dan kelembaban berkisar 40-75%. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa ketiga taman memiliki nilai THI di luar kisaran kenyamanan yaitu Taman Menteng 30,64, Taman Suropati 30,36, dan Taman Situ Lembang 30,76. Berdasarkan kuisioner, responden ketiga taman menyatakan bahwa ketiga taman tergolong nyaman. Faktor klimatik lain seperti angin diduga membantu memengaruhi kenyamanan sehingga kondisi aktual yang seharusnya tergolong tidak nyaman menjadi nyaman. Responden ketiga taman mayoritas menyatakan bahwa tujuan mereka datang ke taman adalah untuk berekreasi


(4)

faktor tersebut.

Rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro di ketiga taman didasarkan pada hasil perhitungan persamaan regresi linier di masing-masing taman. Pada Taman Menteng, perlu adanya penambahan luas tutupan kanopi pohon. Penambahan luas tutupan kanopi pohon masih dimungkinkan karena Taman Menteng cukup luas. Pada Taman Suropati, perlu diperhatikan kondisi percabangan pohon penaung sehingga memudahkan sirkulasi angin. Pada Taman Situ Lembang, perlu dilakukan penambahan pohon penaung serta semak untuk mengurangi suhu yang tinggi dari penyinaran matahari.


(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan

suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

PRIAMBUDI TRIE PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(7)

Nama : Priambudi Trie Putra

NRP : A44061107

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP. 19620118 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat”. Skripsi ini merupakan

hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Mama, orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan doa kepada penulis serta kakak-kakak dan adik (Pratiwi Susanthy, Daisy Dwi Prianthy, dan Mohammad Ardhi Sofyanto).

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini;

3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan perbaikan skripsi ini; 4. Ibu Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST., MT. selaku dosen pembimbing akademik

penulis yang membantu penulis dalam kegiatan perkuliahan;

5. Dinas Pertamanan dan Permakaman Provinsi DKI Jakarta atas izin yang telah diberikan kepada penulis,

6. Bapak Kamil selaku pengawas Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang atas pengarahan dan masukan bagi penulis, serta Ibu Dwi Airin Ponangsera yang membantu penulis dalam pencarian data;

7. Esti Budiarti yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data;

8. E. Junatan Muakhor, Rina Dwica Desyana atas kebersamaan dan dorongan yang diberikan kepada penulis serta Nining Irianti dan Mahmud Haris teman satu bimbingan;


(9)

kakak kelas ARL 41 dan 42 serta adik kelas ARL 44 dan 45;

11.Teman-teman Wisma The Village: Anto yang selalu memberikan motivasi, Radit, Chandra, Yogi, Zul, Rizki, Budi, Adit, Fandi, Ical, Sahrul, Topan, dan Enhar atas kebersamaan dan semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Bogor, Maret 2011


(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1988 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sunaryo dan Sumiyati. Pendidikan penulis diawali dengan menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) Islam Toledo pada tahun 1994. Pada tahun 2000 penulis lulus dari SDN Pekayon 07 Pagi Jakarta Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2003 di SLTPN 103 Cijantung, Jakarta Timur. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 39 Cijantung, Jakarta Timur.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Kegiatan di luar akademik yang pernah diikuti selama perkuliahan yaitu anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM-A) sebagai Komisi Keuangan periode 2007/2008, dan sekretaris umum periode 2008/2009. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di program Agroedutourism IPB pada tahun 2008. Kompetisi lomba yang pernah diikuti yaitu Sayembara Taman Pisang pada tahun 2009 dan Sayembara Taman Topi pada tahun 2010. Selain itu penulis juga menjadi asisten mata kuliah Desain Penanaman Lanskap pada Februari – Juni 2010 serta asisten mata kuliah Tanaman dalam Lanskap pada Agustus 2010 – Januari 2011. Penulis juga mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademik.


(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kegunaan Penelitian... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau ... 3

2.2 Taman Kota ... 3

2.3 Iklim Mikro ... 4

2.4 Kenyamanan ... 4

III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 5

3.2 Bahan dan Alat ... 6

3.3 Metode Penelitian ... 7

IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang ... 11

4.2 Letak, Luas, dan Batas Lokasi ... 13

4.3 Keadaan Fisik Kawasan ... 16

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu udara ... 18

5.1.1 Taman Menteng ... 18

5.1.2 Taman Suropati ... 23

5.1.3 Taman Situ Lembang... 26

5.2 Karakteristik Responden ... 28

5.3 Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian ... 29

5.3.1 Iklim Mikro pada Taman Menteng ... 30

5.3.2 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng ... 39

5.3.2.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden ... 39

5.3.2.2 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden ... 41

5.3.2.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden ... 42


(12)

5.3.2.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor

Tempat Tinggal Responden ... 42

5.3.2.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng ... 43

5.3.3 Iklim Mikro pada Taman Suropati ... 44

5.3.4 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Suropati ... 49

5.3.4.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden ... 49

5.3.4.2 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden ... 50

5.3.4.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden ... 51

5.3.4.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden ... 51

5.3.4.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Suropati ... 52

5.3.5 Iklim Mikro pada Taman Situ Lembang ... 53

5.3.6 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Situ Lembang ... 56

5.3.6.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden ... 56

5.3.6.2 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden ... 58

5.3.6.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden ... 58

5.3.6.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden ... 59

5.3.6.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Situ Lembang ... 60

5.4 Analisis THI Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang ... 61

5.5 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kenyamanan Iklim Mikro ... 63

5.5.1 Taman Menteng ... 63

5.5.2 Taman Suropati ... 63

5.5.3 Taman Situ Lembang ... 64

VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 66

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Nama, luas, dan lokasi taman 13

2. Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng 21 3. Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati 24 4. Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang 26 5. Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati,

dan Situ Lembang 30

6. Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin 40

7. Nilai harapan 40

8. Respon kenyamanan berdasarkan usia 41

9. Nilai harapan 41

10. Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan 42

11. Nilai harapan 42

12. Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal 43

13. Nilai harapan 43

14. Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin 49

15. Nilai harapan 50

16. Respon kenyamanan berdasarkan usia 50

17. Nilai harapan 50

18. Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan 51

19. Nilai harapan 51

20. Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal 52

21. Nilai harapan 52

22. Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin 57

23. Nilai harapan 57

24. Respon kenyamanan berdasarkan usia 58

25. Nilai harapan 58

26. Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan 59


(14)

28. Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal 60

29. Nilai harapan 60


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta DKI Jakarta dan Kota Jakarta Pusat 5 2. Peta lokasi Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang 6 3. Metode grid untuk pengambilan data suhu udara dan kelembaban 8

4. Bagan alur penelitian 10

5. Kawasan Menteng pada tahun 1930 11

6. Denah Taman Menteng 14

7. Denah Taman Suropati 15

8. Denah Taman Situ Lembang 16

9. Salah satu focal point dalam Taman Menteng 19 10. Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza 20 11. Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut

Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida)

dan Excoecaria cochinchinensis 22

12. Peta Taman Menteng berdasarkan citra Google Earth 2010 22 13. Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput

yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati 24 14. Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth 2010 25 15. Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point

serta vegetasi penaung di sekeliling situ 27 16. Peta Taman Situ Lembang berdasarkan citra GoogleEarth 2010 27 17. Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban

pada Taman Menteng 31

18 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di

Taman Menteng selama tiga kali pengamatan 32 19. Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman

Menteng selama tiga kali pengamatan 33

20. Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Menteng 34 21. Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan Prof.Moh. Yamin 35 22. Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto 36 23. Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di


(16)

24. Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di

Taman Suropati selama tiga kali pengamatan 45 25. Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman

Suropati selama tiga kali pengamatan 45

26. Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Suropati 46 27. Salah satu sudut di Taman Suropati: (a) area kolam air mancur

dan (b) planter box di bagian axis taman 48 28. Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman

Situ Lembang 53

29. Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman

Situ Lembang selama tiga kali pengamatan 55 30. Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman

Situ Lembang selama tiga kali pengamatan 55 31. Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Situ Lembang 56


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Karakteristik responden Taman Menteng 71 2. Karakteristik responden Taman Suropati 71 3. Karakteristik responden Taman Situ Lembang 72 4. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada

tiap grid di Taman Menteng (8 April 2010) 72 5. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Menteng (8 April 2010) 73 6. Suhu udara Taman Menteng pada 8 April 2010 73 7. Kelembaban Taman Menteng pada 8 April 2010 74 8. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Menteng (10 April 2010) 74 9. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Menteng (10 April 2010) 75 10. Suhu udara Taman Menteng pada 10 April 2010 75 11. Kelembaban Taman Menteng pada 10 April 2010 76 12. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Menteng (12 April 2010) 76 13. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Menteng (12 April 2010) 77 14. Suhu udara Taman Menteng pada 12 April 2010 77 15. Kelembaban Taman Menteng pada 12 April 2010 78 16. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Suropati (8 April 2010) 78 17. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Suropati (8 April 2010) 79 18. Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 8 April 2010 79 19. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Suropati (14 April 2010) 80 20. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Suropati (14 April 2010) 80 21. Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 14 April 2010 81


(18)

22. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Suropati (20 April 2010) 81 23. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Suropati (20 April 2010) 82 24. Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 20 April 2010 82 25. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada

tiap grid di Taman Situ Lembang (20 April 2010) 83 26. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi

pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (20 April 2010) 83 27. Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 20 April 2010 84 28. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada

tiap grid di Taman Situ Lembang (28 April 2010) 84 29. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Situ Lembang (28 April 2010) 85 30. Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 28 April 2010 85 31. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada

tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010) 86 32. Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon

pada tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010) 86 33. Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 6 Mei 2010 87


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perkotaan selain menghasilkan dampak positif ternyata juga menghasilkan dampak negatif, salah satunya adalah terhadap aspek lingkungan kota. Masalah lingkungan seperti pencemaran udara oleh material berbahaya yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, peningkatan suhu udara, dan polusi udara, adalah dampak negatif yang harus dialami oleh penduduk kota (Tursilowati, 2009). Perencana kota sudah seharusnya merencanakan ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal bagi warga kota agar dapat memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. Hal ini sudah diinstruksikan dalam bentuk UU RI No. 26 Tahun 2007 bahwa perbandingan luas RTH dengan ruang terbangun adalah 30% : 70%. Taman kota merupakan bagian dari bentuk RTH yang membantu meningkatkan kualitas ekologis dan lingkungan di sekitar taman itu berada. Sebagai bagian dari elemen pembentuk kota, taman kota memiliki banyak fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan jasmani dan rohani warga kota.

Jakarta Pusat merupakan wilayah kota di Provinsi DKI Jakarta yang banyak memiliki taman kota. Beberapa contoh taman kota yang berada di wilayah Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Keberadaan tiga taman kota tersebut memiliki peran penting sebagai penyeimbang lanskap kota dalam bentuk ruang terbuka hijau. Lokasi ketiga taman tersebut berada pada wilayah strategis yang merupakan area kota taman pertama di Indonesia yaitu Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kenyamanan pada Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan di taman kota tersebut.


(20)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kenyamanan pada beberapa taman kota di Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang;

2. menganalisis pengaruh iklim mikro terhadap kenyamanan pengunjung Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang; dan

3. menyusun rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan taman kota.

1.3 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dari keberadaan taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang pada khususnya dan rekomendasi bagi perencanaan perawatan maupun pembangunan taman kota di Provinsi DKI Jakarta pada umumnya sehingga dapat menciptakan taman kota yang memiliki iklim mikro yang nyaman bagi pengunjung taman kota.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau merupakan elemen dari sebuah kota. Ruang Terbuka Hijau berperan penting dalam ekologi lingkungan kota. Menurut UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasikan menjadi bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan RTH non alami/binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, areal pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya, RTH diklasifikasikan menjadi RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan permukiman, RTH kawasan pertanian, dan RTH kawasan khusus (permakaman, hankam, olahraga, dan alamiah). Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi RTH publik yang berlokasi di lahan publik atau dimiliki pemerintah dan RTH privat yang berlokasi di lahan milik privat (DPU, 2008).

RTH publik maupun privat memiliki fungsi ekologis sebagai fungsi utama. Ruang terbuka hijau kota yang ditata dengan tepat akan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu udara dan polusi, serta meredam kebisingan (Hakim dan Utomo, 2008)

2.2 Taman Kota

Taman kota sebagai RTH publik berfungsi sebagai sarana warga bersosialisasi dan berekreasi warga kota yang bersangkutan (Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto, dan Damayanti, 2008). Taman kota dapat menjadi wahana rekreasi aktif maupun pasif, memberikan kebaikan bagi lingkungan, dan menjadi habitat bagi satwa liar (Solecki dan Welch, 1994). Atmosfer taman yang tenang dapat membangkitkan inspirasi, serta menyelaraskan jiwa seseorang dengan lingkungan (Chiesura, 2004).


(22)

Keberadaan vegetasi dalam sebuah taman kota juga berfungsi sebagai kontrol angin, kontrol erosi, konservasi energi, dan sebagai habitat satwa liar (Brooks, 1988). Taman kota melayani luasan setingkat kecamatan yang digunakan oleh warga kecamatan atau bagian kota lainnya yang menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, festival kota, dan sebagainya.

2.3 Iklim Mikro

Keberadaan bukaan pada lanskap kota dalam bentuk Ruang Terbuka Hijau secara langsung akan memengaruhi iklim mikro pada lokasi di sekitar tapak itu berada. Pengertian iklim mikro sendiri adalah iklim disekitar ruang antara perakaran hingga sekitar pucuk tajuk tanaman (Handoko, 1993). Unsur-unsur iklim mikro terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, angin, dan radiasi matahari. Unsur-unsur iklim tersebut akan mudah terpengaruh oleh perubahan pemanasan dan pendinginan permukaan tanah dan benda atau tumbuhan setempat. Dengan adanya tanaman, akan terbentuk iklim mikro dengan gejala penurunan suhu udara sekitar, kelembaban yang cukup, dan kadar oksigen yang bertambah. Hal ini terjadi karena adanya proses evapotranspirasi dari tanaman (Hakim dan Utomo, 2008). Kondisi iklim mikro taman dapat dimodifikasi salah satunya adalah dengan melakukan penempatan vegetasi yang memerhatikan arah angin dan cahaya matahari (Brooks, 1988).

2.4 Kenyamanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), kenyamanan berarti suatu keadaan yang nyaman, sejuk, dan segar. Kenyamanan suatu taman kota ditunjukkan dengan kemampuan taman untuk dapat mengurangi pencemaran udara, menjaga kestabilan suhu udara kota, dan menjaga ketersediaan air (DPU, 2008). Dengan adanya taman kota diharapkan dapat membantu meningkatkan kenyamanan lingkungan kota dan mencegah kenaikan suhu udara kota (Frick dan Suskiyanto, 2007). Kenyamanan dapat dihadirkan dengan penggunaan jenis vegetasi seperti pohon sebagai pengontrol iklim mikro (Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975).


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang dipilih adalah taman yang berada di Kecamatan Menteng Kota Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Waktu pengambilan data dimulai dari bulan April 2010 – Mei 2010.


(24)

Taman Menteng

Gambar 2 Peta Lokasi Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang. (Sumber: Mastra, 2009)

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa alat tulis dan peta lokasi tapak dari citra Google Earth 2010. Alat yang digunakan berupa alat ukur (meteran), termohigrometer digital, kamera digital merek Canon, dan software

komputer Microsoft Word dan Excel 2007, AutoCAD 2007, serta Surfer versi 8.00 untuk pengolahan data.

Taman Suropati


(25)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mulgiati (2009). Skema dari metode penelitian disajikan dalam gambar 4 yaitu bagan alur penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan adalah:

1. Tahap Persiapan (Prasurvei)

Tahap persiapan merupakan tahap awal untuk menentukan lokasi penelitian di Kota Jakarta Pusat. Dari tahap ini ditentukan lokasi penelitian yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang, Jakarta Pusat. Setelah ditentukan lokasi penelitian, peneliti selanjutnya melakukan proses perizinan kepada dinas yang berwenang yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta.

2. Tahap Survei

Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pengumpulan data suhu udara dan kelembaban secara langsung di lapang. Pengambilan data dilakukan saat siang hari (12.30-13.30). Pengambilan data dilakukan dengan membuat grid dengan ukuran 20 meter x 20 meter. Titik pengambilan data berada di tengah grid, dengan jarak 10 meter ke kiri dan 10 meter ke kanan (Gambar 3). Pengambilan dilakukan 3 kali ulangan pada tiap titik di setiap taman dengan waktu sebagai berikut: pengambilan data untuk Taman Menteng dilakukan pada tanggal 8, 10, dan 14 April 2010; Taman Suropati dilakukan pada tanggal 1, 14, dan 20 April 2010; dan Taman Situ Lembang dilakukan pada 20 April, 28 April, dan 6 Mei 2010. Pengambilan data suhu udara dan kelembaban dilakukan hanya pada saat cuaca cerah.

Untuk menghitung luas tutupan kanopi pohon digunakan peta citra dari Google Earth 2010 dan dilakukan digitasi menggunakan AutoCAD 2007. Dari digitasi tersebut dilakukan perhitungan luas kanopi pohon tiap grid. Pengambilan data sosial berupa persepsi pengunjung dilakukan dengan melakukan pembagian kuisioner kepada pengunjung taman. Waktu pengambilan kuesioner kepada responden bersamaan dengan pengambilan


(26)

data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul 12.30-13.30. Latar belakang yang ditanyakan responden mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan tempat tinggal. Selain itu ditanyakan pula tujuan dan motivasi data ke taman serta pendapat mengenai kenyamanan iklim mikro taman. Jumlah responden untuk setiap lokasi taman 30 responden sehingga total responden dari tiga taman yang diteliti yaitu 90 responden.

Gambar 3 Metode grid untuk pengambilan data suhu udara dan kelembaban

3. Tahap Analisis

Berdasarkan data suhu udara dan kelembaban rata-rata pengamatan, dilakukan analisis menggunakan persamaan regresi linier. Analisis regresi linier digunakan untuk menilai hubungan antara faktor suhu udara maupun faktor kelembaban dengan luas kanopi pohon tiap grid dalam taman yang menghasilkan persamaan y = ax + b serta R2. Koefisien regresi yang dilambangkan dengan a, menunjukkan pengaruh luas tutupan kanopi pohon


(27)

terhadap perubahan nilai suhu udara atau kelembaban dalam taman. R2 (koefisien determinasi) menunjukkan besarnya pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan suhu udara atau kelembaban dalam taman. Nilai suhu udara dan kelembaban yang didapat kemudian dianalisis dengan rumus

TemperatureHumidityIndex (THI):

THI = 0,8T + (RH x T)/500

RH = kelembaban rata-rata harian (%) T = suhu udara rata-rata harian (°C)

Nilai THI yang didapat dari setiap taman kemudian dianalisis menggunakan standar dari Laurie (1990) yang menyatakan bahwa lingkungan ideal memiliki suhu udara 27 – 28°C dan kelembaban 40 – 75%. Data suhu udara dan kelembaban dari tiap taman juga dispasialkan menjadi peta isoterm dan peta isohigro untuk memudahkan interpretasi mengenai sebaran titik suhu udara dan kelembaban dalam taman.

Kuisioner yang dibagikan di masing-masing taman berisikan pertanyaan mengenai data diri responden secara umum (jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal), tujuan, motivasi, serta persepsi responden mengenai kenyamanan iklim mikro taman. Analisis hasil kuisioner menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan jawaban persepsi kenyamanan iklim mikro taman responden dengan faktor jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan, serta usia responden. Jawaban mengenai tujuan dan motivasi responden di masing-masing taman dianalisis secara deskriptif. Hasil kuisioner dan hasil perhitungan dianalisis sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi kenyamanan serta diformulasikan cara-cara untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro di masing-masing taman.


(28)

4. Tahap Rekomendasi

Pada tahap ini, hasil penelitian ini disampaikan kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sebagai bahan rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro pada masing-masing taman kota.

Gambar 4 Bagan alur penelitian 1) Taman Menteng

2) Taman Suropati 3) Taman Situ Lembang

Data Suhu udara dan Kelembaban

Data Kuisioner Pengunjung Data Penutupan

Vegetasi Kota Jakarta Pusat Kecamatan Menteng

Nilai THI -Persamaan regresi linear -Peta isoterm dan isohigro

Rekomendasi berupa penambahan luas tutupan


(29)

BAB IV KONDISIUMUM

4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang

Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya. Salah satu lokasi di Jakarta yang memiliki nilai sejarah itu adalah Menteng di Jakarta Pusat. Wilayah Menteng sekarang ini merupakan kota taman yang dirancang oleh arsitek Belanda PAJ Mooejen dan FJ Kubatz pada tahun 1913.

Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930

(Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

Taman Menteng dahulunya merupakan sebuah lapangan terbuka yang bersatu dengan Taman Suropati sekarang. Sebelum berdiri Taman Menteng, lokasi ini merupakan Lapangan Sepak Bola Persija dan dikenal dengan nama Voetbalbond Indiesche Omstreken atau Viosveld. Pada tahun 1961 lapangan tersebut berubah nama menjadi Stadion Persija atau Stadion Menteng. Selain untuk lapangan sepak bola, lapangan ini juga menjadi area ruang terbuka publik khususnya bagi warga Jakarta. Perubahan Stadion Menteng menjadi Taman Menteng menuai kontroversi dari berbagai pihak. Stadion Menteng yang berusia lebih dari lima puluh tahun itu akhirnya dibongkar dan disayembarakan untuk dijadikan sebagai taman kota. Pada


(30)

2007 dimulai pengerjaan Taman Menteng hingga akhirnya diresmikan pada tahun yang sama.

Taman Menteng merupakan taman yang relatif baru dibandingkan dengan Taman Suropati maupun Taman Situ Lembang. Taman Menteng berlokasi dekat dengan jalan arteri yaitu Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki akses dekat dengan kawasan perniagaan serta pusat kota (Gambar 6). Fasilitas yang terdapat di dalam taman antara lain sarana olahraga (lapangan futsal, basket, voli), jogging track, bangku taman, lampu taman, fasilitas bermain untuk anak-anak, kolam air mancur, areal parkir, kantor pengelola dan koramil, rumah kaca, serta monumen kenangan Persija. Pembuatan taman hasil sayembara ini memiliki konsep Dual Memory. Beberapa zona yang didesain dalam taman ini antara lain zona dengan intensitas tinggi di sisi Jalan HOS Cokroaminoto serta area olahraga, zona dengan intensitas sedang di bagian tengah taman (rumah kaca, hamparan rumput), dan zona dengan intensitas rendah di bagian timur taman yang berbatasan dengan Jalan Kediri. Lanskap di sekitar Taman Menteng yaitu di sebelah utara, timur, dan selatan berupa hunian sementara di sisi barat merupakan area servis/perdagangan berupa pertokoan.

Taman Suropati merupakan salah satu pecahan dari Taman Menteng dan Taman Sunda Kelapa yang bernama Burgeermester Bischop Plein. Di Taman Suropati ini keseluruhan pohon yang ditanam merupakan pohon peninggalan zaman penjajahan Belanda. Konsep taman publik diterapkan pada taman ini sejak tahun 1984. Sebelumnya, Taman Suropati ini memiliki konsep sebatas penghijauan kota saja. Taman Suropati memiliki kondisi pohon yang umurnya relatif tua dengan ciri kanopi yang relatif rimbun. Beberapa jenis pohon yang terdapat di taman ini antara lain mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), sawo kecik (Manilkarakauki Dubard), dan ketapang (Terminaliacatappa Linn.).

Taman Situ Lembang awalnya merupakan suatu subsistem Kali Cideng yang dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1926 sebagai penampungan dari beberapa mata air yang ada di sekitarnya. Nama Situ Lembang diambil karena terdapat waduk (situ) dan berada di Jalan Lembang. Taman ini cukup unik karena sejak dahulu dikenal sebagai lokasi pemancingan dan disediakan tempat untuk memancing.


(31)

4.2 Letak, Luas, dan Batas Lokasi

Taman Menteng (Gambar 6) berada di Jalan HOS Cokroaminoto 87. Taman Menteng memiliki luas 24.546 m2 dibatasi Jalan Prof. Moh. Yamin di sebelah utara, Jalan Situbondo di sebelah selatan, Jalan Kediri di sebelah timur, dan Jalan HOS Cokroaminoto di sebelah barat. Aksesibilitas ke Taman Menteng dapat ditempuh dari berbagai arah seperti dari arah Monumen Selamat Datang melalui Jalan Sutan Syahrir, dan dari arah Salemba melalui Jalan Prof. Moh. Yamin.

Taman Suropati (Gambar 7) yang berada di Jalan Taman Suropati ini memiliki luas 16.328 m2. Areal taman seluruhnya langsung berbatasan dengan Jalan Taman Suropati kecuali di sebelah selatan dengan Taman Diponegoro. Aksesibilitas ke Taman Suropati dapat ditempuh melalui Jalan Teuku Umar dari arah Monas, Jalan Imam Bonjol dari arah Bundaran HI, serta Jalan Diponegoro dari arah Salemba.

Taman Situ Lembang (Gambar 8) berada dalam kompleks perumahan tepatnya di Jalan Lembang. Taman ini memiliki luas 14.700 m2 dengan batas langsung Jalan Lembang. Aksesibilitas menuju taman ini sama halnya dengan aksesibilitas yang menuju Taman Menteng maupun Suropati. Jam buka taman ini terbatas karena pada malam hari (pukul 22.00) akses ditutup untuk pengguna kendaraan.

Tabel 1 Nama, luas, dan lokasi taman

Taman Lokasi Luas Batas Lokasi

Taman Menteng Jalan HOS Cokroaminoto

24.546 m2 Utara: Jalan Prof. Moh. Yamin Selatan: Jalan Situbondo Timur: Jalan Kediri

Barat: Jalan HOS Cokroaminoto Taman Suropati Jalan Taman Suropati 16.328 m2 Utara: Jalan Teuku Umar

Selatan: Taman Diponegoro Timur dan Barat: Jalan Taman Suropati

Taman Situ Lembang

Jalan Lembang 14.700 m2 Seluruh taman dikelilingi oleh Jalan Lembang


(32)

U .

a. b.

Gambar 6 Denah Taman Menteng

(Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

Jl

P

ro

f.

M

o

h

. Ya

m

in

Jl HOS Cokroaminoto


(33)

U

(Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

Ketiga taman memiliki seorang penanggung jawab taman yang bertugas mengawasi taman serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan pemakaian maupun perizinan taman. Terdapat pos polisi di Taman Suropati yang bertugas menjaga keamanan serta mengatur lalu lintas kawasan Taman Suropati dan sekitarnya.

Gambar 7 Denah Taman Suropati


(34)

(Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 4.3 Keadaan Fisik Kawasan

Kawasan Menteng merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dirancang pada masa kolonial Belanda. Saat itu telah disadari pentingnya perencanaan kota taman dengan gaya tropis didasarkan pada kebutuhan permukiman yang nyaman dengan penataan jalan dan jalur hijau jalan, jalur biru bantaran kali, saluran drainase, ruang terbuka (RT) maupun ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman kota, taman lingkungan, fasilitas olahraga, serta daerah tangkapan air yang tak

Gambar 8 Denah Taman Situ Lembang U


(35)

terpisahkan satu sama lain. Permukiman yang dibangun dengan konsep kota taman tropis bertujuan untuk menjaga nilai ekologis dan sosial kawasan. Setiap hunian maupun gedung yang ada memiliki area hijau yang ditanami berbagai jenis pohon, semak, maupun groundcover.

Komposisi dari kawasan kota taman Menteng adalah hunian, gedung perkantoran, jalur hijau jalan, pedestrian serta taman baik skala taman kota maupun taman lingkungan. Luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang ada saat ini lebih dari 30 persen untuk satu kawasan Menteng (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, 2002) . Hal ini merupakan konsep utama dari sebuah kota taman yang mampu mengakomodasi kebutuhan fisik bangunan serta kebutuhan akan ruang terbuka yang mampu menjaga nilai ekologis serta memenuhi fungsi sosial kawasan.

Kawasan Menteng saat ini relatif terjaga dari perubahan tata guna lahan. Pembangunan areal komersil tidak begitu tampak dalam kawasan karena telah ada regulasi yang membatasi perubahan tata guna lahan maupun bangunan yang ada. Tata hijau yang digunakan dalam lanskap jalan kawasan Menteng menggunakan pohon-pohon bertajuk cukup lebar seperti tanjung (Mimusoph elengi L.), mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), dan akasia (Acacia auriculiformis). Semak yang digunakan relatif seragam yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), serta krimbosa (Tabernaemontana corymbosa Roxb.), perkecualian di median Jalan Diponegoro ditanami juga

groundcover seperti ubi hias (Ipomoea batatas Poir.), ruellia (Ruellia malacosperma), dan bayam merah (Aerva sanguinolenta Bl.).


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara

Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga lokasi taman dibedakan atas tipe vegetasi yang ada serta kondisi sosial lingkungan taman.

5.1.1 Taman Menteng

Kondisi eksisting Taman Menteng saat ini merupakan hasil sayembara Dinas Pertamanan yang kemudian dilakukan penyesuaian, baik penyesuaian anggaran maupun kondisi lapang. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola hal ini dikarenakan permintaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginginkan penambahan jumlah vegetasi di dalam taman. Kondisi vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang baru ditanam sejak pembuatan taman pada 2007. Vegetasi yang ada saat ini adalah berupa pohon peneduh, pohon pengarah, semak, serta rumput. Vegetasi yang ditanam dipilih berdasarkan dari kemampuan menyerap polutan, karakter taman, serta nilai kelangkaan. Menurut DPU (2008), kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertamanan adalah (1) karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat (2) jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang dan (3) kecepatan tumbuh cepat dan jarak tanam sesuai dengan jenis tanaman.

Desain penanaman pada Taman Menteng telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu,

1. Terdapat hamparan rumput. Meskipun pada kenyataan hamparan rumput yang cukup luas hanya ditemui pada lokasi eks-lapangan bola, secara keseluruhan daerah nonperkerasan pada taman terdapat rumput yang tumbuh dengan baik. Pada beberapa lokasi yang terdapat kerapatan pohon cukup tinggi, rumput tumbuh kurang baik karena kurang mendapat cahaya matahari dan terlalu lembab.


(37)

2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Menteng cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang sesuai dengan rencana tapak. Namun saat pengamatan banyak ditemui tanaman yang seharusnya tidak ditanam sehingga dikhawatirkan nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik tanaman ketika dewasa.

3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Banyak sekali semak berbunga yang indah yang ditanam di Taman Menteng. Semak berbunga banyak ditanam sebagai batas psikologis jalan setapak/areal perkerasan dengan areal rumput.

4. Terdapat penanaman yang memberikan focal point. Beberapa lokasi dalam taman terdapat pola penanaman yang menarik seperti pada plaza air mancur di bagian utara dan areal duduk-duduk dekat gedung parkir. Pemilihan softscape dan

hardscape secara keseluruhan sesuai dengan ikon Taman Menteng sebagai taman kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan warga kota Jakarta.

Gambar 9 Salah satu focal point dalam Taman Menteng

Fasilitas yang terdapat di Taman Menteng yaitu bangku taman, lampu taman, tempat sampah, sarana olahraga, taman bermain anak-anak, jalan setapak/jogging track, kolam air mancur, instalasi sprinkler, bangunan rumah kaca, monumen kenangan Persija, bangunan koramil, kantor pengelola, tempat parkir, musala dan


(38)

toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang cukup baik. Kegiatan yang umum dilakukan di Taman Menteng antara lain berolah raga (basket, futsal, voli, sepak bola), duduk-duduk, dan bermain (di taman bermain anak-anak). Setiap minggu lapangan olahraga yang ada selalu ramai oleh aktivitas olahraga yang penggunaanya dikelola oleh pihak pengelola taman.

(a) (b)

Gambar 10 Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

Berdasarkan hasil pengamatan, Taman Menteng memiliki banyak jenis pohon peneduh antara lain menteng

(

Baccaurea racemosa Muell.), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), dan ki hujan (Samanea saman). Desain penanaman Taman Menteng banyak menggunakan tanaman berbunga serta tanaman dengan warna daun menarik seperti bunga kana (Canna hybrida), bawang brojol (Zephyranthes sp.), pucuk merah (Syzygium oleana), daun telo (Ipomoea batatas), soka (Ixora sp.), serta mawar (Rossa sp.).

Dari pengamatan diketahui bahwa populasi damar (Agathis alba Foxw.) cukup banyak dan rapat ditanam pada bagian timur taman. Diameter kanopi pohon damar saat pengamatan yaitu sekitar 1 meter karena kondisi pohon yang belum dewasa. Bentuk tajuknya yang kolumnar serta ditanam dengan jarak tanam sekitar 3 meter diduga akan membuat kerapatan tajuk pohon pada saat pohon mencapai usia dewasa.


(39)

Tabel 2 Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng

Kelompok Tanaman

Nama Tanaman Nama Latin Lingkar

Batang Jumlah Tanaman Tanaman Peneduh Asam kranji Menteng Pithecellobium dulce Baccaurea racemosa 45 cm 45 cm 4 btg 12 btg (pohon) Biola cantik

Bunga kupu-kupu Bintaro Dadap merah Kayu manis Sawo kecik Tabebuia Kelapa sawit Mindi Damar Jatimas Trembesi Ficus lyrata Bauhinia blakeana Cerbera manghas Erythrina cristagali Cinnamomum burmanii Manilkara kauki Tabebuia chrysanta Elaeis guinensis Melia azedarach Agathis alba Cordia sebestana Samanea saman 50 cm 25 cm 30 cm 30 cm 35 cm 25 cm 20 cm 200 cm 25 cm 20 cm 30 cm 50 cm 35 btg 35 btg 19 btg 31 btg 27 btg 30 btg 34 btg 20 btg 10 btg 200 btg 45 btg 28 btg

Tanaman Hias Pakis haji Cycas rumphii 24 btg

Bunga tasbih Canna hybrida 1.300 plb

Tanaman Penutup Tanah Kamboja kuburan Bawang brojol Lili paris Pandan wangi Pucuk merah Krimbosa Sambang darah Hanjuang Ubi hias Rumput gajah Plumeria rubra Zephyranthes sp.

Chlorophytum sp.

Pandanus amaryllifolius Syzygium oleana Tabernaemontana sp.

Excoecaria cochinchinensis Cordyline sp.

Ipomoea batatas

Axonopus compressus

38 btg 1.200 m2 2.000 m2 2.000 m2 62 btg 292 btg 434 btg 1.800 btg 6.286 m2 8.134 m2

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)

Sawo kecik (Manilkara kauki Dubard) yang merupakan tanaman khas Jakarta ditanam di sepanjang jalan setapak taman sebagai pengarah. Bentuk tajuknya yang piramidal berfungsi sebagai pengarah dalam taman. Di beberapa bagian dibuat

planterbox yang ditanami beringin karet (Ficus elastica Roxb.) dan kamboja kuburan (Plumeria rubra) sebagai aksen. Tanaman menteng (Baccaurea racemosa) sebagai asal mula nama kawasan Menteng, merupakan tergolong tanaman yang cukup jarang ditemui. Tanaman ini dapat dijumpai di sisi timur taman. Di sisi utara dan barat taman terdapat tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang memiliki bunga berwarna kuning serta bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana) yang memiliki bunga berwarna ungu.


(40)

Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola, pemilihan jenis tanaman yang cukup beragam didasarkan pada keinginan untuk menjadikan Taman Menteng sebagai ruang publik Jakarta yang kaya akan jenis tanaman. Pengunjung taman diharapkan dapat menikmati suasana asri taman serta aneka jenis tanaman baik yang umum ditemui maupun langka.

(a) (b)

Gambar 11 Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida) dan Excoecaria cochinchinensis


(41)

5.1.2 Taman Suropati

Taman Suropati merupakan taman bergaya formal yang memiliki jenis vegetasi peneduh yang usianya sudah tua. Lebar kanopi pepohonan yang ada rata-rata berukuran 8 meter atau lebih. Desain penanaman yang ada telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu,

1. Terdapat hamparan rumput. Pada tapak terdapat hamparan rumput yang cukup luas. Pola taman yang berbentuk geometrik membentuk ruang-ruang yang cukup untuk ditanami hamparan rumput dan dapat dimanfaatkan untuk ruang aktivitas pengunjung.

2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Suropati cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang.

3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Untuk menciptakan nilai estetik taman, terdapat beberapa jenis tanaman groundcover yang ditanam massal pada planter box seperti jenis Marantha sp. dan Alpinia zerumbet.

4. Terdapat penanaman yang memberikan vocal point. Pada jejeran mahoni di tepi jalan raya terdapat Scindapsus aureus yang merambat sehingga menguatkan kesan asri pada Taman Suropati.

Fasilitas yang terdapat di Taman Suropati antara lain bangku taman, lampu taman, kolam air mancur, jalan setapak/ jogging track, kandang burung dan ayam, tempat sampah, pos polisi Taman Suropati, dan toilet umum. Areal parkir memanfaatkan Jalan Taman Suropati yang berbatasan langsung dengan taman. Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk, berolah raga (jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik.

Taman Suropati didominasi oleh mahoni (Swietenia mahagoni) yang memberikan ciri khas pada taman ini. Pohon mahoni yang ada memiliki tajuk yang besar dan bersinggungan sehingga menimbulkan kesan asri pada taman. Taman ini mengalami sedikit perubahan desain pada awal 2010 yaitu berupa perkerasan pada plaza, planter box, lampu taman, bangku taman, dan penambahan batu refleksi.


(42)

Penambahan planter box dilakukan pada axis taman yang diisi oleh tanaman berupa marantha (Marantha sp.). Selain itu di sisi barat dan timur ditambahkan planter box

yang menyatu dengan bangku taman. Planter box yang menyatu dengan bangku taman diisi oleh alpinia (Alpinia zerumbet) dan sambang darah (Excoecaria cochinchinensis Lour.). Hamparan rumput berupa rumput gajah (Axonopus compressus Beauv.) ditanami pada area nonperkerasan.

Tabel 3 Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati

Kelompok Tanaman

Nama Tanaman Nama Latin Lingkar

Batang

Jumlah Tanaman Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 120 cm 125 btg

Peneduh Ketapang Terminalia catappa 80 cm 2 btg

Kelapa Cocos nucifera 50 cm 9 btg

Sawo Kecik Manilkara kauki 50 cm 5 btg

Tanaman Sirih gading Scindapsus aureus 60 m2

Hias Marantha Marantha sp. 60 m2

Tanaman Penutup Tanah

Alpinia Lili paris Sambang darah Rumput gajah

Alpinia zerumbet Chlorophytum comosum Excoecaria cochinchinensis

Axonopus compressus

36 m2 10 m2 36 m2 9.748 m2

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)

Gambar 13 Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati


(43)

Gambar 14 Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth 2010

5.1.3 Taman Situ Lembang

Taman Situ Lembang memiliki danau kecil/situ yang airnya berasal dari mata air. Badan air berupa situ memiliki luas 8600 m2 atau sekitar 58% dari total luas taman yang memiliki luas 14.930 m2. Lanskap taman yang berada tepat di tengah permukiman membuat kondisi taman cukup tenang karena relatif jauh dari sumber kebisingan. Hal ini menimbulkan kesan taman yang agak tertutup dari jalan raya sehingga membatasi akses langsung taman dari jalan raya. Lanskap sekitar taman diisi oleh hunian yang melingkari Jalan Lembang. Desain penanaman pada Taman Situ Lembang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Kondisi hamparan rumput terbatas di sekeliling situ. Keberadaan situ yang terletak di tengah taman menyebabkan hamparan rumput yang ditanam pada taman menjadi terbatas. Situ juga memengaruhi aspek kenyamanan karena air sebagai softscape memberikan efek menenangkan. Jalur sirkulasi pengunjung dalam taman memakai perkerasan yang melingkari situ.

2. Tanaman penaung terdapat di batas terluar dan beberapa di dekat situ. Jumlah tanaman penaung di Taman Situ Lembang relatif cukup untuk membentuk kanopi


(44)

pohon yang bersinggungan dengan pohon lain dan menjadikan daerah di bawah kanopi nyaman sebagai tempat aktivitas duduk-duduk dan bermain.

3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal pada beberapa titik.

Groundcover yang ditanam di taman ini yaitu rumput gajah serta ubi hias. Luasan

groundcover yang ada tidak begitu banyak karena adanya badan air di tengah taman. Pada Taman Situ Lembang ini ditanam nusa indah dan spider lily sebagai semak. Selain untuk fungsi keindahan, semak juga berguna untuk fungsi batas psikologis yang membatasi taman dengan lingkungan luar.

4. Terdapat sejumlah planter box di tepi taman yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti lili paris, bugenvil, dan palem phoenix sebagai penambah nilai estetika taman.

Tabel 4 Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang

Kelompok Tanaman

Nama Tanaman Nama Latin Lingkar

Batang

Jumlah Tanaman

Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 200 cm 58 btg

Peneduh Ketapang Terminalia catappa 150 cm 1 btg

Tabebuia Beringin Tabebuia chrysanta Ficus benjamina 20 cm 300 cm 15 btg 2 btg Tanaman Hias Tanaman Air Tanaman Penutup Tanah Kamboja kuburan Nusa indah Spider lily Pisang hias Bugenvil Ubi hias Teratai Rumput gajah Plumeria rubra Mussaenda sp.

Hymenocallis speciosa Heliconia psittacorum Bougainvillea sp.

Ipomoea batatas

Nymphaea lotus

Axonopus compressus

6 btg 40 btg 20 m2 20 m2 10 plb 10 m2 18 m2 8.000 m2


(45)

Fasilitas yang terdapat di Taman Situ Lembang antara lain bangku taman, areal memancing, jalan setapak/jogging track, tempat sampah, tempat bermain anak-anak, dan toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang baik dan terawat. Di taman ini tidak terdapat areal parkir sehingga areal parkir memanfaatkan Jalan Lembang. Hal ini tidak begitu mengganggu kondisi jalan karena jalan umumnya selalu dalam keadaan sepi. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung adalah duduk-duduk, memancing, berolahraga (jogging), bermain, dan melihat-lihat. Taman ini ramai dikunjungi pada saat istirahat siang hingga menjelang sore.

Gambar 15 Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point serta vegetasi penaung di sekeliling situ


(46)

Pepohonan di Taman Situ Lembang terutama menyebar di area pinggir situ. Rata-rata usia pohon yang ada relatif tua seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina). Terdapat pula tanaman baru yang ditanam seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan tabebuia (Tabebuia chrysanta). Kanopi pohon mahoni, ketapang, dan beringin cukup luas dan saling bersinggungan sehingga di beberapa titik dalam taman menjadi teduh.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal, tujuan, dan motivasi. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner di tiga taman telah didapat 90 orang responden dengan masing-masing taman sebanyak 30 orang. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik responden akan dapat diketahui hubungan tiap karakteristik dengan jawaban responden terhadap kenyamanan taman.

Kuisioner dibagikan kepada pengunjung taman bersamaan dengan waktu pengambilan data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul 12.30-13.30. Dari hasil penyebaran kuisioner di tiga taman didapatkan pengunjung taman adalah 67,8% laki-laki dan 32,2% perempuan. Responden didominasi oleh kelompok umur 15-25 tahun dengan persentase sebesar 63,3%. Kelompok umur 46-55 tahun merupakan kelompok responden paling sedikit dengan 7,7%. Pendidikan terakhir rata-rata pengunjung adalah SMA sebesar 45,5%. Responden yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Menteng sebesar 90% dengan tujuan rekreasi (75,5%). Daya tarik pengunjung datang ke taman adalah suasana taman/lanskap taman (66,8%).

Secara umum tampak bahwa jenis kelamin laki-laki mendominasi responden taman sebanyak 67,8 %. Pada waktu siang hari kebanyakan pekerja yang umumnya laki-laki mengunjungi taman untuk beristirahat sejenak. Selain pekerja, pelajar SMA juga banyak mengunjungi taman. Kelompok umur 15-25 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak mengunjungi taman. Fasilitas olahraga yang cukup lengkap di Taman Menteng diduga meningkatkan minat pengunjung terutama kelompok usia remaja (15-25 tahun). Sebanyak 90% responden ketiga taman berasal dari luar


(47)

wilayah Menteng. Lokasi Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang yang termasuk wilayah Jakarta Pusat sebagai pusat pemerintahan memudahkan aksesibilitas menuju ketiga taman. Rekreasi merupakan tujuan utama pengunjung sebesar 75,5%. Sebagai pusat pemerintahan, wilayah Kecamatan Menteng umumnya didominasi oleh struktur bangunan. Lanskap masing-masing taman yang cukup menarik dengan dominasi vegetasi penaung dan suasana yang asri diduga memengaruhi jawaban responden sebanyak 66,8% bahwa lanskap taman sebagai daya tarik utama.

5.3 Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian

Kawasan Menteng termasuk ke dalam tipe iklim tropis. Dari data BPS (2009) didapat bahwa suhu udara tertinggi mencapai 33,4°C pada bulan Oktober dan suhu udara terendah 24°C pada bulan Februari. Rata-rata suhu udara selama tahun 2008 di Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah 25,2°C. Curah hujan rata-rata adalah 159,1 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan bulan Februari sebesar 677,6 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 9,5 mm dengan kelembaban rata-rata 68%-79%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 km/jam (BPS, 2009).

Ketiga lokasi memiliki karakteristik iklim mikro yang relatif sama. Pada Taman Menteng, penutupan vegetasi penaung belum memiliki tutupan kanopi pohon yang cukup masif karena kondisi fisik tanaman yang masih muda dan belum mencapai ukuran optimal. Kondisi vegetasi penaung pada Taman Suropati memiliki penutupan vegetasi yang cukup masif hampir meliputi seluruh taman karena usia pepohonan yang relatif tua, sementara di Taman Situ Lembang kondisi pohon masif hanya pada batas terluar taman dan didominasi oleh badan air. Hal inilah yang akan diamati bagaimana pengaruh tutupan vegetasi terhadap kenyamanan iklim mikro taman. Berdasarkan hasil pengukuran di tiga lokasi diperoleh nilai rata-rata suhu udara dan kelembaban (Tabel 5).


(48)

Tabel 5 Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang

Kelembaban udara yang diamati pada tiap taman merupakan kelembaban nisbi (relatif) yaitu membandingkan kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1994). Kelembaban udara di Taman Suropati merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan Taman Menteng (51%) dan Taman Situ Lembang (48%) yakni sebesar (52%). Jarak tanam antar pohon yang tepat, pemilihan pohon penaung yang sesuai, serta kondisi kanopi yang saling bersinggungan sehingga menciptakan keteduhan berperan meningkatkan nilai kelembaban udara dalam taman.

5.3.1 Iklim Mikro pada Taman Menteng

Nilai suhu udara rata-rata Taman Menteng berada di antara nilai suhu udara rata-rata Taman Suropati (33,6°C) dan Taman Situ Lembang (34,4°C) yaitu 33,9°C. Faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan tidak hanya berasal dari suhu udara tetapi juga dari kelembaban, intensitas penyinaran matahari, serta pergerakan udara (angin). Adanya perkerasan membuat suhu udara di beberapa titik di Taman Menteng menjadi lebih panas. Areal bermain basket, futsal, voli, jalan setapak, plaza, bangunan pengelola, serta display rumah kaca merupakan bagian dari hardscape

Taman Menteng. Sementara itu bagian taman yang tidak mengalami perkerasan seperti areal bermain anak dan hamparan rumput merupakan bagian dari softscape.

P I P II P III Rata-rata

Taman Menteng Suhu udara (°C) 34,0 34,2 33,6 34,0

Kelembaban (%) 51,4 45 58,2 51,6

Taman Suropati Suhu udara (°C) 33,9 33,3 33,6 33,6

Kelembaban (%) 53,2 54,5 48,9 52,2

Taman Situ Lembang Suhu udara (°C) 34,5 34,3 34,3 34,4


(49)

Gambar 17 Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban pada Taman Menteng

Dengan luas total taman 24.546 m2 (Dinas Pertamanan DKI Jakarta 2008), Taman Menteng memiliki luas tutupan kanopi pohon sebesar 11.676 m2. Luas tutupan kanopi tiap grid diperoleh dari citra satelit Google Earth 2010. Luas tutupan kanopi tiap grid dihitung dengan cara digitasi dari citra. Dari pemetaan tapak taman dengan grid 20 x 20 meter didapat 61 titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban. Gambar 17 menunjukkan pembagian grid di Taman Menteng.

Dari tiga kali pengamatan, didapatkan persamaan regresi linier. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon dengan fungsi y = -0,004x + 34,86 dan R2 = 0,775; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,026x + 46,44 dan R2 = 0,885. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,005x + 35,18 dan R2 = 0,727; untuk faktor kelembaban didapat y


(50)

y = -0,004x + 34,72 R² = 0,801

32,8 33,0 33,2 33,4 33,6 33,8 34,0 34,2 34,4 34,6 34,8 35,0

0 50 100 150 200 250 300 350 400

S

u

h

u

(

C)

Luas Tutupan (m2)

= 0,025x +39,38 dan R2 = 0,809. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = 0,002x + 34,11 dan R2 = 0,757; untuk faktor kelembaban y = 0,026x + 53,23 dan R2 = 0,848. Perbedaan koefisien x disetiap pengukuran terjadi karena saat pengambilan data suhu udara dan kelembaban, faktor klimatik lain seperti angin dan radiasi matahari turut memengaruhi nilai yang didapat. Koefisien x untuk setiap persamaan menunjukkan bahwa dengan menambah 1 m2 luas tutupan kanopi pohon dalam taman akan memengaruhi faktor suhu udara atau kelembaban. Nilai R2 menunjukkan koefisien determinasi, yaitu seberapa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan nilai suhu udara maupun kelembaban dalam taman.

Grafik hubungan suhu udara dan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng serta data pengambilan suhu udara dan kelembaban disajikan dalam gambar lampiran 1 – 6 serta tabel lampiran 4 – 9. Setiap hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon maupun hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon menghasilkan persamaan regresi linier dan nilai R2.

Gambar 18 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan


(51)

y = 0,025x + 46,55 R² = 0,864

44,0 46,0 48,0 50,0 52,0 54,0 56,0 58,0

0 50 100 150 200 250 300 350 400

K

elem

ba

ba

n

(%)

Luas Tutupan (m2)

Gambar 19 Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan

Gambar 18 dan 19 menunjukkan tiga kali pengamatan suhu udara dan kelembaban dalam Taman Menteng. Dari hasil perhitungan rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan bahwa persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = -0,004x + 34,72 dengan R2 = 0,801. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,025x + 46,55 dengan R2 = 0,864. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebesar 80% penurunan suhu udara dipengaruhi oleh luas tutupan kanopi pohon, dan 86% peningkatan kelembaban dalam taman dipengaruhi oleh luas tutupan pohon. Selain faktor suhu udara dan kelembaban, faktor angin dan radiasi matahari juga berperan. Angin seringkali berhembus cukup kencang dan terkadang matahari tertutup awan sehingga memengaruhi data.


(52)

a.

b.


(53)

Penutupan vegetasi dalam Taman Menteng memengaruhi distribusi suhu udara maupun kelembaban. Gambar 20 menunjukkan pola persebaran suhu udara (a) dan kelembaban (b) dalam Taman Menteng. Pada area yang kurang terdapat tutupan kanopi pepohonan, suhu udara cenderung lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah. Sebaliknya pada daerah yang banyak terdapat kanopi pepohonan suhu udara cenderung lebih rendah dan kelembaban menjadi lebih tinggi.

Fluktuasi suhu udara dalam tapak cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh unsur cuaca lain seperti lama penyinaran matahari dan angin. Kondisi kanopi pohon-pohon penaung yang ada belum cukup dewasa sehingga kerapatan yang kurang menyebabkan polusi yang terkonsentrasi di jalan yang berbatasan dengan taman turut memengaruhi iklim mikro Taman Menteng. Selain unsur cuaca dan kanopi pohon, lanskap di sekitar taman juga turut memengaruhi suhu udara dalam taman.

Berdasarkan pengamatan lapang, bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin merupakan bagian dari koridor biru Kali Gresik (Gambar 21). Pohon yang digunakan di areal yang berbatasan langsung dengan jalan adalah pohon tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang kondisi tajuknya kurang masif. Pada bagian daerah milik jalan (damija) telah ada pohon eksisting berupa beringin (Ficus benjamina) dan menjadikan pedestrian yang ada menjadi nyaman. Formasi pohon beringin juga membantu mengurangi polusi asap serta bising dari kendaraan yang melintas.


(54)

Grid yang berada di bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin ini yaitu grid nomor 54 – 61. Suhu udara rata-rata tertinggi berada pada grid ke-61. Grid ini merupakan grid yang dekat dengan persimpangan Jalan HOS Cokroaminoto dengan Jalan Prof. Moh Yamin sehingga suhu udara menjadi lebih tinggi. Areal ini didominasi perkerasan dan merupakan welcome area yang menuju axis Taman Menteng.

Nilai kelembaban untuk bagian ini berkisar dari 40 – 60%. Pada bagian yang mendapat kanopi beringin nilai kelembaban menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Pada bagian welcome area yaitu grid ke-61, nilai kelembaban kecil karena tidak adanya kanopi pohon yang cukup masif untuk meningkatkan kelembaban. Area menjadi lebih silau karena tidak ada groundcover. Selain itu, terdapat bangunan display rumah kaca di grid yang berbatasan yang turut memengaruhi iklim mikro bagian ini.

Gambar 22 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto

Bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan HOS Cokroaminoto (Gambar 22) sama halnya dengan bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin yang dipengaruhi oleh lanskap jalan. Bagian ini juga berhadapan dengan area pelayanan yaitu pertokoan dan hotel. Vegetasi yang digunakan pada bagian ini yaitu pucuk merah (Syzygium oleana), tabebuia (Tabebuia chrysanta), mahoni (Swietenia mahagoni), kamboja kuburan (Plumeria rubra), dan palem raja (Roystonea regia). Pucuk merah yang termasuk jenis semak ini ditanam sebagai aksen atau penambah estetika. Pucuk merah ditanam bersama dengan kamboja


(55)

kuburan. Kamboja kuburan juga memberikan nilai estetika. Begitu pula tabebuia yang ada memiliki tajuk yang tidak masif dan ditanam berjauhan sehingga tanaman ini hanya berfungsi sebagai aksen. Palem raja ditanam sejajar dengan trotoar sebagai pengarah. Mahoni yang ada belum mencapai ukuran dewasa. Dengan lebar tajuk sekitar 1,5 meter dan tinggi 2,5 meter, mahoni ini belum mampu memberikan naungan dan tajuk yang masif. Keberadaan groundcover di bagian ini seperti rumput gajah (Axonopuscompressus), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), dan ubi hias (Ipomoea batatas) membantu mengurangi silau serta melembutkan struktur dari dominasi penggunaan elemen keras.

Nilai suhu udara di bagian ini cukup bervariasi. Pada area yang dekat dengan pintu masuk gedung parkir taman memiliki nilai suhu udara tertinggi. Area ini hampir seluruhnya adalah perkerasan dan tidak terdapat vegetasi penaung. Hanya terdapat

groundcover yang menjadi batasan jalan masuk parkir dengan taman yaitu Suhu udara terendah terdapat di area yang terdapat pohon trembesi dan mahoni. Kelembaban di bagian ini tertinggi berada di grid yang memiliki suhu udara terendah yaitu di grid ke-45. Adanya vegetasi penaung cukup mampu menurunkan suhu udara serta meningkatkan nilai kelembaban.

Area olahraga merupakan area dengan perkerasan terluas di Taman Menteng. Di area ini terdapat lapangan basket, voli, dan futsal. Grid yang merupakan bagian dari area olahraga yaitu grid ke-2, 8, 11, 20, 23, 36, 39, dan 52. Bentuk lapangan yang berorientasi utara-selatan menjadikan area permainan tidak terganggu oleh sinar matahari ketika pagi dan sore hari. Saat siang hari yang terik pantulan sinar dari perkerasan cukup mengurangi kenyamanan, namun dengan adanya barisan pepohonan peneduh di sekitarnya mampu meningkatkan kualitas visual, kenyamanan, serta mengontrol angin. Jenis yang ditanam di sekitar area tersebut yaitu trembesi (Samanea saman), kamboja kuburan (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera manghas), dadap merah (Erythrina cristagalli), biola cantik (Ficus lyrata), dan damar (Agathis alba). Trembesi mendominasi area disekitar lapangan. Dengan adanya trembesi, luas tajuk trembesi yang cukup luas dan bersifat menaungi mampu memengaruhi kenyamanan di sekitar lapangan.


(56)

Pada bagian yang berbatasan dengan Jalan Kediri ditanami vegetasi penaung seperti menteng (Baccaurea racemosa), damar (Agathis alba), trembesi (Samanea saman), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis). Pohon menteng ditanam sebagai batas terluar taman dengan Jalan Kediri. Damar ditanam secara massal dengan jarak tanam sekitar 1,5 meter. Diantara tanaman damar terdapat beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam sejajar. Trembesi ditanam sejajar pada bagian yang dekat dengan area lapangan. Untuk groundcover digunakan rumput gajah. Kanopi yang ada belum mencapai ukuran maksimal namun sudah cukup membuat naungan yang memberikan kenyamanan di bagian ini. Suhu udara di bagian ini lebih rendah sekitar 1-2°C dibandingkan dengan areal lapangan olahraga. Meskipun berbatasan dengan Jalan Kediri, bagian ini tetap nyaman karena Jalan Kediri merupakan jalan lingkungan kompleks perumahan yang rendah intensitas kendaraannya. Hal ini berbeda dengan bagian yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin dan Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki intensitas kendaraan tinggi.

Axis yang berupa jalur sirkulasi di Taman Menteng ini memiliki tanaman pengarah yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) yang ditanam berkesinambungan. Selain berfungsi sebagai pengarah, dari segi fungsi penanaman tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai peneduh karena bentuk tajuk V dari sawo kecik mampu memberikan naungan. Saat pengamatan ukuran sawo kecik belum mencapai maksimal sehingga saat siang hari yang terik area axis terasa kurang nyaman. Selain sawo kecik, terdapat pula beringin karet (Ficus elastica) sebagai penaung serta beberapa jenis groundcover. Pada bagian axis terdapat tiga buah kolam air mancur. Keberadaan elemen air ini dapat mengurangi kesan kaku dari dominasi perkerasan axis.

Jalur sirkulasi yang ada dalam Taman Menteng cukup banyak. Setiap jalur sirkulasi selalu memadukan jenis vegetasi penaung, pengarah, semak rendah, maupun

groundcover yang menarik. Ruang-ruang yang terbentuk dengan adanya jalur sirkulasi ditanamai dengan berbagai jenis pohon peneduh seperti khaya (Khaya senegalensis), matoa (Pometia pinnata Forst.), kayu manis (Cinnamomum burmanii


(57)

(Agathis alba), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Pada bagian tengah taman terdapat lapangan rumput mini football. Dengan adanya tegakan pohon akan menciptakan semakin banyak naungan sehingga suhu udara menjadi lebih rendah serta mengontrol nilai kelembaban.

5.3.2 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng

Dari hasil kuisioner, jumlah pengunjung Taman Menteng berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 53% dan pengunjung jenis kelamin perempuan sebesar 47%. Pengunjung Taman Menteng didominasi oleh usia remaja (15-25 tahun) sebanyak 70%, usia 26 – 35 tahun sebesar 13%, usia 36 – 45 tahun sebesar 7%, dan usia > 46 tahun sebesar 10%. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung adalah SMA 60%, SMP 27%, dan Perguruan Tinggi 13%. Tujuan berekreasi pengunjung sebesar 73%. Pengunjung usia remaja mengunjungi Taman Menteng saat istirahat sekolah maupun hari libur. Kegiatan yang umum dilakukan adalah berolahraga dan bersantai. Saat dilakukan pengisian kuisioner, sebagian besar responden melakukan pengisian pada tempat yang relatif teduh, seperti di bawah kanopi pohon. Kondisi ini cukup memengaruhi jawaban responden terhadap kenyamanan iklim mikro Taman Menteng. Saat pengumpulan data kuisioner, kondisi cuaca saat siang hari (pukul 12.30-13.30) sangat panas sehingga pengunjung Taman Menteng umumnya banyak berkumpul di area yang relatif teduh seperti di tepi lapangan olahraga, bangku taman yang ternaungi pohon, serta area dekat gedung pengelola Taman Menteng.

5.3.2.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden

Untuk mengetahui apakah jenis kelamin memengaruhi respon kenyamanan di Taman Menteng digunakan uji chi-square. Untuk mengetahui kaitan antara respon kenyamanan dengan data diri responden, digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Kenyamanan taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin

H1 : Ada hubungan antara kenyamanan taman dengan faktor jenis kelamin

Dari hasil perhitungan nilai harapan (Tabel 17) didapatkan nilai probabilitas = 0,54; chi-tabel = 3,84; chi-hitung = 0,36. Karena Chi-hitung (0,36) < Chi-tabel (3,84)


(58)

maka tidak ada hubungan antara kenyamanan di Taman Menteng dengan faktor jenis kelamin pengunjung (terima Ho).

Tabel 6 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin

Tabel 7 Nilai harapan

Tabel 6 menunjukkan bahwa 73% responden (22 orang) merasa nyaman dengan iklim mikro Taman Menteng, diikuti oleh 27% responden (8 orang) menyatakan tidak nyaman. Proporsi persepsi kenyamanan ditinjau dari jenis kelamin cukup sebanding. Aktivitas yang banyak terjadi di Taman Menteng umumnya merupakan aktivitas olahraga yang banyak dilakukan oleh pengunjung usia remaja. Selain aktivitas olahraga, aktivitas bermain dan duduk-duduk umum dilakukan oleh pengunjung. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase pendapat rasa nyaman oleh responden laki-laki (68%) lebih kecil dari responden perempuan (78%). Aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki umumnya banyak dan lebih aktif sehingga produksi perspirasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Fasilitas olahraga di taman ini umumnya digunakan oleh pengunjung laki-laki dibandingkan perempuan. Saat melakukan pengisian kuisioner maka pendapat pribadi tentunya akan juga memengaruhi jawaban dari responden laki-laki.

No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Nyaman 11 11 22

2. Tidak Nyaman 5 3 8

Jumlah 16 14 30

No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Nyaman 11,73 10,27 22

2. Tidak Nyaman 4,27 3,73 8


(59)

5.3.2.2. Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden

Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Menteng adalah sebagai berikut:

H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin

H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin

Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,36

Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel  terima H0

Tabel 8 Respon kenyamanan berdasarkan usia

Tabel 9 Nilai Harapan

Adanya fasilitas berupa lapangan futsal, voli, dan basket serta latar belakang Taman Menteng yang awal mulanya merupakan Stadion Persija diduga memengaruhi dominasi pengunjung berusia remaja. Tabel 8 menunjukkan bahwa Taman menteng didominasi oleh responden berusia remaja (15-25 tahun). Pada hari libur sering diadakan turnamen olahraga serta berbagai acara komunitas sosial. Pengunjung umumnya menyukai tempat – tempat di bawah naungan pohon seperti di sekitar areal lapangan dan daerah di sekitar axis taman. Sistem keamanan yang baik, penerangan yang cukup, serta bukaan taman yang memudahkan akses keluar-masuk taman menjadikan Taman Menteng selalu ramai dikunjungi setiap hari.

No. Pilihan Jawaban Usia (tahun)

15-25 26-35 36-45 46-55 Jumlah

1. Nyaman 16 2 1 3 22

2. Tidak Nyaman 7 1 0 0 8

Jumlah 23 3 1 3 30

No. Pilihan Jawaban Usia (tahun)

15-25 26-35 36-45 46-55 Jumlah

1. Nyaman 16,86 2,2 0,73 2,2 22

2. Tidak Nyaman 6,13 0,8 0,27 0,8 8


(60)

5.3.2.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden

Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden adalah sebagai berikut:

H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan

H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan

Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29

Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel  terima H0

Dari perhitungan chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara faktor pendidikan responden terhadap persepsi kenyaman di Taman Menteng. Responden sebagian besar berpendidikan SMA, diikuti oleh SMP, dan Perguruan Tinggi.

Tabel 10 Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan

Tabel 11 Nilai harapan

5.3.2.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor tempat tinggal responden adalah sebagai berikut:

H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal

H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal

No. Pilihan Jawaban Pendidikan

SMP SMA Akad PT Jumlah

1. Nyaman 8 12 - 2 22

2. Tidak Nyaman 1 5 - 2 8

Jumlah 9 17 - 4 30

No. Pilihan Jawaban Pendidikan

SMP SMA Akad PT Jumlah

1. Nyaman 6,6 12,46 - 2,93 22

2. Tidak Nyaman 24 4,53 - 1,06 8


(61)

Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29

Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel  terima H0

Dari perhitungan diketahui bahwa tempat tinggal responden tidak berhubungan dengan kenyamanan dalam Taman Menteng.

Tabel 12 Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal

Tabel 13 Nilai harapan

5.3.2.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng

Sebanyak 22 responden (73%) menyatakan memiliki tujuan untuk berekreasi di Taman Menteng dan 8 responden (27%) memiliki tujuan di luar rekreasi. Taman kota sejatinya merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk berelaksasi dari rutinitas kota. Hal yang menarik responden untuk datang (motivasi) ke Taman Menteng adalah suasana Taman Menteng (60%), lokasi yang mudah dicapai (20%), tidak dipungut biaya (13%), dan fasilitas taman (7%). Dapat dikatakan bahwa faktor lanskap taman menjadi hal utama yang menarik responden datang ke Taman Menteng.

No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal

Kec. Menteng Luar Kec.

Menteng Jumlah

1. Nyaman 7 15 22

2. Tidak Nyaman - 8 8

Jumlah 7 23 30

No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal

Kec. Menteng Luar Kec.

Menteng Jumlah

1. Nyaman 5,13 16,87 22

2. Tidak Nyaman 1,89 6,13 8


(62)

5.3.3 Iklim Mikro pada Taman Suropati

Taman Suropati memiliki luas taman 16.328 m2 dengan tutupan kanopi sebesar 3.944,2 m2 dan dibuat grid sebanyak 13 titik pengambilan data (Gambar 23). Luas kanopi pohon di taman ini adalah 3.944,2 m2. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y

= -0,003x + 34,99 dan R2 = 0,769; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,037x + 42,00 dan R2 = 0,821. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,003x + 34,23 dan R2 = 0,88; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,029x + 45,64 dan R2 = 0,872. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R2 = 0,846; untuk faktor kelembaban y = 0,032x + 39,02 dan R2 = 0,871.

Gambar 23 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati

Gambar 24 dan 25 merupakan suhu udara dan kelembaban dari tiga kali pengamatan di Taman Suropati. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap penurunan suhu udara sekitar 96%, dan besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap peningkatan kelembaban sekitar


(1)

Tabel Lampiran 13 Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 20 April 2010

Gambar Lampiran 15 Grafik hubungan suhu udara dan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang (28 April 2010)

No. Kanopi Pohon (m2)

Suhu udara (°C)

RH (%)

1. 222 34,3 51

2. 82 34,5 46

3. 114,9 34,5 48

4. 81 34,6 47

5. 0 35 46

6. 230 34,2 52

7. 152 34,4 50

8. 192,6 34,3 50

y = -0,002x + 34,63 R² = 0,918

34 34,1 34,2 34,3 34,4 34,5 34,6 34,7

0 50 100 150 200 250

Su

hu

(

C)


(2)

Gambar Lampiran 16 Grafik hubungan kelembaban dan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (28 April 2010)

Tabel Lampiran 14 Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 28 April 2010

No. Kanopi Pohon (m2)

Suhu udara

(°C) RH (%)

1. 222 34,2 49

2. 82 34,5 44

3. 114,9 34,4 46

4. 81 34,5 45

5. 0 34,6 44

6. 230 34,1 49

7. 152 34,2 48

8. 192,6 34,2 48

y = 0,025x + 43,22 R² = 0,897

42 43 44 45 46 47 48 49 50

0 50 100 150 200 250

K

elem

ba

ba

n

(%)


(3)

y = 0,029x + 44,01 R² = 0,817

43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53

0 50 100 150 200 250

K elem ba ba n (%)

Luas Tutupan (m2)

Gambar Lampiran 17 Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010)

Gambar Lampiran 18 Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010)

y = -0,002x + 34,60 R² = 0,817

34 34,1 34,2 34,3 34,4 34,5 34,6 34,7 34,8

0 50 100 150 200 250

Su

hu

(

C)


(4)

Tabel Lampiran 15 Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 6 Mei 2010

No. Kanopi Pohon (m2)

Suhu udara

(°C) RH (%)

1. 222 34,2 49

2. 82 34,5 44

3. 114,9 34,4 46

4. 81 34,5 45

5. 0 34,6 44

6. 230 34,1 49

7. 152 34,2 48


(5)

KUISIONER

Perkenalkan nama saya Priambudi Trie Putra, mahasiswa Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian sebagai salah satu syarat menyusun skripsi saya dengan judul “Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat”. Untuk itu saya mengharapkan kerjasama dan kebenaran dari jawaban pertanyaan yang saya ajukan. Latar Belakang Responden (pilih salah satu jawaban)

Jenis Kelamin:

a) Laki-laki b) Perempuan

Umur :

a) 15-25 tahun c) 36-45 tahun b) 26-35 tahun d) 46-55 tahun Pendidikan Terakhir:

a) SMP c) Akademi e) lainnya …….

b) SMA d) Perguruan Tinggi

Tempat tinggal:

a) Kecamatan Menteng

b) Di luar kecamatan Menteng Tujuan datang ke Taman?

a) rekreasi

b) studi/pendidikan

Apa yang paling memotivasi datang ke Taman? a) lokasi mudah dicapai

b) tidak dikenakan biaya

c) suasana taman yang asri dan nyaman d) fasilitas yang ada memadai

e) nilai sejarah taman Persepsi Termal Responden

Apakah anda merasa nyaman terhadap iklim mikro di area ini?


(6)

Suhu udara Udara

Sangat dingin Dingin Sejuk Hangat Panas

Kelembaban Udara

Sangat lembab Lembab Sedang Kering Sangat Kering

Angin

Tidak ada Kurang Sepoi-sepoi Kencang Sangat Kencang

Penerimaan Sinar Matahari

Tidak ada Sedikit Sedang Terik Sangat terik