Kelompok Umur 16-18 tahun

bekerja di sektor selain pertanian. Sementara itu kemiskinan menyebabkan peluang bersekolah menjadi semakin kecil. Selanjutnya uji Wald mendapatkan variabel bebas yang mempengaruhi partisipasi sekolah anak perempuan pada kelompok usia 7-15 tahun secara signifikan pada taraf α = 5 persen adalah pendidikan kepala rumahtangga, pendidikan ibu dan tingkat kemiskinan. Sementara itu pada taraf α = 10 persen, terdapat dua variabel yang signifikan, yaitu variabel jenis kelamin dan lapangan usaha kepala rumahtangga. Peluang anak perempuan usia 7-15 tahun yang mempunyai kepala rumahtangga yang berpendidikan SLTP atau lebih rendah untuk bersekolah adalah lebih rendah dibanding yang mempunyai kepala rumahtangga yang berpendidikan lebih tinggi. Pada kelompok anak perempuan yang memiliki ibu yang berpendidikan SLTP atau lebih rendah akan mempunyai peluang sekolah yang lebih kecil lagi. Peluang bersekolah anak perempuan usia 7-15 tahun yang miskin juga lebih rendah daripada anak perempuan yang tidak miskin. Pada kelompok anak perempuan usia 7-15 ini ditemui dua variabel yang signifikan pada taraf α = 10 persen. Variabel itu adalah jenis kelamin dan lapangan usaha kepala rumahtangga. Kedua variabel ini memberikan peluang bersekolah yang lebih kecil kepada kelompok anak yang diamati. Sedangkan variabel lapangan usaha menunjukan bahwa anak perempuan usia 7-15 tahun yang mempunyai kepala rumahtangga bekerja di sektor pertanian akan memiliki peluang bersekolah lebih kecil dibanding yang bekerja di sektor lainnya.

c. Kelompok Umur 16-18 tahun

Uji secara parsial uji Wald yang dilakukan terhadap kelompok anak laki- laki umur 16-18 tahun mendapatkan hanya satu variabel yang tidak signifikan pada taraf α = 5 persen. Variabel yang tidak signifikan itu adalah keberadaan saudara perempuan usia 5-24 tahun. Sedangkan variabel lainnya signifikan pada taraf α = 5 persen, dimana variabel-variabel itu adalah jenis kelamin, pendidikan, dan lapangan usaha kepala rumahtangga, pendidikan ibu, dan tingkat kemiskinan. Semua variabel ini mempunyai koefisien B bernilai negatif, yang menunjukan 13 kelompok yang diamati memiliki peluang bersekolah lebih kecil daripada kelompok pembanding. Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Sekolah Usia 16-18 tahun No Variabel Laki-laki Perempuan 1 Jenis kelamin Kepala Rumahtangga 0,005 0,446 2 Pendidikan Kepala Rumahtangga 0,000 0,025 3 Pendidikan Ibu 0,000 0,004 4 Lapangan Usaha Kepala Rumahtangga 0,003 0,184 5 Keberadaan saudara beda jenis Kelamin 0,812 0,271 6 Tingkat Kemiskinan 0,000 0,004 Jenis kelamin kepala rumahtangga menentukan peluang bersekolah anak laki-laki usia 16-18 tahun. Hal ini dibuktikan bahwa anak laki-laki yang mempunyai kepala rumahtangga perempuan memiliki peluang bersekolah sebesar lebih rendah dibanding apabila kepala rumahtangganya laki-laki.Demikian juga pendidikan kepala rumahtangga dan ibu yang rendah menyebabkan peluang anak laki-laki bersekolah juga rendah. Hal ini terlihat apabila kepala rumahtangga dan ibu hanya berpendidikan SLTP atau lebih rendah, maka peluang bersekolahnya hanya sekitar 0.42 kali dibanding yang mempunyai kepala rumahtangga dan ibu yang lebih berpendidikan. Dari variabel lapangan usaha didapat pengertian bahwa anak laki-laki yang mempunyai kepala rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian akan mempunyai kemungkinan bersekolah lebih kecil dibanding dengan kelompok anak laki-laki yang mempunyai kepala rumahtangga yang bekerja di sektor non pertanian. Lebih kecilnya peluang untuk bersekolah di sektor pertanian ini diduga karena anak laki-laki ikut bekerja membantu orangtuanya di lahan pertaniannya. Sementara itu dari variabel tingkat kemiskinan diketahui bahwa anak laki- laki yang miskin mempunyai peluang bersekolah hanya setengah dari yang tidak 14 miskin. Menurut Elfindri 2001, masalah ekonomi memang merupakan faktor yang menyebabkan anak tidak sekolah. Pendidikan kepala rumahtangga dan ibu berpengaruh nyata terhadap peluang anak perempuan usia 16-18 tahun untuk bersekolah. Pendidikan kepala rumahtangga dan ibu yang rendah menyebabkan peluang bersekolah anak perempuan menjadi kecil. Pada variabel pendidikan ibu peluang bersekolah anak perempuan menjadi lebih rendah lagi jika anak perempuan itu mempunyai ibu yang berpendidikan SLTP atau lebih rendah yakni 0.491 kali dibanding jika mempunyai ibu yang lebih berpendidikan. Sementara pada variabel tingkat kemiskinan memperlihatkan faktor kemiskinan memperkecil peluang anak untuk bersekolah.

d. Kelompok Umur 19-24 tahun