Analisis Regresi Berganda Populasi dan Sampel Penelitian

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang digunakan maka metode pengumpulan data EPS, ROA, DER dan Harga Saham. dalam penelitian ini digunakan dengan teknik dokumentasi laporan keuangan perbankan setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia BEI. Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan LQ 45 No. Nama Perusahaan LQ 45

1. PT. Astra Argo Lestari Tbk

2. PT Adaro Energy Tbk

3. PT Aneka Tambang Tbk

4. PT Astra Internasional Tbk

5. PT Bank Central AsiaTbk

6. PT Bank Negara Indonesia Tbk

7. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

8. PT Danamon Indonesia Tbk

9. PT BPD Jawa Barat Tbk

10. PT Bank Mandiri Tbk

3.9 Teknik Analisis

3.9.1 Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier berganda, karena penelitian ini menggunakan tiga variable independen dan satu variable dependen. Model regresi linier berganda digunakan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata populasi dan rata-rata variable dependen berdasarkan nilai variable Universitas Sumatera Utara independen yang diketahui. Model persamaan regresi berganda untuk menguji hipotesis sebagai berikut: Y = a + bX 1 + bX 2 + bX 3 Keterangan : Y = Harga saham a = Konstanta b = koefisien regresi berganda X 1 = ROA X 2 = DER X 3 = EPS 3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal Ghozali, 2005:110. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai Universitas Sumatera Utara residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov – Smimov satu arah atau analisis grafis. Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu µ i adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque– Berra Test J-B test. Kriterianya: a. Apabila nilai x 2 tabel 0,05 nilai Jarque–Berra normality test statistic, maka µ i berdistribusi normal. b. Apabila angka probability 0,05, maka data berdistribusi normal . 2. Multikolinieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Menurut Ghozali 2005:91, untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas Universitas Sumatera Utara 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. 3. Autokorelasi Pengujian Autokorelasi menurut Ghozali 2005:95 bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi penganggu antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi di antara data pengamatan yang tersusun baik seperti data cross sectional danatau time series. Autokorelasi menunjukkan adanya kesalahan penganggu residual tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi Universitas Sumatera Utara berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi terjadi bila error term µ dari waktu yang berbeda berkorelasi. Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya. Eu i u j = 0 i ≠j Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: a. Dengan menggunakan atau memplot grafik b. Dengan uji Durbin-Watson D-W Test Uji D-W dirumuskan sebagai berikut: D − hitung = ∑ ��– �� ��−1 2 ∑� 2 � Dengan hipotesis sebagai berikut: H = ρ = 0 tidak ada autokorelasi H a = ρ ≠ 0 ada autokorelasi Untuk menguji masalah autokorelasi ini, kita harus menentukan besarnya nilai kritis dari d u dan d 1 . Berdasarkan jumlah dari variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi, maka: 1. Jika DW dt, maka H ditolak, berarti suatu persamaan regresi mengalami autokorelasi. 2. Jika d u DW 4 – d u , maka H diterima, berarti suatu persamaan regresi tidak mengalami autokorelasi. 3. Jika d 1 ≤ DW ≤ d u atau 4 – d u ≤ DW ≤ 4 – d 1 , berarti pengujian tidak dapat disimpulkan. 4. Uji Heterokedastisitas Universitas Sumatera Utara Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat nilai varians antar nilai Y, apakah sama atau heterogen Suharyadi Purwanto, 2009. Salah satu cara mendeteksi terjadinya heterokedastisitas adalah dengan melihat ada atu tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Dasar analisis Ghozali, 2005 adalah: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka mengindikasikan terjadinya heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan dibawah angka nol sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.9.3 Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 73 97

Pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Return On Equity Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Kelompok Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 69 79

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap risiko saham pada perusahaan LQ 45 periode 2004-2009

0 7 116

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, TOTAL ASSET TURN OVER, EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN CURRENT RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 11

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45.

0 2 20

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

SKRIPSI PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA oleh DEWI YANI

0 1 11

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET, DEBT RATIO, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 1 16