212 41,34
44,31 46,02
214 40,92
43,88 45,59
216 40,54
43,47 45,22
218 40,12
43,04 44,79
220 39,76
42,62 44,42
222 39,40
42,26 44,06
224 39,05
41,83 43,62
226 38,69
41,47 43,26
228 38,22
41,04 42,82
230 37,86
40,68 42,46
232 37,44
40,30 42,06
234 37,08
39,94 41,70
236 36,68
39,55 41,34
238 36,32
39,19 40,98
240 35,95
38,81 40,62
242 35,59
38,45 40,26
244 35,24
38,12 39,90
246 34,88
37,76 39,54
248 34,52
37,43 39,18
250 34,20
37,10 38,85
252 33,86
36,73 38,50
254 33,56
36,43 38,19
256 33,21
36,14 37,82
258 32,91
35,84 37,52
260 32,58
35,50 37,10
4.5. GRAFIK PDD 10 MV
Data PDD tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik di tiap-tiap luas lapangan yang berbeda seperti yang ditunjukkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 17. Grafik PDD 10 MV dengan luas lapangan 5 x 5
Gambar 18. Grafik PDD 10 MV dengan luas lapangan 10 x 10
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
PE RS
EN TA
SE D
O SIS
KEDALAMAN mm
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
PE RS
EN TA
SE D
O SI
S
KEDALAMAN mm
Universitas Sumatera Utara
Gambar 19. Grafik PDD 10 MV dengan luas lapangan 15 x 15
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
PE RS
EN TA
SE D
O SI
S
KEDALAMAN mm
Universitas Sumatera Utara
4.6. Profil untuk PDD 10 MV
Gambar 20. profil untuk PDD 10 MV
4.7. Aplikasi Medis
Dengan memperhatikan profil dan grafik PDD maka pada pelaksanaan radioterapi terhadap pasien dalam hal penentuan atau pemilihan energi radiasi seperti foton yaitu 6
MV dan 10 MV, dapat dibuat sebagai acuan untuk memberikan dosis. Adapun contoh aplikasi medis yang diambil seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
4.7.1. Data pasien dengan kasus tumor kepala, dengan memberikan energi radiasi
sebesar 6 MV dan 10 MV, maka didapat perbandingan data yang berbeda seperti pada pengaturan sinar Beam setup dosis yang akan diberikan
perfraksi akan berbeda, kurva isodosis dan DVH Dose volume histogram seperti data yang ditampilkan berikut:
Tabel 5. Beam setup pemakaian energi 6 MV
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Beam setup pemakaian energi 10 MV
Pada pengaturan penyinaran beam pada pemilihan energi yang berbeda maka dosis yang diberikan perfraksi berbeda pada tiap penyinaran seperti yang ditunjukkan pada
tabel beam setup diatas. Pada kasus ini seharusnya energi yang digunakan adalah 6 MV dan dapat dilihat pada beam setup pemilihan energi 10 MV dosis yang akan diterima
pasien lebih besar dari yang seharusnya diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 21. Kurva isodosis pada pemilihan energi 6 MV
Keterangan warna gambar:
CTV clinical tumor volume susunan saraf tulang belakang
CTVN2 clinical tumor volume nodule 2 CTVN1 CLINICAL TUMOR VOLUME 1
Oesofagus Oral cavity
Tiroid kiri tiroid kanan
Parotis kiri Parotis kanan
Temporo mandibular joint kiri TMJ Susunan saraf pusat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 22. Kurva isodosis pada pemilihan energi 10 MV
Pada kurva isodosis yang terbentuk diatas persentase penyerapan dosis yang dihasilkan berbeda pada pemilihan energi yang berbeda dan bentuk kurva isodosis
yang terbentuk juga berbeda. Ini menunjukkan penyerapan dosis yang tidak merata, dan ini menyebakan pemberian dosis yang tidak tepat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 23. DVH Dose volume histogram pada pemakaian energi 6 MV
Gambar 24. DVH Dose volume histogram pada pemakaian energi 10 MV
Universitas Sumatera Utara
4.8.2. Data pasien dengan kasus kanker rahim, dengan memberikan energi radiasi sebesar 10 MV dan 6 MV, maka didapat perbandingan data yang berbeda seperti pada
pengaturan sinar beam setup dosis yang akan diberikan perfraksi akan berbeda, kurva isodosis dan DVH dose volume histogram seperti data yang ditampilkan
berikut:
Tabel 7. Beam setup pemakaian energi 10 MV
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Beam setup pemakaian energi 6 MV
Pada pengaturan penyinaran beam pada pemilihan energi yang berbeda maka dosis yang diberikan perfraksi berbeda pada tiap penyinaran seperti yang ditunjukkan
pada tabel beam setup diatas. Pada kasus ini seharusnya energi yang digunakan adalah 10 MV dan dapat dilihat pada beam setup pemilihan energi 6 MV dosis yang akan
diterima pasien tidak sesuai dari yang seharusnya diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 25. Kurva isodosis pada pemilihan energi 10 MV
Keterangan warna gambar
:
CTV clinical tumor volume Rectum
Buli-buli
Universitas Sumatera Utara
Gambar 26. Kurva isodosis pada pemilihan energi 6 MV
Pada kurva isodosis yang terbentuk diatas persentase penyerapan dosis yang dihasilkan berbeda pada pemilihan energi yang berbeda dan bentuk kurva isodosis
yang terbentuk juga berbeda. Ini menunjukkan peyerapan dosis yang tidak merata, dan ini menyebakan pemberian dosis yang tidak tepat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 27. DVH Dose volume histogram pada pemakaian energi 10 MV
Gambar 28. DVH Dose volume histogram pada pemakaian energi 6 MV
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN