AUDIENCE RESEARCH TAYANGAN UNS MENYAPA TA TV DI KALANGAN MAHASISWA BARU UNS SOLO

(1)

AUDIENCE RESEARCH

TAYANGAN UNS MENYAPA TA TV

DI KALANGAN MAHASISWA BARU UNS SOLO

Oleh: Suharsiwi D 0206022

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

Audience Research

Tayangan UNS Menyapa TA TV

Di Kalangan Mahasiswa Baru UNS Solo

Oleh: Nama : Suharsiwi NIM : D0206022

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta, September 2010 Pembimbing Utama,

Nora Nailul Amal, S.sos, MLMed, Hons NIP. 19810429 200501 2 002


(3)

PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal : Panitia Penguji :

Ketua : Dr. H. Widodo Muktiyo, SE, M.Com (...) NIP. 19640227 198803 1 002

Sekretaris : Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si (...) NIP. 19620117 198601 2 001

Penguji : Nora Nailul Amal, S. Sos, MLMEd, Hons (...) NIP.19810429 200501 2 002

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Drs. H. Supriyadi, SN, S.U. NIP. 195301281031001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

”Audience Research Tayangan UNS Menyapa TA TV Di Kalangan Mahasiswa Baru UNS

Solo”

Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.

Surakarta, September 2010

Suharsiwi NIM. D 0206022


(5)

MOTTO

“Jangan tanya kapan...,karena keajaiban akan datang menghampiri orang

yang selalu melakukan yang terbaik, untuk dirinya sendiri maupun orang lain”


(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

Allah SWT yang telah memberikan segalanya yang indah pada waktunya;

Bapak Ibu tersayang yang selalu memberi kasih sayang dan dukungan setiap saat;

Saudara-saudariku, Mbak Wati, Mbak Hasti, Mas Didik, Mbak Ana dan Mbak Dewi. Terima kasih untuk kasih sayang dan kepedulian kalian ;

Anung Anandito, yang selalu menemani di saat senang dan sedih; dan Teman-teman Komunikasi 2006 yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga atas kehendak-hidayah-Nya, skripsi dengan judul Audience Research Tayangan UNS Menyapa TA TV Di Kalangan Mahasiswa Baru UNS Solo dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Supriyadi, SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang mendukung penelitian penulis serta memberikan arahan dan masukan.

3. Nora Nailul Amal, S.sos, MLMed, Hons selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D selaku pembimbing akademik yang selalu memberi motivasi selama ini.

5. Semua staf pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Rusman Yososuwito, selaku orang tua penulis, yang selalu mendoakan dan memberikan segalanya untuk penulis.

7. Mbak Wati, Mbak Hasti, Mas Didik, Mbak Ana dan Mbak Dewi, selaku saudara-saudari penulis, yang selalu mendukung dan menyemangati.


(8)

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis : Nunung Kusuma Wardani, Pramanti Putri, Imas Ayu Prafitri, Rika Inggit Asmawati, Muhammad Azis, Nurhuda Zus Julianto dan teman-teman Dadu Production, yang selalu membantu dan mendukung penulis selama ini.

10.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini, namun penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.

Surakarta, September 2010


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xvii


(10)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. LANDASAN TEORI A. Komunikasi ... 13

B. Komunikasi Massa ... 15

C. Media Massa ... 18

D. Audience Research ... 21

E. Persepsi ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Teknik Penelitian ... 37

C. Lokasi Penelitian ... 37

D. Populasi ... 39

E. Sampel ... 40

F. Sumber Data ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 44

I. Definisi Konsepsional dan Operasional ... 46

BAB VI. PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Penyajian Data ... 58

B. Analisis... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 126


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel I.1 : Daftar Stasiun Televisi Lokal Jateng 2010 ... 7

Tabel II.1 : Studi Khalayak Dalam Komunikasi ... 27

Tabel III.1 : Mahasiswa S-1Regular Menurut Jangkauan TA TV ... 40

Tabel III.2 : Besar Sampel Menurut Program Studi IPA dan IPS ... 41

Tabel III.3 : Besar Sampel Menurut Program Studi IPA ... 42

Tabel III.4 : Besar Sampel Menurut Program Studi IPS ... 43

Tabel VI.1 : Jumlah Responden Berdasarkan Wilayah ... 58

Tabel VI.2 : Pengetahuan Responden Terhadap UNS Menyapa ... 60

Tabel VI.3 : Presentase Penonton Tayangan UNS Menyapa ... 61

Tabel VI.4 : Presentase Penonton Sebelum dan Sesudah Masuk UNS Solo . 64

Tabel VI.5 : Frekuensi Penonton Sebelum dan Sesudah Masuk UNS Solo .. 65

Tabel VI.6 : Intensitas Penonton Sebelum dan Sesudah Masuk UNS Solo .. 67

Tabel VI.7 : Motivasi Penonton Sebelum dan Sesudah Masuk UNS Solo ... 69

Tabel VI.8 : Persepsi Responden Terhadap Setting UNS Menyapa ... 72

Tabel VI.9 : Ketertarikan Responden Terhadap Setting UNS Menyapa ... 73

Tabel VI.10: Citra UNS Melalui Tayangan UNS Menyapa ... 75

Tabel VI.11: Informasi Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 77

Tabel VI.12: Kelengkapan Informasi Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 78

Tabel VI.13: Keterkinian Informasi Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 79

Tabel VI.14: Hal Terbaik Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 81

Tabel VI.15: Respon Terhadap Hal Terbaik Dalam UNS Menyapa ... 82

Tabel VI.16: Hal Terburuk Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 84


(12)

Tabel VI.18: Penilaian Responden Terhadap Tayangan UNS Menyapa ... 88

Tabel VI.19: Peran Pembawa Acara Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 90

Tabel VI.20: Penampilam Pembawa Acara Tayangan UNS Menyapa ... 91

Tabel VI.21: Kualitas Pembawa Acara Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 93

Tabel VI.22: Performace Pembawa Acara Yang Paling Diingat ... 94

Tabel VI.23: Peran Nara Sumber Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 95

Tabel VI.24: Penampilan Nara Sumber Dalam Tayangan UNS Menyapa ... 97

Tabel VI.25: Kualitas Nara Sumber Dalam Menjawab Pertanyaan ... 98

Tabel VI.26: Performance Nara Sumber Yang Paling Diingat ... 100

Tabel VI.27: Media Yang Sering Diakses Mahasiswa ... 101

Tabel VI.28: Rangking Media Yang Sering Digunakan Mahasiswa... 103


(13)

ABSTRAK

Suharsiwi, D0206022, Audience Research Tayangan UNS Menyapa TA TV Di Kalangan Mahasiswa Baru UNS Solo, 127 halaman

Persaingan antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) semakin meningkat. Menghadapi persaingan tersebut universitas membutuhkan strategi yang mengedepankan aspek citra dan reputasi. Tayangan UNS Menyapa merupakan program berbentuk talk show yang dibuat oleh Humas UNS Solo. Selain bertujuan untuk memberikan informasi mengenai UNS Solo pada khalayak, tayangan ini juga bertujuan untuk membentuk citra UNS Solo yang saat ini telah masuk dalam daftar 1500 universitas kelas dunia berdasarkan

Webometric.

Mahasiswa adalah salah satu audien dari tayangan ini. Mahasiswa termasuk dalam khalayak intelek. Dalam memilih media untuk mencari informasi, mahasiswa bersifat aktif dan selektif.

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar presentase penonton, aktivitas menonton serta persepsi mahasiswa baru UNS Solo terhadap tayangan UNS Menyapa. Tayangan ini perlu untuk dievaluasi oleh mahasiswa baru UNS mengingat tayangan ini telah berjalan selama dua tahun.

Metodologi yang penulis gunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Sedangkan pemilihan sampel menggunakan teknik pengambilan secara bertahap. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009 dan 2010 UNS yang berasal dari wilayah jangkauan TA TV. Sampel berjumlah 200 mahasiswa dari Jurusan Matematika, Pendidikan Ekonomi, Ilmu Administrasi Negara dan Teknik Sipil.

Secara umum, kesimpulan penulis adalah 52,5% responden menyatakan pernah menonton tayangan UNS Menyapa. Responden juga menyatakan bahwa tema tiap episode dalam tayangan UNS Menyapa merupakan hal terbaik. Namun pencitraan UNS sebagai univeristas kelas dunia, belum bisa dilihat dalam tayangan UNS Menyapa.

Dalam penelitian ini juga memaparkan media yang sering digunakan mahasiswa baru UNS Solo untuk mengakses informasi UNS. Sebanyak 88% menyatakan bahwa media website


(14)

ABSTRACT

Suharsiwi, D0206022, Audience Research UNS Menyapa Talk Show On TA TV Among New Students In UNS Solo, 127 pages.

Competition between State University (PTN) and Private University (PTS) is increasing. Facing this competition, university requires a strategy that focuses on image and reputation. UNS Menyapa is a talk show programs made by the Public Relations of UNS Solo. Not only to provide information about UNS Solo, the talk show also aims to build the image of UNS Solo which is currently included in the 1500 list of world-class university based Webometric.

Students are one of the audiences of this talk show. Students are intellectual audiences who are active and selective in selecting media to find information about UNS.

Generally, this research aims to find out how much percentage of the audience, audience activities and perceptions of new students UNS as one of the target audience. However this talk show needs to be evaluated by new students because this show has been running two year.

The methodology employed was descriptive quantitative techniques using data collection techniques of quesionare. Meanwhile, the sampling technique used was multistage sampling. The population in this study were students from 2009 to 2010 who come from TA TV coverage areas. Samples were 200 students from the Department of Mathematics, Economics of Education, Public Administration and Civil Engineering.

Generally, the writer concludes that 52,5 % of respondents had seen UNS Menyapa. Respondents also stated that the theme of each episode in UNS Menyapa are best. But imaging UNS as a world-class universities, yet can be seen in UNS Menyapa talk show.

In this study also described the media are often used for new students to access information about UNS Solo. The conclusions of the author is 88 % respondents said that website is media that most they use to find information about the UNS.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan paling tinggi merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat yang kehadirannya dapat menunjang dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Saat ini di Indonesia telah berdiri ratusan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Seiring berkembangannya perguruan tinggi lahirlah suatu fenomena persaingan antar perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS).

Persaingan antar PTN dan PTS semakin ketat, terutama setelah berubahnya status sejumlah PTN di Indonesia menjadi Badan Hukum Pendidikan Milik Negara (BHP), sehingga PTN ini pun banyak membuka kelas-kelas non regular. Perubahan status PTN ini, pada kenyataannya telah menyedot mahasiswa PTS. Dalam beberapa tahun berselang banyak diantara mahasiswa yang memilih masuk ke kelas non regular PTN daripada masuk ke PTS. Akhirnya, sejumlah PTS kekurangan mahasiswa, bahkan sejumlah PTS terancam kolaps atau tutup akibat persaingan ketat antar perguruan tinggi tersebut (Mustofa: 2009).

Demikian pula dengan PTN, di era kompetisi saat ini PTN harus mampu bersaing agar tetap bisa menerima mahasiswa sesuai kapasitas yang ada, tidak lagi mengandalkan dana subsidi dari pemerintah dalam mengelola universitas. PTN juga dituntut untuk


(16)

mandiri karena hal ini berdampak terhadap biaya kuliah calon mahasiswa yang cukup mahal.

Menghadapi persaingan yang terjadi diantara perguruan tinggi baik negeri maupun swasta tentu perlu dilakukan pendekatan strategi, yaitu dengan mengedepankan aspek citra dan reputasi melalui kegiatan atau upaya-upaya public relations. Saat ini banyak humas perguruan tinggi yang menggunakan media massa sebagai sarana publikasi, salah satunya adalah humas Universitas Gadjah Mada yang membuat program

talk show UGM Berkomunikasi yang ditayangankan di Jogja TV. UGM Berkomunikasi adalah sebuah talk show yang mengupas informasi mengenai UGM dengan tujuan mendekatkan UGM pada masyarakat (Nindiani: 2008).

Tak jauh berbeda dengan universitas tersebut, humas Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo juga melakukan strategi yang sama yakni bekerjasama dengan stasiun televisi lokal TA TV dan Jogja TV untuk memproduksi sebuah tayangan dengan format

talk show. Tayangan tersebut kemudian diberi nama UNS Menyapa.

Ditengah-tengah persaingan perguruan tinggi yang semakin ketat acara-acara seperti ini dirasa perlu untuk mendekatkan UNS dengan berbagai stakeholdersnya.

Apalagi saat ini UNS mampu menunjukkan prestasinya di kancah pendidikan internasional. Lembaga pemeringkat universitas Webometrics untuk sesi januari 2010 pada tanggal 11 februari 2010 menetapkan bahwa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mampu memasuki level 1500 universitas besar dunia dan sudah berhasil mendefinisikan

atau membuktikan diri menjadi World Class University


(17)

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga masuk universitas terbaik dari 200 peringkat universitas terbaik di Asia (termasuk Jepang), sesuai laporan dari The Higher Education Suplement-Quacquarelli Symonds (THES QS) Asia, Mei 2009 (http://wisatasolo.com/wp/2009/05/uns-solo-terbaik-di-asia).

Dengan prestasi tersebut tentu penting untuk diinformasikan pada khalayak, agar citra UNS semakin diakui oleh masyarakat dan semakin meningkat pula calon mahasiswa yang ingin masuk ke perguruan tinggi ini. Oleh sebab itu salah satu strategi yang dapat dilakukan humas UNS adalah dengan menginformasikannya melalui media massa khususnya dengan media televisi disamping menggunakan media massa cetak, radio dan internet.

Dengan menggunakan media televisi, UNS dapat menginformasikan prestasi yang telah diraih, kegiatan-kegiatan di kampus, fasilitas, sarana dan prasarana, dan segala sesuatu tentang UNS secara jelas sehingga banyak diantara calon mahasiswa yang ingin masuk keperguruan tinggi ini dan citra UNS semakin positif dimata masyarakat.

Saat ini media televisi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apabila dibandingkan dengan media massa lainnya, media ini memiliki pengaruh yang cukup besar bagi khalayak. Kemampuan televisi sangat menakjubkan menembus batas-batas yang sulit ditembus oleh media massa lainnya. Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcasat) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Dari segi audio prinsip pentransmisian oleh pemancar televisi dan prinsip penangkapan isyarat-isyarat (signals) dalam bentuk programa oleh pesawat televisi, adalah sama dengan prinsip radio. Sedangkan dari segi visual diwujudkan dengan


(18)

prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau bergerak (moving picture), maupun gambar mati (still picture) (Effedy, 1993: 21-22). Oleh karena itu, ia memiliki sifat yang sangat istimewa dibanding media massa lainnya termasuk perannya dalam sosialisasi informasi sebuah perusahaan atau lembaga termasuk UNS.

Perkembangan media televisi ditandai dengan munculnya stasiun-stasiun televisi baru, baik nasional maupun lokal. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan media pertelevisian. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima stasiun televisi baru. Stasiun televisi tersebut antara lain;Metro, Trans, TV 7, Lativi, dan Global. Selain televisi nasional juga muncul beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan ( lihat tabel 1.1).

Era reformasi 1998 yang telah melahirkan eforia desentralisasi tidak hanya melahirkan perangkat perundang-undangan yang mengatur desentralisasi politik berupa otonomi daerah, tetapi juga melahirkan perundang-undangan yang meregulasi desentralisasi penyiaran. Alasannya untuk menumbuhkan kelokalan dan nuansa keberagaman yang selama orde baru terberangus. Karena itulah muncul Undang-Undang Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB).

Kemunculan media-media lokal baik cetak maupun elektronik adalah salah satu bukti dari adanya otonomi daerah. Diantara kemunculan media-media lokal yang ada, keberadaan televisi lokal menjadi fenomena tersendiri. Berkenaan dengan otonomi daerah dan desentralisasi, yang kemudian di tindak lanjuti dengan munculnya UU nomor


(19)

32/2002 tentang penyiaran, maka keberadaan TV lokal semakin banyak (Setyakarya: 2008).

Televisi lokal diatur dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 pasal 31 (5) yang menyatakan, bahwa stasiun penyiaran televisi lokal dapat didirikan dilokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. Ini berarti syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan sebagai penyiaran lokal adalah: lokasi sudah ditentukan dan jangkauan siaran terbatas (Morrisan, 2008:105)

Tujuan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 yang mengatur tentang SSB adalah untuk meletakkan pondasi bagi sistem desentralisasi penyiaran. Agar daerah dapat menikmati manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran

(diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran (diversity of ownership). Maknaa dari UU ini adalah untuk memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah. Juga agar penyiaran tidak terkonsentrasi dipusat. Efek dari UUP 2002 membuat televisi lokal menggeliat (http://setiakarya.wordpress.com/2008/01/16/menyambut-tv-lokal/).

Di Jakarta yang nota bene adalah gudangnya televisi-televisi nasional yang selama ini ada pun, memiliki televisi lokal sendiri yaitu Jack TV. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Televisi Lokal yang hadir dengan spirit otonomi daerah, sangat di rasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air. Berbagai daerah selama ini di sadari kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual. Sehingga


(20)

kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk hal tersebut. Di Jawa Tengah kini kini telah hadir beberapa televisi lokal. Berikut disajikan pula data stasiun televisi lokal di Jawa Tengah tahun 2010:

Tabel I.1.

Daftar Stasiun Televisi Lokal di Jawa Tengah Tahun 2010

No. Stasiun Televisi Lokal KOTA

1. BMS TV Banyu Mas

2. Grabag TV Magelang

3. Karisidenan TV Magelang

4. TA TV Solo

5. TV Borobudur (TVB) Magelang

6. TVKU Semarang

7. Pro TV Semarang

8. Cakra Semarang TV Semarang

9. Televisi Tegal (TVT) Tegal

10. Ratih TV Kebumen

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun televisi regional di_Indonesia Seiring kemunculan televisi lokal, humas UNS bekerjasama dengan TA TV dan Jogja TV untuk membuat tayangan UNS Menyapa yang dapat menghubungkan UNS dengan khalayak luas. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada tayangan UNS Menyapa yang ditayangangkan di TA TV.

TA (Terang Abadi) TV adalah stasiun televisi lokal yang berada di Kota Solo. TA TV hadir sebagai televisi lokal pertama dan satu-satunya bagi masyarakat Solo dan


(21)

sekitarnya. Jangkauan siarannya sampai saat ini sudah mencapai Magelang, Salatiga, Temanggung, Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Pati, Kudus, Wonosobo, Sragen, Ngawi dan Yogyakarta (http://www.tatv.co.id/coverage-area-tatv.html).

Tayangan UNS Menyapa adalah sebuah tayangan yang berusaha untuk memberikan informasi mengenai apa saja yang telah dilakukan UNS dan apa saja yang dimiliki UNS terutama program-program studi yang dimiliki UNS. Tayangan televisi ini tidak hanya berisi tentang pengenalan program studi saja, namun juga memberikan informasi yang

detail mengenai program studi yang dimiliki UNS. Tujuan lain tayangan UNS Menyapa untuk membangun corporate image, promosi UNS serta membangun kebanggaan bagi

corps UNS sendiri. Melalui media ini, UNS ingin menginformasikan ataupun menyebarluaskan hal-hal positif yang telah dilakukan UNS antara lain kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di kampus, fasilitas yang dimiliki, sarana dan prasarana penunjang akademis ataupun kegiatan non-akademis, prestasi yang telah dicapai dan mengkomunikasikan UNS dalam rangka menuju World Class University (Safitri, 2009:66-67).

Salah satu target khalayak tayangan UNS Menyapa adalah corps UNS. Melalui UNS Menyapa diharapkan dapat membangun kebanggaan (awareness) bagi anggota corps

UNS karena tidak semuanya tahu dan mengerti, ternyata didalam UNS ada banyak hal yang bisa dibanggakan (Safitri, 2009:64).

Mahasiswa UNS Solo adalah salah satu target audience tayangan ini. Mahasiswa merupakan “konsumen” bagi perguruan tinggi. Dalam hal tertentu mahasiswa


(22)

membutuhkan universitas sebagai tempat belajar, namun disisi lain universitas membutuhkan mahasiswa dalam pembiayaan operasional. Oleh sebab itu baik mahasiswa maupun calon mahasiswa harus mendapat informasi yang lengkap mengenai sebuah universitas. Tayangan ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi yang dapat memberikan wawasan pada khalayak mengenai UNS.

Sebuah tayangan diterima (ditonton) atau tidak oleh khalayak diukur dengan menggunakan sebuah risetrating maupun non rating. Riset non rating salah satunya dengan

audience research. Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti studi khalayak tayangan UNS Menyapa di TA TV dikalangan mahasiswa baru UNS Solo. Mahasiswa merupakan kaum intelek yang mengerti tentang media massa termasuk tayangan yang disiarkannya. Apakah tayangan ini merupakan salah satu media untuk mencari informasi mengenai UNS bagi mereka. Hal ini penting untuk diteliti mengingat tayangan ini telah berjalan selama dua tahun dan ditayangankan disebuah media televisi yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alat evaluasi mengenai tayangan UNS Menyapa dari target khalayak mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Berapakah presentase khalayak penonton tayangan UNS Menyapa di TA TV dikalangan mahasiswa baru UNS Solo?


(23)

2. Bagaimana aktivitas mahasiswa baru UNS Solo dalam menonton tayangan UNS Menyapa di TA TV sebelum dan sesudah masuk UNS?

3. Bagaimana persepsi mahasiswa baru UNS Solo terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai studi khalayak terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV dikalangan mahasiswa baru UNS sebagai berikut:

1. Tujuan Operasional:

-Untuk mengetahui berapakah presentase khalayak penonton tayangan UNS Menyapa di TA TV dikalangan mahasiswa baru UNS Solo.

-Untuk mengetahui bagaimana aktivitas mahasiswa baru UNS dalam menonton tayangan UNS Menyapa di TA TV sebelum dan sesudah masuk UNS.

-Untuk mengetahui persepsi mahasiswa baru UNS Solo terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV.


(24)

Dapat digunakan sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan yang bersifat konstruktif bagi humas UNS untuk lebih mengefektifkan program-program dan kegiatan yang bertujuan untuk membangun citra dan reputasi UNS.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi tugas akhir (skripsi) sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan serta manfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan konsep penelitian tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

- Memberikan informasi kepada pembaca mengenai studi khalayak tayangan UNS Menyapa di TA TV di kalangan mahasiswa baru UNS Solo.

- Melatih kepekaan peneliti terhadap berbagai perubahan sosial dan lingkungan sekitarnya.

- Sebagai bahan informasi bagi pembaca maupun pihak-pihak terkait yang mungkin ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam di masa yang akan datang. - Dapat menambah pembendaharaan bagi khasanah ilmu pengetahuan sosial pada


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori mempunyai peranan penting dalam penelitian. Fungsi teori dalam penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Teori dalam penelitian ini digunakan untuk menuntun peneliti dalam menentukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi yang sesuai dan menemukan alat analisis data. Selain itu, teori juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel.

Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

A. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses mendasar yang dilakukan oleh manusia di berbagai belahan bumi, baik dengan bahasa verbal maupun non verbal dengan memakai lambang-lambang atau simbol yang telah disepakati bersama. Melalui komunikasi menusia menyampaikan pesan pada orang lain. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Banyak pakar yang menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.


(26)

Menurut Carl I. Hovland “komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya terdiri dari lambang) untuk membentuk tingkah laku orang lain (Effendy,2004:4). Tanpa komunikasi, manusia akan sulit mengembangkan hidupnya, memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pribadinya.

Menurut Lasswell, komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says What in Which channel to Whom with What Effect?

Pendapat Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yaitu:

a. Who says menunjukkan bahwa komunikator atau pengirim atau sumber b. What menunjukkan pesan yang ingin disampaikan

c. In which channel menunjukkan saluran atau media yang akan digunakan

d. To whom menunjukkan kepada siapa pesan itu ditujukan atau komunikan atau penerima pesan

e. What effect menunjukkan apa pengaruh yang terjadi (Effendy, 2004:10).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communications) bahwa:

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap tingkah laku itu (Cangara, 2005: 18).


(27)

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya (Effendy, 2004:11).

B.Komunikasi Massa

Proses komunikasi telah dilakukan manusia selama puluhan ribu tahun. Komunikasi di abad ini telah mencapai tingkatan dimana orang mampu berbicara dengan jutaan dari penjuru dunia. Ruang dan waktu telah berhasil ditembus tanpa ada lagi batasan dengan adanya komunikasi massa.

Komunikasi massa dalam konteks ilmu komunikasi lazimnya dimengerti sebagai “komunikasi yang berlangsung melalui atau menggunakan media massa dan bukan komunikasi berhadapan dengan massa (orang banyak yang berkumpul disuatu tempat)” (Mursito, 1999:12).

Littlejohn (2002) mendefinisikan “Mass communication is the prosses whereby media organizations produce and transmit messages to large publics and the prosses by which those messages are sought, used, understood, and influenced by audience”

(Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyalurkan pesan ke khalayak luas, dan proses dari pesan tersebut dilihat, digunakan, dimengerti dan mempengaruhi khalayak).


(28)

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangan saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Dalam hal ini yang dimaksud media massa adalah media yang dihasilkan oleh teknologi modern (Nurudin, 2007:4).

Menurut Kurt Lang dan Gladys Engel Lang (2009) menyatakan bahwa: “When people speak of the media, they usually have in mind corporate bodies or government agencies whose access to modern technology enables them to disseminate the same uniform content to a geographically dispersed multitude” (Ketika orang berbicara media, mereka biasanya memikirkan badan perusahaan atau agen pemerintah yang menggunakan teknologi modern untuk menyebarluaskan pesan yang seragam pada masyarakat yang luas.) (http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/597/407)

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10): “Mass communication is massages communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000:3).


(29)

(1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis

(2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan)

(3) bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada public yang tidak terbatas dan anonym (4) mempunyai public yang secara geografis tersebar

(Rakhmat, 2001 : 189).

Proses komunikasi massa diawali dari komunikator (source) yang menyampaikan pesan (massage) melalui saluran (channel) kepada komunikan (receiver) sampai komunikasi menimbulkan perubahan (effect) pada komunikan. Penggalan proses ini dinyatakan dalam suatu model S-M-C-R-E. Bagan model S-M-C-R-E dapat dilihat seperti berikut ini.

C.Media Massa

Jika khalayak tersebar tanpa diketahui mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 1998:122).

Televisi sebagai salah satu bentuk media massa telah begitu melekat dalam kehidupan manusia, baik dari kalangan anak-anak, dewasa maupun orang tua. Kehadiran


(30)

televisi telah menghiasi ruang kehidupan manusia dalam berkomunikasi. Dalam hal ini televisi sudah menjadi teman bagi mereka yang membutuhkan informasi dan hiburan. Penyampaian informasi melalui media televisi mempunyai pengaruh yang paling hebat diantara media komunikasi lainnya. Nilai lebih dari televisi adalah dalam hal penyampaian pesannya melalui suara (audio) dipadu dengan gambar (visual) yang menghasilkan citra bergerak, bersuara dan menimbulkan kesan tertentu pada khalayak penontonnya.

Sifat media televisi adalah dapat dilihat dan didengar bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, mahal dan daya jangkau besar (Morrisan, 2008:11).

Dengan potensi audio visual apapun yang disajikan, televisi menjadi lebih hidup dan tampak realistis, sehingga begitu mempesonakan. Televisi mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan sikap, pendapat dan perkembangan pribadi masyarakat penontonnya. Televisi mempunyai lima fungsi yaitu:

1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia

Mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

2. Menghubungkan satu dengan yang lain

Televisi yang menyerupai mosaic dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis

3. Menyalurkan kebudayaan

Televisi tidak hanya mencari tetapi ikut juga memperkembangkan kebudayaan. 4. Hiburan

Kebudayaan audio visual paling sedikit harus mempunyai unsure hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak monoton.


(31)

5. Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam kedaan darurat. Televisi harus proaktif (Hoffman, 1999: 54-59).

Seiring dengan pesatnya perkembangan di dunia pertelevisian di Indonesia mulai muncul stasiun-stasiun televisi, mulai dari yang berskala nasional maupun berskala lokal. Perbedaan televisi nasional dan lokal terletak pada jangkauan batas penyiarannya. Televisi berskala nasional adalah televisi yang mempunyai lingkup siar di suatu wilayah negara dan memiliki program-progam dengan topik yang luas untuk konsumsi berskala nasional. Sedangkan televisi lokal merupakan stasiun yang jarak pancaran siarannya terbatas di suatu area, didominasi dengan program-program acara yang bersifat kadaerahan. Seperti yang disyaratkan dalam UU Penyiaran no. 32 tahun 2002, bahwa TV lokal diperbolehkan siaran dengan jangka siar yang dibatasi hanya untuk daerah yang menjadi home base-nya.

Setiap tayangan yang disiarkan oleh televisi nasional maupun televisi lokal harus direncanakan secara matang. Pada tayangan UNS Menyapa yang disiarkan di Terang Abadi TV ini juga memerlukan perencanaan yang baik agar program tersebut dapat mencapai target khalayak. Tayangan UNS Menyapa merupakan tayangan yang berisi informasi mengenai UNS. Melalui acara ini, humas UNS berupaya untuk lebih mendekatkan diri dengan khalayak yang tujuanaanya adalah untuk membangun citra UNS.

Selain dengan media massa, pembentukan citra positif juga dapat didukung dengan pendekatan word of mouth marketing (WOMM). Kombinasi inilah yang saat ini banyak dilakukan. Bahkan WOMM bisa menjadi pilihan strategi yang paling tepat ditengah-tengah persaingan universitas yang ketat. Seperti diungkap oleh Mark Hughes dalam bukunya,

Buzzmarketing, setidaknya ada empat faktor yang membuat WOMM bisa menjadi pilihan strategi bagi pemasar, yaitu


(32)

1. Media massa semakin dipadati iklan. 2. Biaya iklan juga lebih besar

3. Kredibilitas iklan makin menurun. Masyarakat kian menyadari bahwa bahasa yang digunakan pada iklan adalah bahasa produsen, bukan bahasa konsumen. Hal ini berbanding terbalik dengan komunikasi word of mouth (WOM) yang dianggap masih murni menggunakan bahasa konsumen.

4. Faktor terakhir, teknologi telah berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi semakin memudahkan orang berkomunikasi, entah itu lewat telepon, SMS, surat elektronik ataupun chatting (ttp://swa.co.id/2010/05/dahsyatnya-womm-2/)

Melalui tayangan UNS Menyapa ini diharapkan citra UNS positif UNS dapat meningkat. Apabila banyak yang menonton tayangan ini serta memberi citra yang positif, maka semakin banyak pula khalayak yang membicarakannya.

D. Audience Research

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dalam proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaiakan, sebab berhasil tidaknya proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang dibaikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung.

Hebert Blumer dalam Nurudin (2004) menyebutkan setidaknya ada lima karakteristik khalayak, yakni:

1. Khalayak cenderung berisi individu-individu yang condong berbagai pengelaman dan dipengaruhi hubungan sosial. Pemilihan media merupakan seleksi dari kesadaran mereka.


(33)

2. Khalayak cenderung luas, mencakup wilayah jangkauan sasaran massa yang bersangkutan.

3. Khalayak cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial.

4. Khalayak cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama laian (meliputi semua khalayak, bukan kasus perseorang).

5. Khalayak secara fisik dipisahkan oleh komunikator, artinya antar individu dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Khalayak menurut F Faser Bond, dibedakan berdasarkan tujuan psikologinya dalam penggunaan media massa. Ia menggolongkan khalayak menjadi tiga bagian, yakni khalayak intelek, khalayak praktisi, dan khalayak non intelek.

“Khalayak intelek adalah golongan masyarakat kritis yang reaktif terhadap terpaan informasi media. Khalayak praktisi adalah golongan pekerja yang tidak terlalu tertarik dengan berita “serius” serta lebih fokus pada pemnuhan kebutuan primer dan keluarga. Sementara khalayak non intelek adalah golongan yang menyukai isu-isu sensasional seperti gosip” (Sentana, 2005: 212-213).

Sifat khalayak dalam komunikasi massa mempunyai dua pandangan, pertama khalayak sebagai audience yang pasif. Sebagai audience yang pasif orang hanya bereaksi pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam media. Khalayak tidak ambil bagian dalam diskusi-diskusi publik. Khalayak merupakan sasaran media massa. Sementara pandangan kedua khalayak merupakan partisipan aktif dalam publik. Publik merupakan kelompok orang yang terbentuk atas isu tertentu and aktif mengambil bagian dalam diskusi atas isu-isu yang mengemuka.

Schramm dan Roberts (1971) melukiskan pandangan baru mengenai khalayak komunikasi massa:

“Suatu khalayak yang sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih banyak isi meda daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok


(34)

yang mereka masuki dan dengan isi media yang mereka terima, dan sering menguji pesan media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lain” (Schramm dan Roberts dalam Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, 2000: 209).

Bentuk-bentuk keaktifan khalayak adalah pemilihan media itu sendiri. Khalayak mengontrol apa yang didengarkan, disaksikan dan dibaca sesuai dengan apa yang diminati. Croteau & Hoynes (2003: 266-269) menjelaskan bahwa konsep khalayak yang aktif dan selektif ini merupakan langkah maju dalam mempercayai bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki inteligensi dan otonom, sehingga selayaknya memang mereka memiliki kekuasaan (power) dan agency dalam menggunakan media. Selanjutnya, masih menurut Croteau & Hoynes, keaktifan khalayak ini tidak hanya sebatas pada proses menginterpretasikan pesan media, namun juga dalam memanfaatkan pesan itu secara sosial; termasuk dalam penggunaannya (Kartubij, 2010).

Menurut Xuan Zhang (2008) menyatakan bahwa:

“Audience can get information in many ways, not only the mainstream media. To get media information is an expansion of mutual communication beetwen people in social environment. Simply ways, such as oral communication, an interpersonal communication are the foundation of media information. A survey of America president election organized by Lzarsfeld, a well known communication expert, show that: the mass comunication media has little impact on the public vote. No more than 5 % of voters are influenced by media. The media could not exert its powerful influence. It proves thet the audience is not a target hit by influental media. From the prespective of taking the audience as colourful human being, they are the communications objects with subjective judgment and initiatif”

(http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/viewFile/709/681).

Kutipan tersebut mengandung arti bahwa khalayak dapat memperoleh informasi dari berbagai media. Memperoleh media infomasi adalah perluasan dari komunikasi bersama antara manusia dalam lingkungan sosial. Cara sederhana seperti komunikasi lisan, komunikasi interpersonal adalah dasar komunikasi. Sebuah survei pada pemelihan presiden Amerika yang dilakukan oleh Lzarsfeld, menunjukkan bahwa, media komunikasi masa


(35)

mempunyai pengaruh yang kecil pada suara publik. Tidak lebih dari 5 % yang dipengaruhi media. Media tak dapat mendesak pengaruh ini. Dari prespektif khalayak sebagai manusia yang beragam, mereka adalah objek komunikasi dengan keputusan dan inisiatif subyektif.

Frank Biocca (1988) menemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif antara lain:

1. Selektifitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu.

2. Utilitarianisme (utilitarianism) di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

3. Intensionalitas (intentionality), yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media.

4. Keikutsertaan (involvement) , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

5. Khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.

Mahasiswa merupakan khlayak intelek yang dapat menggunakan media massa secara selektif. Meskipun jumlah madia massa saat ini begitu banyak, namun mahasiswa dapat memilih media massa yang sesuai dengan kebutuhannya. Tayangan UNS Menyapa yang diatayangkan di TA TV merupakan salah satu media yang dapat memberi informasi mengenai UNS pada mahasiswa, namun dengan sifatnya yang selektif, mahasiswa juga dapat mengakses media lain untuk mencari informasi mengenai UNS.

Tradisi studi khalayak telah dimulai sejak tahun 1930 melalui penelitian efek isi media massa pada sikap publik, dimana institusi media massa merupakan kekuatan besar yang mampu mempengaruhi khalayak yang dianggap pasif. Teori Hypodermic Needle

mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dari khalayak. Akibatnya, khalayak bisa ditundukkan sedemikian rupa dari apa yang


(36)

disiarkannya. Bahwa media punya dugaan, khalayak bisa dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media (Nurudin, 2004: 156).

Tahun 1960, tradisi studi khalayak bergeser pada perspektif penelitian Uses and Gratifications yang mengedepankan penggunaan media massa oleh khalayak dalam usahanya memenuhi kebutuhan. Khalayak aktif dalam memilih dan menggunakan media. (Hadi, 2008: 2).

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori Uses and Gratifications. Dalam bukunya The Uses of Mass Communications : Current Perspective on Gratification Research, Blumer dan Katz mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik didalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan untuk memenuhi kebutuhannya (Nurudin, 2004: 181).

Sementara tahun 1970 terdapat studi budaya dalam hubungannya dengan media massa yaitu reception, yang memfokuskan pada hubungan pemaknaan isi media massa dan khalayak. Tahun 1985 studi komunikasi massa mengenal penelitian media ethnography

yang memfokuskan ada rutinitas penggunaan media massa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lyytikäin dalam Hadi (2008:3) pembagian studi khalayak dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut:

Tabel II.1

Studi Khalayak Dalam Komunikasi Massa Ket Tradisi Penelitian

Komunikasi

Uses And Gratifications Research

Studi Reception Media


(37)

Massa

Mulai 1930 1960 1970 1985

Kata kunci

Efek Media Kebutuhan Makna Rutinitas

Fokus Efek isi

media massa pada sikap publik

Penggunaan media

massa untuk

memenuhi kebutuhan khalayak

Hubungan antara isi media massa dan khalayak Rutinitas penggunaan media massa dalam kehidupan sehari- hari Khalayak Sasaran yang

pasif

Pengguna media yang aktif

active interpreter active

consume

Tokoh Paul Lazarfeld McQuail Morley, Ang Lull,

Silverstone

Sumber: Lyytikäin dalam Hadi (2008:3)

Reception Analysis mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Individu yang menganalisis media melalui kajian reception memfokuskan pada pengalaman dan pemirsaan khalayak (penonton), serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman tersebut. Konsep teoritik terpenting dari reception analysis adalah bahwa teks media penonton atau pembaca atau program televisi bukanlah makna yang melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan dalam interaksinya antara khalayak dan teks. Dengan kata lain, makna diciptakan karena menonton atau membaca dan memproses teks media (Hadi, 2008: 2).

Penelitian khalayak lebih dari untuk mengetahui apakah tayangan ini ada yang melihat atau tidak. Dalam penelitian khalayak, berbagai metode dan teknik digunakan untuk mengetahui tentang penonton. Ini mencakup informasi yang luas mengenai


(38)

khalayak. Ditujukan untuk siapa sebuah program, apakah khalayak melihat atau tidak dan apakah tayangan sudah tepat pada sasaran (Myton, 1999:15).

E.Persepsi

Pada dasarnya, aktivitas komunikasi manusia merupakan kegiatan bertukar informasi. Dalam tayangan televisi ada pesan atau stimuli yang menerpa khalayak, dan khalayak adalah komunikan yang diterpa oleh pesan dan stimuli. Dalam menerima pesan khalayak mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir.

1. Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh alat indera. 2. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi sehingga memperoleh pengetahuan baru.

3. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur dari organism yang menyebabkan sanggup merekam fakta tentang dunia menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Tiga tahap memori adalah perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.

4. Berfikir adalah menggunakan, menghubungkan, mengolah memori-memori tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Rakhmat, 2002:149).

Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, para pemirsa tentu akan memberikan respon terhadap tayangan yang mereka tonton. Begitu pula dalam tayangan UNS Menyapa di TA TV, ada pesan atau stimuli yang menerpa khalayak, dan khalayak adalah komunikan yang diterpa oleh pesan dan stimuli. Oleh sebab itu khalayak akan merasakan proses-proses seperti yang telah disebut diatas dan memberi repon terhadap tayangan tersebut. Penelitian ini juga akan difokuskan pada tahap persepsi khalayak, yaitu bagaimana mahasiswa UNS angkatan 2009 dan 2010, menerima dan mengola stimuli (tayangan UNS Menyapa) melalui proses komunikasi.


(39)

Persepsi adalah penilaian dan merupakan proses pemberian arti terhadap informasi sensori yang diterima seseorang. Persepsi menurut Brian Fellows adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Joseph A DeVito mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Mulyana, 2001:168).

Pada awal proses pembentukan persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikannya. Pada saat memusatkan perhatian manusia akan memperoleh makna dari apa yang ditangkap lalu menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu dan dikemudian hari diingat kembali. Hal ini yang juga mempengaruhi kognisi adalah kesadaran, ingatan, proses informasi bahasa serta pengujian hipotesa yang merupakan komponen pusat persepsi yang mengolah informasi.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield adalah faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut atau faktor personal atau disebut juga kerangka rujukan. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. (Rakhmat,2001:56).

Sedangkan faktor struktural yang menentukan persepsi semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. (Rakhmat,2001:58). Dalam penelitian ini, faktor struktural yang dimaksud adalah kemasan acara UNS Menyapa.


(40)

Pengaruh kedua faktor diatas berlangsung dalam kondisi-kondisi yang oleh Krech dan Crutchfield disebut sebagai dalil-dalil yang meliputi:

1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek-objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Medan percepstual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

3. Sifat-sifat perceptual dan kognitif dari sub strukur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek berupa asimilasi dan kontras.

4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis dan kotak. (Rakhmat, 2001:58-61).

Pemilihan stimuli pada saat menonton tayangan UNS Menyapa dengan sendirinya tidak akan dipersepsi semua oleh khalayak. Khalayak yang terdiri dari individu-individu tersebut mempersepsikan stimuli melalui proses pemilihan. Hanya stimuli-stimuli yang menimbulkan perhatian sajalah yang akan dipersepsi secara baik-baik. Perhatian dalam hal ini juga merupakan faktor yang amat menentukan dalam mempersepsi suatu objek disamping faktor fungsional dan structural diatas.

Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 2001:52) mendefinisikan perhatian sebagai suatu proses mental ketika stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita berkonsentrasi pada salah satu indera yang lain


(41)

Pemilihan stimuli yang berupa informasi menyebabkan individu dapat memilih bagi dirinya informasi yang ingin diterimanya, informasi apa yang diingat, informasi apa yang akan disalurkan kepada orang lain. Pemilihan stimuli melalui proses perhatian selektif disimpulkan oleh Kenneth E Andersen melalui dalil-dalil perhatian selektif berikut:

1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sesekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dan memindahkannya pada stimuli yang lain.

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjolkan atau melibatkan diri kita.

3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh keprcayaan, sikap dan nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator dan komunikan.

4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik

kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.

5. Dalam situasi terntu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan.

6. Walaupun perhatian kita pada stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.

7. Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada).


(42)

10.Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin menfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi lepada objek secara keseluruhan. 11.Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha

itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mengkin akan berhenti.

12.Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli terntetu.

13.Perubahan atau varisi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian. (Rakhmat, 2001:54-55).

Perhatian selektif meliputi faktor eksternal dan internal penarik perhatian. Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, yaitu gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan sebagai faktor eksternal penarik perhatian. Kebaruan (novelty) merupakan hal-hal baru yang luar biasa, yang berbeda sehingga akan manarik perhatian. Tanpa hal-hal baru, stimuli menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian. Sedangkan perulangan (familirity) merupakan hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi maka akan menarik perhatian. Disini, unsur familiarity (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru kita kenal). Sedangkan faktor internal penaruh perhatian, berkaitan dengan faktor biologis dan sosiopsikologis, yang meliputi motif sikap, kebiasaan dan kemauan.

Bedasarkan keterangan-keterangan diatas, perhatian mahasiswa UNS terhadap tayangan UNS Menyapa dapat diukur dengan parameter, yaitu aktivitas menonton yang diukur dengan frekuensi menonton tayangan tersebut dalam satu bulan, perhatian responden dalam menyaksikan tayangan tersebut, kesesuain pesan atau informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan responden dalam tayangan UNS Menyapa sebagai unsur novelty (kebaruan). Pemakaian parameter ini ditujukan untuk mengetahui


(43)

selekstivitas khalayak terhadap ketertarikan dan kebutuhan khalayak terhadap stimuli yang menjadi perthatian.

Dalam menanggapi dan menilai pesan media, dimungkinkan adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain, meskipun isi pesan yang disampaikan serta media yang digunakan sama. Hal ini sesuai dengan “Teori Perbedaan Individu” dari Melvin De Fleur dalam Effendy (2003: 275) yang intinya:

“Setiap orang akan menganggapi isi media berdasarkan denan kepentingan mereka, disesuaikan dengan kepercayaannya serta nilai-nilai sosial mereka. Atas dasar pengakuan bahwa tiap individu tidak sama dalam perhatian, kepentingan, kepercayaan namun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda”

Kepentingan khalayak dalam mengadakan seleksi juga ditentukan oleh adanya motif-motif pada dirinya. Menurut William J. Mc Guire, motif-motif khalayak dikelompokkan pada dua kelompok besar, yaitu:

1. Motif kognitif, yang berhubungan dengan pengetahuan, misalnya motif mencari informasi, mendapatkan pengalaman baru atau menambah ketrampilan.

2. Motif afektif, yang berhubungan dengan perasaan atau dinamika yang menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu, seperti motif menghilangkan atau mengurangi ketegangan, mancari hiburan, mencari identitas lainnya.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah unsur penting didalam suatu penelitian, karena metode ini memiliki peranan penting dalam upaya mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian.

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan data kuantitatif. Data kuantitatif meliputi angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner dan telah dihitung kemudian disajikan dalam bentuk presentase. Penelitian deskripstif kuantitatif adalah penelitian yang mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989:4), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memaparkan suatu situasi atau peristiwa dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sebagian besar data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif sehingga penjelasan mengenai persepsi mahasiswa diarahkan pada analisa kuantitatif. Dengan demikian penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.


(45)

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya (Kriyantono, 2006:60).

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau disebut juga angkat. Pertanyaan dalam kuesioner ini berjumlah tujuh belas terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup.

C.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang berlokasi di Jl. Ir Sutami 36A Surakarta. UNS merupakan salah satu universitas negeri terkemuka yang berdiri sejak 11 Maret 1976. Dalam perkembangannya hingga saat ini UNS mengelola sembilan fakultas dengan 52 program studi untuk jenjang S1, 2 program studi untuk jenjang D4, 22 program studi untuk jenjang D3 dan 7 program studi untuk jenjang S3 (http://www.uns.ac.id).

Hingga usianya yang lebih dari tiga dasa warsa UNS terus berusaha untuk menjadi universitas berkualitas. Berbagai kegiatan telah dilakukan, telah banyak pula prestasi yang diraih. Di masa mendatang, UNS diharapkan mampu berkembang sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik di tingkat nasional sejajar dengan perguruan tinggi yang terlebih dahulu berkembang, maupun di tingkat internasional yang mampu berkiprah sebagai perguruan tinggi otonom dan berkelas dunia (world class university).


(46)

pada khalayak, agar citra UNS semakin diakui oleh masyarakat dan semakin meningkat pula calon mahasiswa yang ingin masuk ke perguruan tinggi ini.

Peran humas dalam membentuk citra UNS adalah hal yang sangat penting. Tugas dari Humas UNS di antaranya menangani hal komunikasi dengan pihak eksternal, pengenalan dan pencitraan universitas, serta menjalin kerjasama dengan berbagai instansi baik instansi pemerintah, swasta, masyarakat, yayasan atau organisasi kemasyarakatan serta media massa. Salah satu strategi pencitraan Humas UNS adalah melalui tayangan UNS Menyapa di TA TV. UNS Menyapa merupakan program acara media elektronik yang dijadikan sebagai wadah publikasi dan komunikasi antara civitas akademika UNS dengan stakeholdersnya yang ditayangkan di TA TV.

Terang Abadi (TA) TV adalah televisi lokal pertama dan satu-satunya bagi masyarakat Solo dan sekitarnya. Pemilihan stasiun televisi sebagai media penayang karena dapat memberikan informasi dengan lebih detail mengenai UNS. UNS Menyapa merupakan program acara spesial talk show, didalam acara ini ada dialog interaktif dengan pemirsa di rumah sehingga pemirsa dapat langsung menanyakan apa yang belum diketahui atau yang belum dimengerti dengan cara menelpon pada saat acara berlangsung. Sedangkan pemilihan

televisi lokal TA TV sebagai media penayang karena jangkauannya di wilayah Jawa Tengah dan juga karena biayanya terjangkau. Proses produksi juga dapat dilakukan dengan mudah karena lokasinya dekat dengan UNS (Safitri, 2009:69-70).

Salah satu sasaran khalayak dari tayangan ini adalah mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada mahasiswa UNS angkatan 2009 dan 2010. Adapun alasan yang melatarbelakangi yaitu mahasiswa angkatan 2009 dan 2010 adalah mahasiswa baru pada saat


(47)

penelitian ini dilakukan. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah tayangan ini merupakan salah satu media yang menyediakan informasi bagi mereka baik sebelum maupun menjadi mahasiswa UNS . Selain itu untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa baru terhadap tayangan tersebut.

D.Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1989:152). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa UNS angkatan 2009 dan 2010 yang berasal dari daerah jangkauan TA TV. Jangkauan siarannya sampai saat ini sudah mencapai Magelang, Salatiga, Temanggung, Kota Surakarta (Solo), Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab. Wonogiri, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab. Pati, Kab. Kudus, Kab. Wonosobo (http://www.tatv.co.id/coverage-area-tatv.html)

Berikut adalah tabel jumlah populasi dalam penelitian ini:

Tabel III.1.

Mahasiswa S-1 Reguler


(48)

Angkatan Jumlah

2009

2010

2928

2762

Jumlah 5690

Sumber : Bagian Pendidikan UNS per Agustus 2010

E.Sampel

Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagain dari populasi untuk mewakili populasi (Sutopo, 2002:56). Sampel harus memiliki sifat yang representatif dengan sifat populasi. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah multistage sampling

(penarikan sampel bertahap). Metode pengambilan sampel bertahap adalah metode yang dilakukan jika pengambilan sampelnya dilaksanakan dalam dua tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dilakukan jika cakupan penelitiannya (populasi) sangat besar. Penarikan sampel bertahap juga sesuai dengan populasi yang berasal dari beberapa wilayah sesuai jangkauan siaran TA TV. Penarikan sampel dilakukan dengan dua tahap yaitu:

1. Tahap pertama

UNS terdiri dari sembilan fakultas dan 52 program studi. Tahap pertama dalam penarikan sampel ini adalah membagi program studi dalam kalompok IPA dan IPS. Hal ini dilakukan agar setiap jurusan baik yang IPA mupun yang IPS memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. UNS memiliki 23 program studi IPA dan 30 program studi IPS. Jumlah responden dipilih secara proporsional pada tiap kelompok IPA dan IPS.


(49)

Tabel III.2.

Besar Sampel Menurut Program Studi IPA dan IPS

Program Studi

Angkatan Jumlah Mahasiswa

% Sampel

IPA 2009 2162 38 76

IPS 2010 3528 26 124

Jumlah 5690 100 200

Sumber : Bagian Pendidikan UNS per Agustus 2010

Berdasarkan tabel yamane, dengan tingkat kepercayaan 95 % dan presisi 10 % untuk populasi 5.000 keatas jumlah sampelnya adalah 98 (Yulius Slamet, 2006:59). Dalam penelitian ini ditetapkan sampelnya 200 agar lebih representatif dengan populasi yang berjumlah cukup besar.

2. Tahap kedua

Setelah ditetapkan program studi menurut kategori IPA dan IPS, maka setiap kategori akan diambil sampel secara acak. Tidak semua program studi dijadikan sampel mengingat waktu dan biaya yang cukup besar bila setiap jurusan dijadikan sampel. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah dua program studi dari kategori IPA dan dua program studi dari kategori IPS. Setelah dipilih secara acak rogram studi yang terpilih adalah Matematika dan Teknik Sipil (program studi IPA), Administrasi Negara dan


(50)

Pendidikan Ekonomi (program studi IPS). Jumlah responden pada masing-masing jurusan dipilih secara proporsional.

Tabel III.3.

Besar Sampel Menurut Program Studi IPA Program

Studi

Angkatan Jumlah Mahasiswa

% Sampel

Matematika 2009 62 27 20

2010 48 21 16

Teknik Sipil 2009 65 28 22

2010 55 24 18

Jumlah 230 100 76

Sumber : Bagian Pendidikan UNS per Agustus 2010


(51)

Tabel III.4.

Besar Sampel Menurut Program Studi IPS Program

Studi

Angkatan Jumlah Mahasiswa

% Sampel

Pendidikan Ekonomi

2009 130 32 40

2010 140 34 42

Administrasi Negara

2009 60 15 19

2010 77 19 24

Jumlah 407 100 124

Sumber : Bagian Pendidikan UNS per Agustu 2010 F. Sumber Data:

a. Data Primer :

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumeber data pertama atau tangan pertama di lapangan. (Kriyantono, 2007:43). Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari responden melalui pengisian kuesioner.

b. Data Sekunder:

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sekunder (Kriyantono, 2007:44). Data sekunder dari penelitian ini adalah sejumlah data yang meliputi keterangan-keterangan yang diperoleh melalui studi pustaka, termasuk


(52)

literature, jurnal penelitian, internet serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

G.Tekik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh menggunakan metode:

a. Kuesioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelitian dapat menjadi dua macam, yaitu terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri, sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai (Irawan Sohartono, 2005:65)

b. Studi Pustaka

Adalah data-data penunjang dan teori yang dapat diperoleh dari buku-buku, artikel, majalah, ataupun jurnal yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian.

H.Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data dan kegiatan penelitian, selanjutnya dilakukan kegiatan menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini


(53)

adalah analisa kuantitatif yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang telah diolah dan analissa kualitatif.

a. Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif dilakukan dengan kegiatan tabulasi. Kegiatan pertama adalah membuat skala dari setiap jawaban. Kegiatan tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data ke dalam tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa. Alat bantu yang dibutuhkan untuk mengolah data statistik frekuensi dan prosentase menggunakan bantuan komputer dengan software program SPSS for Windows versi 17.0. Data hasil analisa akan dimasukkan dalam tabel ditribusi frekuensi untuk selanjutnya dianalisa secara deskriptif.

b. Analisa Deskriptif

Analisa Deskriptif dilakukan dengan menggunakan data statistik dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dari kuesioner, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

I. Definisi Konsepsional dan Operasional

a. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional merupakan definisi dan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang


(54)

menjadi pusat perhatian ilmu social. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya (Singarimbun, 1989: 33).

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Audience Research

Penelitian khalayak lebih dari untuk mengetahui apakah tayangan ini ada yang melihat atau tidak. Dalam penelitian khalayak, berbagai metode dan teknik digunakan untuk mengetahui tentang penonton. Ini mencakup informasi yang luas mengenai khalayak. Ditujukan untuk siapa sebuah program, apakah khalayak melihat atau tidak dan apakah tayangan sudah tepat pada sasaran (Myton, 1999:15).

2. Tayangan UNS Menyapa

UNS Menyapa adalah berbentuk talk show yang berisi informasi mengenai apa saja yang telah dilakukan UNS dan apa saja yang dimiliki UNS terutama program-program studi yang dimiliki UNS. Tujuan lain tayangan UNS Menyapa untuk membangun corporate image, promosi UNS serta membangun kebanggaan bagi corps UNS sendiri. Program acara ini disiarkan di stasiun televisi lokal TA TV (Saftitri, 2009: ).

3. TA TV

Terang Abadi (TA) TV adalah stasiun televisi lokal pertama dan satu-satunya yang ada di Kota Solo. Berlokasi di Jl. Brigjend Katamso 173 Mojosongo,


(55)

Solo. Jangkauan wilayah antara lain solo, sebagian wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sebagai agen informasi, TA TV memiliki idealisme untuk memberikan berbagai dampak bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat Jawa Tengah dan DIY secara khusus dan Indonesia secara umum (http://www.tatv.co.id/profil-tatv.html)

4. Mahasiswa

Orang yang belajar diperguruan tinggi.

b.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variable. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semaca petujunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun,1989:46).

- Penerimaan khalayak terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV diukur dengan :

1. Sejauh mana tingkat pengetahuan responden terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV, jawaban diukur melalui pilihan, mengetahui dan tidak mengetahui.

2. Responden pernah menyaksikan tayangan UNS Menyapa di TA TV, jawaban diukur melalui pilihan, pernah dan tidak pernah.

3. Gambaran khalayak mengenai tayangan UNS meskipun belum pernah menyaksikan tayangan tersebut. Jawaban bersifat terbuka. Pertanyaan ini


(56)

dapat memberi gambaran pada peneliti apakah tayangan dengan nama “UNS Menyapa” sudah sesuia dengan tujuan yang akan diusung UNS dalam memberikan informasi dan pencitraan positif bagi khalayak.

Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diketahui berapa prosentase khalayak penonton tayangan UNS Menyapa di TA TV sebagai tayangan yang meyajikan informasi mengenai UNS.

- Perhatian responden terhadap tayangan UNS Menyapa di TA TV sebelum dan sesudah menjadi mahasiswa UNS.

1. Responden pernah menyaksikan tayangan UNS Menyapa di TA TV sebelum dan sesudah menjadi mahasiswa UNS..

2. Responden belum pernah menyaksikan tayangan UNS Menyapa sebelum dan sesudah menjadi mahasiswa UNS.. Untuk menegaskan penilaian responden secara terbuka ditanyakan alasan yang berkaitan dengan pandangan terhadap kondisi tersebut.

3. Frekuensi responden menyaksikan UNS Menyapa di TA TV sebelum dan setelah masuk UNS. Jawaban diukur dengan skala tinggi, sedang dan rendah.

- Tinggi, bila responden menyaksikan tayangan UNS Menyapa di TA TV antara 3-4 kali sebulan

- Sedang, bila responden menyaksikan tayangan UNS Menyapa di TA TV antara 1-2 kali sebulan


(1)

Secara umum, responden sepakat bahwa setting tayangan UNS Menyapa menarik untuk dilihat. Informasi yang disajikan juga jelas, lengkap dan terkini. Komunikator (pembawa acara dan nara sumber) sebagai pihak yang berperan penting dalam keberhasilan acara, dinilai sudah sesuia dalam membawakan acara UNS Menyapa. Namun pencitraan UNS sebagai universitas kelas dunia belum dapat ditangkap oleh penonton. Untuk itu pencitraan UNS sebagai world class university harus diperkuat lagi.

Hal terbaik dalam tayangan UNS Menyapa menurut responden adalah tema setiap episode. Keberagaman tema dapat dipertahannkan karena menjadi salah satu faktor penarik minat khalayak untuk menyaksikan. Sedangkan hal terburuk adalah teknik pengambilan gambar, pengisi hiburan dan teknik pelaksanaan acara. Dalam hal ini hendaknyaa dievaluasi agar tidak mudah menimbulkan kebosanan bagi khalayak.

Media yang paling sering digunakan mahasiswa baru UNS untuk mencari informasi tentang UNS adalah website. Tayangan UNS Menyapa dapat dilanjutkan, namun keberadaanya sebagai media yang menyediakan informasi mengenai UNS adalah sebagai media pendamping.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan analisa, maka peneliti dapat memberikan saran bagi perusahaan maupun peneliti selanjutnya. Adapun saran yang dapat peneliti sumbangkan adalah sebagai berikut :


(2)

1. Promosi program acara merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar program tersebut dapat menarik dan mempertahankan audien. Oleh karena itu, humas UNS Solo dapat meningkatkan promosi tayangan UNS Menyapa pada stakeholdernya agar tayangan ini semakin banyak yang menonton. Program UNS Menyapa dapat dipromosikan melalui website, karena website merupakan media yang paling sering digunakan responden dalam mencari informasi mengenai UNS.

2. Promosi program juga lebih difokuskan pada calon mahasiswa (siswa SMA), sebab motivasi mereka menonton tayangan UNS Menyapa adalah mencari informasi bukan sekedar iseng, mencari hiburan atau mengisi waktu luang.

3. Usaha pencitraan UNS sebagai universitas kelas dunia, tidak cukup hanya dilakukan satu atau dua episode. Namun dapat beberapa kali untuk mengingatkan (reminding) pada khalayak yang menyaksikannya. Bahkan pada tiap episodenya, salah satu segmennya dapat mengulas salah program UNS menuju World Class University. Hal yang tak kalah penting adalah dengan mendatangkan dosen tamu dari luar negeri sebagai icon pencitraan world class university.

4. Peneliti menyadari bahwa pendekatan kuantitatif yang peneliti gunakan tidak akan mampu manggali banyak informasi. Keterbatasan ini memang sudah menjadi karakter metodologi kuantitatif. Karena itu penelitian lain dengan tema sama yang menggunakan dengan wawancara dan focus group akan mampu melengkapinya. Kemampuan analisis kualitatif dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dan lebih dalam, bahkan dapat menyentuh informas-informasi baru yang tidak terduga sebelumnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Biocca, Frank 1988. Communication Yearbook II, pp. 51-80. Opposing Conceptions of the Audience:The Active and Passive Hemispheres of Mass Communication Theory. Diakses dari http://www.mindlab.org/images/d/DOC1030.pdf tanggal 12 Juli 2010 10 pukul 13.00. BM, Mursito. 1999. Penulisan Jurnalistik Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Spikom. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi 1. Cetakan IV. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Data dan Informasi Universitas Sebelas Maret. 2010. Informasi Program Studi Universitas

Sebelas Maret. Diakses dari

http://www.uns.ac.id/datainformasi/view/daof_utama.php?s=174&kode_program=05&kod

e_ta1=5&kode_ta2 tanggal 5 Juli 2010

Djatmiko, Harmanto Edi. 2010. Dahsyatnya WOMM. Diakses dari

http://swa.co.id/2010/05/dahsyatnya-womm-2/ tanggal 20 September 2010 pukul 13.00.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti..

Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Edisi 1.Cetakan XVIII. Bandung: Remaja Rosdaka.

Hadi, Ido Prijani. 2008. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No.1. Penelitian Khalayak Dalam

Prespektif Reception Analysis. Diakses dari

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko/article/download/16679/16671 tanggal 10

Juli 2010 pukul 11.00

Hoffman, Ruedi. 1999. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: Grasindo

Kartubij, Susanto. 2010. Active Audience, Teori-teori tentang Khalayak Aktif. Diakses dari www.wordpress.com tanggal 9 Agustus pukul 11.00

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Kencana

KTIP. 2010. UNS Menuju World Class Universit. Diakses dari

http://kptip.uns.ac.id/id/node/114 tanggal 25 Maret pukul 14.00

Lang, Kurt dan Lang, Gladys Engel. 2009. Internasional Journal of Communication, Vol. 3. Mass Society, Mass Culture, and Mass Communication: The Meaning of Mass. Diakses dari http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/597/407 tanggal 30 Oktober 2010 pukul 09.30).


(4)

Littlejohn, Stephen W. 2002. Theories of Human Communication. Edisi 7. USA: Wadsworth Group

Mc Quaill, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Revisi Jakarta: Erlangga.

Media Indonesia. 2010. Kick Andy Talk Show Terbaik. Diakses dari

http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDgxNTI= tanggal 10 September pukul

08.00

Metro.Com. 2010. Kick Andy Talk Show Terbaik. Diakses dari

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/06/10/106877/Kick-Andy-Talk-Show-Terbaik

Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi.Edisi 1. Cetakan 1.Jakarta: Kencana.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdaka.

Mustofa, Arief. 2009. Persaingan Humas Perguruan Tinggi. Diakses dari

http://ariefmustofa.blogspot.com/2009/05/persaingan-humas-perguruan-tinggi.html tanggal

5 Maret 2010 pukul 10.30

Nindiani, Ninda. 2008. UGM Berkomunikasi. Diakses dari

http://nindajogja.com/ugm-berkomunikasi.ninda tanggal 8 Maret 2010 pukul 08.00

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Cetakan II. Malang: Cespur

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Cetakan XVII. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Safitri, Nurul Anissa. 2009. Perencanaan Komunikasi Program Televisi UNS Menyapa (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perencanaan Komunikasi Program Televisi UNS Menyapa). Surakarta

Sentana, Setiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Setyakarya, Aji. 2008. Menyambut Televisi Lokal. Diakses dari

(http://setiakarya.wordpress.com/2008/01/16/menyambut-tv-lokal/) tanggal 8 Maret 2010

pukul 10.15

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).


(5)

Sohartono, Irawan. 2005. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remajarosdakarya.

Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

Terang Abadi TV. 2010. Coverage Area TA TV. Diakses dari (

http://www.tatv.co.id/coverage-area-tatv.html) diakses 5 Maret 2010 pukul 09.45

Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. 2000. Human Communications, Konteks- Konteks Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis Mengefektifkan

Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta:Grasindo

Wikipedia. 2010. Daftar stasiun televisi regional di Indonesia. Diakses dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_regional_di_Indonesia tanggal

7 Maret 2010 pukul 10.10

Wisata Solo. 2009. UNS Solo Terbaik di Asia. Diakses dari

http://wisatasolo.com/wp/2009/05/uns-solo-terbaik-di-asia tanggal 28 Juli 2010 pukul

15.00

Zhang, Xuan. 2008. Vol. 4, No. 12. Asian Social Science. On Prespective of Audience Studies. Diakses dari http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/viewFile/709/681 tanggal 30 Oktober 2010 pukul 13.00.


(6)

Dokumen yang terkait

KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasi

2 6 19

PENDAHULUAN KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jay

1 9 32

KESIMPULAN DAN SARAN KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

0 3 25

SKRIPSI PERENCANAAN KAMPANYE KEUNGGULAN UNS MELALUI PROGRAM ACARA “UNS MENYAPA” DI TATV ( PERIODE NOVEMBER 2008-SEPTEMBER 2009).

0 2 15

PENDAHULUAN PERENCANAAN KAMPANYE KEUNGGULAN UNS MELALUI PROGRAM ACARA “UNS MENYAPA” DI TATV ( PERIODE NOVEMBER 2008-SEPTEMBER 2009).

0 3 48

KESIMPULAN DAN SARAN PERENCANAAN KAMPANYE KEUNGGULAN UNS MELALUI PROGRAM ACARA “UNS MENYAPA” DI TATV ( PERIODE NOVEMBER 2008-SEPTEMBER 2009).

0 2 10

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru UNS 2017 v.20161117

5 23 35

DESAIN INTERIOR WEDDING CENTER DENGAN KONSEP NATURAL DI SOLO BARU - UNS Institutional Repository

0 0 16

HABITUASI PLAGIARISME TUGAS KULIAH DI KALANGAN MAHASISWA P IPS FKIP UNS

1 4 19

TAYANGAN PROGRAM ACARA "WAKTU INDONESIA BERCANDA" DI NET. TV (STUDI TENTANG HUMOR CAK LONTONG DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA) - UNS Institutional Repository

0 0 13