commit to user
1. Media massa semakin dipadati iklan. 2. Biaya iklan juga lebih besar
3. Kredibilitas iklan makin menurun. Masyarakat kian menyadari bahwa bahasa yang digunakan pada iklan adalah bahasa produsen, bukan bahasa konsumen.
Hal ini berbanding terbalik dengan komunikasi word of mouth WOM yang dianggap masih murni menggunakan bahasa konsumen.
4. Faktor terakhir, teknologi telah berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi semakin memudahkan orang berkomunikasi, entah itu lewat telepon,
SMS, surat elektronik ataupun chatting ttp:swa.co.id201005dahsyatnya- womm-2
Melalui tayangan UNS Menyapa ini diharapkan citra UNS positif UNS dapat meningkat. Apabila banyak yang menonton tayangan ini serta memberi citra yang positif,
maka semakin banyak pula khalayak yang membicarakannya.
D. Audience Research
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dalam
proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaiakan, sebab berhasil tidaknya proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi
yang dibaikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan
masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung.
Hebert Blumer dalam Nurudin 2004 menyebutkan setidaknya ada lima karakteristik khalayak, yakni:
1. Khalayak cenderung berisi individu-individu yang condong berbagai pengelaman dan dipengaruhi hubungan sosial. Pemilihan media merupakan
seleksi dari kesadaran mereka.
commit to user
2. Khalayak cenderung luas, mencakup wilayah jangkauan sasaran massa yang bersangkutan.
3. Khalayak cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial.
4. Khalayak cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama laian meliputi semua khalayak, bukan kasus perseorang.
5. Khalayak secara fisik dipisahkan oleh komunikator, artinya antar individu dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Khalayak menurut F Faser Bond, dibedakan berdasarkan tujuan psikologinya dalam penggunaan media massa. Ia menggolongkan khalayak menjadi tiga bagian, yakni
khalayak intelek, khalayak praktisi, dan khalayak non intelek. “Khalayak intelek adalah golongan masyarakat kritis yang reaktif terhadap terpaan
informasi media. Khalayak praktisi adalah golongan pekerja yang tidak terlalu tertarik dengan berita “serius” serta lebih fokus pada pemnuhan kebutuan primer dan keluarga.
Sementara khalayak non intelek adalah golongan yang menyukai isu-isu sensasional seperti gosip” Sentana, 2005: 212-213.
Sifat khalayak dalam komunikasi massa mempunyai dua pandangan, pertama khalayak sebagai audience yang pasif. Sebagai audience yang pasif orang hanya bereaksi
pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam media. Khalayak tidak ambil bagian dalam diskusi-diskusi publik. Khalayak merupakan sasaran media massa. Sementara pandangan
kedua khalayak merupakan partisipan aktif dalam publik. Publik merupakan kelompok orang yang terbentuk atas isu tertentu and aktif mengambil bagian dalam diskusi atas isu-
isu yang mengemuka. Schramm dan Roberts 1971 melukiskan pandangan baru mengenai khalayak
komunikasi massa: “Suatu khalayak yang sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih
banyak isi meda daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok
commit to user
yang mereka masuki dan dengan isi media yang mereka terima, dan sering menguji pesan media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya
dengan isi media lain” Schramm dan Roberts dalam Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, 2000: 209.
Bentuk-bentuk keaktifan khalayak adalah pemilihan media itu sendiri. Khalayak mengontrol apa yang didengarkan, disaksikan dan dibaca sesuai dengan apa yang diminati.
Croteau Hoynes 2003: 266-269 menjelaskan bahwa konsep khalayak yang aktif dan selektif ini merupakan langkah maju dalam mempercayai bahwa manusia itu pada
dasarnya memiliki inteligensi dan otonom, sehingga selayaknya memang mereka memiliki kekuasaan power dan agency dalam menggunakan media. Selanjutnya, masih menurut
Croteau Hoynes, keaktifan khalayak ini tidak hanya sebatas pada proses menginterpretasikan pesan media, namun juga dalam memanfaatkan pesan itu secara
sosial; termasuk dalam penggunaannya Kartubij, 2010. Menurut Xuan Zhang 2008 menyatakan bahwa:
“Audience can get information in many ways, not only the mainstream media. To get media information is an expansion of mutual communication beetwen people in social
environment. Simply ways, such as oral communication, an interpersonal communication are the foundation of media information. A survey of America president election organized
by Lzarsfeld, a well known communication expert, show that: the mass comunication media has little impact on the public vote. No more than 5 of voters are influenced by
media. The media could not exert its powerful influence. It proves thet the audience is not a target hit by influental media. From the prespective of taking the audience as colourful
human being, they are the communications objects with subjective judgment and initiatif”
http:ccsenet.orgjournalindex.phpassarticleviewFile709681 .
Kutipan tersebut mengandung arti bahwa khalayak dapat memperoleh informasi dari berbagai media. Memperoleh media infomasi adalah perluasan dari komunikasi
bersama antara manusia dalam lingkungan sosial. Cara sederhana seperti komunikasi lisan, komunikasi interpersonal adalah dasar komunikasi. Sebuah survei pada pemelihan presiden
Amerika yang dilakukan oleh Lzarsfeld, menunjukkan bahwa, media komunikasi masa
commit to user
mempunyai pengaruh yang kecil pada suara publik. Tidak lebih dari 5 yang dipengaruhi media. Media tak dapat mendesak pengaruh ini. Dari prespektif khalayak sebagai manusia
yang beragam, mereka adalah objek komunikasi dengan keputusan dan inisiatif subyektif. Frank Biocca 1988 menemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif antara lain:
1. Selektifitas selectivity. Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam
mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu. 2. Utilitarianisme utilitarianism di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi
media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.
3. Intensionalitas intentionality, yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media.
4. Keikutsertaan involvement , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.
5. Khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media impervious to influence, atau tidak mudah dibujuk oleh media
itu sendiri.
Mahasiswa merupakan khlayak intelek yang dapat menggunakan media massa secara selektif. Meskipun jumlah madia massa saat ini begitu banyak, namun mahasiswa dapat
memilih media massa yang sesuai dengan kebutuhannya. Tayangan UNS Menyapa yang diatayangkan di TA TV merupakan salah satu media yang dapat memberi informasi
mengenai UNS pada mahasiswa, namun dengan sifatnya yang selektif, mahasiswa juga dapat mengakses media lain untuk mencari informasi mengenai UNS.
Tradisi studi khalayak telah dimulai sejak tahun 1930 melalui penelitian efek isi media massa pada sikap publik, dimana institusi media massa merupakan kekuatan besar
yang mampu mempengaruhi khalayak yang dianggap pasif. Teori Hypodermic Needle mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar
dari khalayak. Akibatnya, khalayak bisa ditundukkan sedemikian rupa dari apa yang
commit to user
disiarkannya. Bahwa media punya dugaan, khalayak bisa dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media Nurudin, 2004: 156.
Tahun 1960, tradisi studi khalayak bergeser pada perspektif penelitian Uses and Gratifications yang mengedepankan penggunaan media massa oleh khalayak dalam
usahanya memenuhi kebutuhan. Khalayak aktif dalam memilih dan menggunakan media. Hadi, 2008: 2.
Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori Uses and Gratifications. Dalam bukunya The Uses of Mass Communications : Current
Perspective on Gratification Research, Blumer dan Katz mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan
kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik didalam usaha memenuhi
kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan untuk memenuhi kebutuhannya Nurudin, 2004: 181.
Sementara tahun 1970 terdapat studi budaya dalam hubungannya dengan media massa yaitu reception, yang memfokuskan pada hubungan pemaknaan isi media massa dan
khalayak. Tahun 1985 studi komunikasi massa mengenal penelitian media ethnography yang memfokuskan ada rutinitas penggunaan media massa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lyytikäin dalam Hadi 2008:3 pembagian studi khalayak dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut:
Tabel II.1 Studi Khalayak Dalam Komunikasi Massa
Ket Tradisi Penelitian
Komunikasi Uses And
Gratifications Research
Studi Reception Media
Ethnography
commit to user
Massa
Mulai 1930
1960 1970
1985 Kata
kunci Efek Media
Kebutuhan Makna
Rutinitas Fokus
Efek isi
media massa pada sikap
publik Penggunaan media
massa untuk
memenuhi kebutuhan khalayak
Hubungan antara isi media massa
dan khalayak Rutinitas
penggunaan media
massa dalam kehidupan
sehari- hari
Khalayak Sasaran yang
pasif Pengguna media
yang aktif active interpreter
active consume
Tokoh Paul Lazarfeld
McQuail Morley, Ang
Lull, Silverstone
Sumber: Lyytikäin dalam Hadi 2008:3
Reception Analysis mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media cetak, elektronik, internet dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh
khalayak. Individu yang menganalisis media melalui kajian reception memfokuskan pada pengalaman dan pemirsaan khalayak penonton, serta bagaimana makna diciptakan
melalui pengalaman tersebut. Konsep teoritik terpenting dari reception analysis adalah bahwa teks media penonton atau pembaca atau program televisi bukanlah makna yang
melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan dalam interaksinya antara khalayak dan teks. Dengan kata lain, makna diciptakan karena menonton atau membaca
dan memproses teks media Hadi, 2008: 2. Penelitian khalayak lebih dari untuk mengetahui apakah tayangan ini ada yang
melihat atau tidak. Dalam penelitian khalayak, berbagai metode dan teknik digunakan untuk mengetahui tentang penonton. Ini mencakup informasi yang luas mengenai
commit to user
khalayak. Ditujukan untuk siapa sebuah program, apakah khalayak melihat atau tidak dan apakah tayangan sudah tepat pada sasaran Myton, 1999:15.
E. Persepsi