Performa Produksi dan Kondisi Tibia Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Fosfor Tersedia dalam Pakan

(1)

PERFORMA PRODUKSI DAN KONDISI TIBIA AYAM

BROILER BERDASARKAN TINGKAT FOSFOR

TERSEDIA DALAM PAKAN

WAHYU WIDAYATI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014


(2)

PERFORMA PRODUKSI DAN KONDISI TIBIA AYAM BROILER BERDASARKAN TINGKAT FOSFOR

TERSEDIA DALAM PAKAN

WAHYU WIDAYATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi dan Kondisi Tibia Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Fosfor Tersedia dalam Pakan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Wahyu Widayati NIM D14087001


(4)

ABSTRAK

WAHYU WIDAYATI. Performa Produksi dan Kondisi Tibia Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Fosfor Tersedia Dalam Pakan. Dibimbing oleh RUDI AFNAN dan SUMIATI.

Berdasarkan nilai biologis P (P tersedia) dan pengaruh kekurangan atau kelebihan P dalam pakan, maka perlu dilakukan pengujian biologis untuk mengetahui performa ternak. Broiler tumbuh cepat dengan tubuh besar sehingga memerlukan kerangka yang kuat. Pertumbuhan kerangka mencapai ukuran maksimal sangat cepat dalam beberapa minggu, kemudian dilanjutkan pertambahan bobot badan. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan pengaruh P tersedia (0.25%, 0.35%, 0.45% dan 0.55%) pada pakan terhadap performa produksi dan kondisi tibia ayam broiler umur 21 hari. Hasil analisis ragam konsumsi pakan dengan P tersedia 0.45% lebih baik dari pakan formulasi lainnya. Pertambahan bobot badan terendah yaitu pakan dengan P tersedia 0.25%. Berat tulang, kadar fosfor dan kalsium tibia untuk P tersedia 0.45% dan 0.55% sama dengan pakan komersial. Konversi pakan dan panjang tibia semua pakan perlakuan tidak berbeda. Kadar abu tibia menunjukkan hasil P tersedia 0.25% berbeda dengan 0.45%, 0.55% dan pakan komersial. Ayam broiler yang diberi pakan dengan level P tersedia 0.45% menghasilkan performa lebih baik, dengan harga pakan lebih murah dan lebih efisien.

Kata kunci: ayam broiler, fosfor tersedia, kondisi tibia, performa produksi

ABSTRACT

WAHYU WIDAYATI. Production Performance and Tibia Condition of Broiler Chickens Based on Level of Phosphorus Available in Feed. Supervised by RUDI AFNAN and SUMIATI.

Based on the biological value of P (available P) and the effect of deficiency or excessive P in feed, biological testing should be conducted to determine the performance of livestock. Broiler grows fast with big body so that it requires a strong framework. Growth framework reachs a maximum size very quickly within a few weeks. This study was designed to prove study the effect of available P (0.25%, 0.35%, 0.45% and 0.55%) in the feed on the production performance and condition of the tibia of broilers aged 21 days. Results showed P available 0.45% better than other feed formulations. Feed with available P 0.25% resulted the lowest body weight gain. Weight bone, the tibia calcium and phosphorus levels for available P 0.45% and 0.55% were same as the commercial feed. Feed conversion and tibia length of all feed treatments did not differ. The ash content of the tibia with available P 0.25% was different with 0.45%, 0.55% and commercial feed. Broiler chickens fed with a 0.45% available P levels resulted better production performance, cheaper feed prices and more efficient. Key words: available phosphorus, broiler chicken, condition of tibia, productive


(5)

Judul Skripsi : Performa Produksi dan Kondisi Tibia Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Fosfor Tersedia dalam Pakan

Nama : Wahyu Widayati

NIM : D14087001

Disetujui oleh

Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr Pembimbing I

Dr Ir Sumiati, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai Desember 2013 ini ialah fosfor tersedia, dengan judul Performa Produksi dan Kondisi Tibia Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Fosfor Tersedia dalam Pakan. Lokasi penelitian yaitu di kandang percobaan Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) Bekasi. Penelitian ini didukung oleh dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BPMSP Bekasi Nomor DIPA-018.06.2.567282/2013 tanggal 5 Desember 2012.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses berlangsungnya penyusunan skripsi ini, terutama kepada Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr dan Dr Ir Sumiati, MSc selaku pembimbing skripsi yang segenap hati dan selalu memberikan saran serta bimbingannya dalam penyusunan skripsi. Penghargaan penulis sampaikan kepada Ir Junaida selaku Kepala Balai, Kepala Subbagian dan Seksi serta seluruh pegawai BPMSP Bekasi yang telah memberikan materi, sarana, jasa teknis lapangan dan laboratorium serta kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. Prof Dr Arnold P. Sinurat, MSc beserta Tim dari Balai Penelitian Ternak – Ciawi sebagai Tenaga Ahli kegiatan pengembangan metode fosfor tersedia yang memberikan masukan profesional, seluruh jajaran organisasi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan – Fakultas Peternakan IPB yang telah membantu penulis dalam hal administrasi dan teknis penunjang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, suami, anak, seluruh keluarga, dan teman-teman atas doa, kasih sayang, pengertian, dukungan serta waktunya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi akademisi peternakan, mahasiswa, instansi BPMSP Bekasi dan dunia peternakan pada umumnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi untuk kandungan fosfor tersedia yang sesuai untuk broiler.

Bogor, Juli 2014 Wahyu Widayati


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

MATERI DAN METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Materi 2

Ternak dan Kandang 2

Pakan 2

Peralatan 4

Prosedur 4

Persiapan Kandang 4

Persiapan Pakan 4

Pengacakan DOC Broiler 4

Pemeliharaan 4

Pengambilan Tulang Tibia 4

Rancangan Percobaan 5

Analisis Data 5

Peubah 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Penelitian 6

Performa Produksi 7

Konsumsi Pakan 7

Pertambahan Bobot Badan (PBB) 8

Konversi Pakan 8

Kondisi Tibia 9

Berat Tibia 9

Panjang Tibia 10

Abu Tibia 11

Fosfor Tibia 11

Kalsium Tibia 12

Ekonomi 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16


(8)

DAFTAR TABEL

1 Susunan bahan pakan dan kandungan nutrien pakan perlakuan 3 2 Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian ( ±SB) 6

3 Performa produksi ayam broiler 7

4 Kondisi tibia ayam broiler umur 21 hari 9

5 Ekonomi rataan harga jual, biaya pakan, harga anak ayam dan pendapatan

13

DAFTAR GAMBAR

1 Kandang, cage dan rangkaian cage 2

2 Median korversi pakan ayam broiler umur 21 hari 9 3 Median panjang tibia ayam broiler umur 21 hari 10


(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mineral makro yang membentuk komponen struktur organ-organ dan jaringan tubuh ternak seperti tulang, gigi dan protein otot salah satunya adalah fosfor (P). Selain itu, P juga berfungsi dalam metabolisme energi dan merupakan bagian dari asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Kekurangan P dapat berakibat rickets (osteoporosis), osteomalacia selain itu dapat menurunkan penyerapan mineral Ca yang juga merupakan mineral makro (Despal et al. 2007).

Kalsium (Ca) dan P banyak memiliki fungsi biologis, keduanya saling berkaitan dibutuhkan dalam pakan. Kalsium berlebih dalam pakan akan mengurangi penyerapan P, tetapi level Ca yang rendah tidak mencukupi untuk kebutuhan mineralisasi tulang sebaliknya akan meningkatkan ekskresi P. Rasio Ca:P dalam pakan perlu dipertimbangkan. Rama Rao et al. (2006) melaporkan bahwa kandungan abu tibia maksimal dan ekskresi P minimal ketika rasio Ca: P non phytate dalam pakan yaitu 2:1. Karimi (2006) mempelajari penentuan kebutuhan P untuk ayam broiler dengan rasio Ca:P yang sama setiap perlakuan dengan level Ca yang disesuaikan dengan level P yang direkomendasikan. Abu tibia digunakan sebagai alat evaluasi kebutuhan Ca dan P berdasarkan tingkat mineralisasi (Driver et al. 2006). Sumber pakan dapat mempengaruhi penyerapan Ca dan P tergantung ukuran dan kelarutan bahan tersebut (Angel 2011).

Berdasarkan nilai biologis P (P tersedia) dan pengaruh kekurangan atau kelebihan P tersedia dalam pakan, maka perlu dilakukan pengujian biologis untuk mengetahui performa ternak. Ayam tipe pedaging (broiler) bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat (Suprijatna et al. 2005), sehingga menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian pengujian biologis pakan dengan kandungan P tersedia yang berbeda. Tubuh besar memerlukan kerangka tulang yang kuat. Pengukuran panjang, berat dan analisis kadar abu, Ca dan P pada tulang tibia penting dilakukan untuk mempelajari kondisi tibia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh P tersedia yang berbeda pada pakan terhadap performa dan tulang tibia ayam broiler umur 21 hari.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada ayam broiler umur 21 hari. Penelitian menggunakan perlakuan kandungan P tersedia berbeda pada pakan. Parameter yang diukur meliputi performa produksi dan kondisi tulang tibia.


(10)

2

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2013. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan di kandang percobaan BPMSP Bekasi, Jalan MT Haryono No. 98 Setu Bekasi.

Materi Ternak dan Kandang

Ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 180 ekor berumur 1 hari dari strain Ross. Broiler ditempatkan dalam cage secara acak, cage yang digunakan untuk perlakuan sebanyak 30 unit. Satu rangkaian berjumlah 16 cage, setiap cage diisi 6 ekor broiler (Gambar 1).

Ukuran cage yaitu 60 x 70 x 35 cm dengan ketinggian 100 cm dari lantai kandang, Cage ditempatkan dalam ruang kandang yang terukur suhu dan kelembabannya. Kandang percobaan BPMSP Bekasi terbuat dari ¼ batu bata dan ¾ kawat dengan atap asbes berukuran 8 x 4 x 4.5 m. Setiap cage diisi 6 ekor broiler (Gambar 1).

a. Tampak samping b. Ruang kandang

c. Cage d. Rangkaian cage Gambar 1 Kandang, cage, dan rangkaian cage

Pakan

Bahan pakan yang digunakan terdiri dari Jagung, Soy Bean Meal (SBM) 46%, Gluten Jagung Protein Kasar 60%, minyak, kalsium karbonat, Monocalcium phosphate (MCP), garam, L-Lysina 99%, Methionina-DL 98%, Treonina, Premix mineral, Vitamin Broiler, Choline chloride 60%, Salinomicyn, dan Zinc


(11)

3

Bacitracin 15. Pencampuran pakan dilakukan di feedmill Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi. Pakan perlakuan disimpan dalam ruang berpendingin.

Penyusunan pakan berdasarkan kondisi isoenergi, isoprotein, dan isokalsium. Pakan disusun berdasarkan acuan pakan anak ayam ras pedaging (broiler starter) SNI 01-3930-2006 (BSN 2006). Susunan bahan pakan dan kandungan nutrisi pakan perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Susunan bahan pakan dan kandungan nutrien pakan perlakuan

Bahan Pakan R1 R2 R3 R4 R5

Persentase bahan pakan (%)

Jagung 60.90 60.35 59.65 59.18 Jagung

SBM 46% 29.28 29.38 29.52 29.61 SBM

Gluten Jagung Protein Kasar 60% 4.00 4.00 4.00 4.00 Gluten Jagung

Minyak 2.03 2.20 2.49 2.60 Minyak

Kalsium karbonat 1.82 1.62 1.42 1.22 Kalsium karbonat

MCP 0.67 1.14 1.62 2.10 Kalsium fosfat

Garam 0.20 0.20 0.20 0.20 Garam

L-Lysina 99% 0.36 0.36 0.36 0.36 Asam Amino

Methionina-DL 98% 0.35 0.35 0.35 0.35 Asam Amino

Treonina 0.06 0.06 0.06 0.06 Asam Amino

Premix mineral 0.05 0.05 0.05 0.05 Trace Mineral

Vitamin Broiler 0.02 0.02 0.02 0.02 Vitamin

Choline chloride 60% 0.10 0.10 0.10 0.10 Dedak,Pollard, Tepung daging dan tulang serta antioksidan

Salinomicyn 0.05 0.05 0.05 0.05

Zinc Bacitracin 15 0.11 0.12 0.11 0.11

Total 100 100 100 100

Kandungan nutrien

Bahan Kering (%)1) 88.92 88.97 89.02 89.06 -

Kadar Air (%)1) 11.08 11.03 10.98 10.94 -

2) 14.57 11.48 11.28 10.20 11.64

Protein Kasar (%)1) 21.80 21.80 21.80 21.80 -

2) 19.50 21.41 21.92 22.66 21.81

Lemak (%)1) 4.96 5.11 5.37 5.46 -

2) 2.22 5.57 5.53 5.93 7.08

Serat Kasar (%)1) 3.24 3.24 3.23 3.22 -

2) 2.78 2.32 2.05 2.73 2.78

Energi Bruto (kkal kg-1) 2) 3824.16 3951.64 3943.31 3950.28 4096.01 Energi Metabolis (kkal kg-1) 1) 3000 2998 3000 2995 -

Kalsium (%)1) 0.90 0.90 0.90 0.90 -

2)

1.59 1.35 1.32 1.36 1.00

Fosfor (%)1) 0.51 0.61 0.71 0.81 -

2)

0.50 0.70 0.84 0.92 0.63

Fosfor tersedia (%) 1) 0.25 0.35 0.45 0.55 >0.55

Lisina (Lys) Total1) 1.32 1.32 1.32 1.32 -

Metionina (Met)1) 0.67 0.67 0.67 0.67 -

Met + sistina1) 1.01 1.01 1.01 1.01 -

Keterangan: R1: 0.25% P tersedia, R2: 0.35% P tersedia, R3: 0.45% P tersedia, R4: 0.55% P

tersedia, R5: > 0.55 P tersedia (pabrikan), SBM: Soy Bean Meal. MCP: Monocalcium

Phosphate, Premix mineral: pelengkap pakan yaitu mineral mikro (Fe, Cu, Zn, Mg, Se, cobalt, carrier (calcium carbonate)), vitamin broiler : vitamin A, D3, E, B1, B2, B6, B12, Biotin K3, C, calcium-d-pantotenate, folic acid, nicotinic acid, ethoxyquin,

carier (calcium carbonate), Choline chloride 60%: vitamin B komplek untuk

pertumbuhan dan menjaga kesehatan, Salinomicyn: imbuhan pakan untuk

mengendalikan coccidian, Zinc Bacitracin 15: antibiotik pemacu pertumbuhan 1)

formulasi Prof Dr Arnold P. Sinurat, MSc dari hasil analisis BPMSP Bekasi dan NRC 1994, 2) Hasil analisis BPMSP Bekasi (2013).


(12)

4

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan dan minum, lampu pijar 40 watt, termometer, ember, terpal, drum penampung air, alat pembersih kandang, plastik, lakban kertas, buku catatan, alat tulis dan spidol.

Penimbangan sisa pakan, bobot badan, tulang tibia menggunakan timbangan digital. Pengukuran panjang tibia menggunakan jangka sorong manual. Pengecilan ukuran tulang tibia sebelum diuji menggunakan tang, mortar, dan grinder.

Prosedur Persiapan Kandang

Cage dengan sistem panggung diletakkan dalam ruang kandang. Lampu pijar dipasang per cage. Kandang dibersihkan dari kotoran fisik dengan sapu dan air, setelah kering dilakukan pengapuran dinding dan lantai.

Kandang difumigasi dengan dosis 250 g Kalium Permanganat (KMnO4): 500 ml formalin yang dibagi menjadi 10 titik. Setelah fumigasi, kandang didiamkan selama 5 hari sebelum DOC didatangkan.

Persiapan Pakan

Bahan pakan disimpan di gudang bahan. Analisis kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, Ca dan P dilakukan untuk bahan jagung, SBM dan CGM. Analisis kadar abu, Ca dan P untuk bahan sumber mineral seperti MCP, sedangkan kalsium karbonat dianalisis kadar abu dan P.

Hasil analisis digunakan untuk formulasi pakan perlakuan (R1, R2, R3 dan R4). Pakan R5 merupakan pakan komersial. Pakan diberi label R1, R2, R3, R4 dan R5.

Pengacakan DOC Broiler

Bobot badan awal DOC ditimbang per ekor. DOC ditempatkan pada cage sesuai perlakuan secara acak.

Pemeliharaan

Pemeliharaan broiler dilakukan selama 21 hari. Kandang, tempat minum dan tempat pakan dibersihkan selama pemeliharaan. Hari ke-1, broiler diberi vitachick dalam air minum. Pakan diberikan ad libitum. Pakan diberikan secukupnya pada pagi dan sore hari. Konsumsi pakan diukur berdasarkan jumlah pemberian dan sisa pakan.

Selama 1-2 minggu lampu pijar dinyalakan sebagai penghangat. Ayam divaksin ND pada hari ke-3 dan ke-20, sehari sebelum dan sesudah vaksin diberi vitachick dalam air minum. Vaksin gumboro juga dilakukan pada hari ke-11. Kematian dicatat setiap hari. Bobot badan akhir ayam ditimbang pada hari ke-21.

Pengambilan Tulang Tibia

Ayam jantan dan betina masing-masing 1 ekor per cage dari setiap ulangan dipotong pada hari ke-21 untuk diambil tulang tibia kanan dan kiri. Daging dan


(13)

5

tulang tibia direndam dengan air panas untuk memudahkan pemisahan tulangnya. Kedua tulang tibia dibersihkan dari daging dan diukur panjang. Sampel diuji kadar air, kadar abu dan fosfor total di laboratorium BPMSP Bekasi.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Model linier yang digunakan menurut (Mattjik dan Sumertajaya 2006) adalah sebagai berikut:

Y ij= µ + τ i + ε ij

Keterangan,

Yij : Pengamatan performa broiler, pengukuran panjang, berat dan analisis tulang tibia ke-i

dan ulangan ke-j

µ : Rataan performa broiler, pengukuran panjang, berat dan analisis tulang tibia

τi : Pengaruh perlakuan ke-i (i = perlakuan P tersedia 0.25%, 0.35%, 0.45%, 0.55% dan

>0.55%)

εij : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j (j = ulangan ke-1, 2, 3, 4, 5, 6)

Penelitian ini terdiri dari 5 jenis pakan perlakuan yaitu :

R1 = 0.25% P tersedia, R2 = 0.35% P tersedia, R3 = 0.45% P tersedia, R4 = 0.55% P tersedia, dan R5 = pakan pabrikan dengan P tersedia >0.55%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali.

Analisis Data

Data dianalisis ragam (ANOVA) dengan lebih dahulu diuji asumsi keaditifan model, kehomogenan, kenormalan data, dan kebebasan galat (Gaspersz, 1991). Hasil ANOVA yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Tukey.

Data yang tidak memenuhi uji asumsi, diuji Kruskal-Wallis dan hasil yang berbeda dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Perhitungan statistik rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman sebagai berikut :

; ;

Keterangan : : Rataan

Xi : Data ke- i

N : Banyak data

SB : Simpangan baku

KK : Koefisien keragaman

Peubah

Peubah yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Konsumsi pakan broiler dihitung rataan harian selama 21 dari jumlah konsumsi broiler per cage dibagi jumlah broiler hidup.

2. Bobot Badan Awal. Bobot badan awal ditimbang pada umur 1 hari. Konsumsi Pakan.


(14)

6

4. Pertambahan Bobot Badan (PBB). PBB diukur dengan rataan bobot akhir broiler dikurangi rataan bobot awal broiler per cage.

5. Konversi Pakan. Konversi pakan dihitung dari konsumsi pakan dibagi PBB. Persentase kematian.

6. Persentase kematian adalah jumlah ayam yang mati dibagi dengan jumlah total awal ayam dipelihara.

7. Berat Tibia. Berat tulang tibia adalah berat tulang tibia setelah dioven pada proses analisa kadar air di BPMSP Bekasi dengan metode SNI 01-2891-1992 Butir 5.1.

8. Panjang Tibia. Panjang tulang tibia diukur rataan kedua tulang tibia kanan dan kiri menggunakan jangka sorong.

9. Kadar Abu Tibia. Kadar abu tulang tibia adalah hasil analisa BPMSP Bekasi dengan menggunakan metode SNI 01-2891-1991 Butir 6.

10. Kadar P Tibia. Kadar P tulang tibia adalah hasil analisa BPMSP Bekasi dengan metode AOAC 2005 Metode 965.17.

11. Kadar Ca Tibia. Kadar Ca tulang tibia adalah hasil analisa BPMSP Bekasi dengan metode AOAC 2005 Metode 968.08.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2013 yang merupakan musim kemarau di Indonesia. Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian ( ±SB)

Waktu Suhu dan Kelembaban

(oC) (%)

Malam (21.00 WIB) 26.90±0.77 74.19±3.66

Pagi (6.00 WIB) 24.42±1.02 82.38±1.18

Siang (12.00 WIB) 33.31±1.00 47.60±6.66

Sore (17.00 WIB) 30.13±1.18 58.43±7.62

Saat penelitian rataan suhu kandang tertinggi pada siang hari adalah 33 oC dengan kelembaban 47%. Suhu kandang terendah pada pagi hari (24 oC) dengan kelembaban 82%. Kelembaban selama penelitian mendekati kondisi ideal pada waktu sore dan malam hari, sedangkan pagi hari terlalu lembab dan siang hari terlalu kering. Hal ini terjadi karena lokasi penelitian di daerah tropis yang menjauhi equator. Kelembaban udara yang tinggi menghambat pelepasan panas tubuh sehingga produksi menurun akibat heat stress (Susilorini et al. 2009). Kelembaban yang rendah menandakan suhu terlalu tinggi, hal ini dapat berakibat energi banyak digunakan untuk mendinginkan tubuh. Mulyantini (2010) menyatakan bahwa suhu udara di atas 32 oC menyebabkan laju respirasi unggas meningkat dan nafas terengah-engah (panting).


(15)

7

Suhu dan kelembaban menjadi dasar manajemen pemeliharaan untuk mencapai konversi pakan terbaik pada 24 oC. Pakan diberikan dalam jumlah banyak pada malam dan pagi hari, hal ini menghindari suhu tinggi yang menyebabkan ayam stres dan mengakibatkan efisiensi produksi menurun.

Mulyantini (2011) menyatakan suhu 18 oC merupakan tercapainya pertumbuhan maksimum broiler dan konversi pakan terbaik pada suhu 24 oC. Konsumsi pakan meningkat tetapi laju PBB menurun dapat terjadi pada suhu 25 – 30 oC dan broiler akan mengalami stres bila suhu berada diantara 30 – 35 oC. Kelembaban ideal untuk pemeliharaan ayam broiler adalah antara 60% – 70 %.

Performa Produksi

Fosfor tersedia berbeda pada pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada konsumsi pakan, bobot badan umur 21 hari dan pertambahan bobot badan. Hasil pengolahan data yang diperoleh disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Performa produksi ayam broiler

Perlakuan

Peubah Konsumsi

pakan1)

(g ekor-1

21 hari -1)

Bobot badan

awal2)

(g ekor-1

1 hari -1)

Bobot badan

akhir1)

(g ekor-1

21 hari -1)

PBB1)

(g ekor-1

21 hari -1)

Konversi

Pakan2)

Mortalitas (%)

±SB1)/ Median2) (Kk)

R1 972.1±68.37d 48.08 677.22±61.6c 629.28±61.42c 1.55 0

(7.03) (0.01) (9.1) (9.76) (4.52)

R2 1114.2±27.87c 48.00 800.28±30.7b 752.25±30.85b 1.46 0

(2.50) (0.01) (3.84) (4.1) (2.7)

R3 1207.4±34.39b 48.00 861.25±54.0b 813.25±53.83b 1.46 0

(2.85) (0.01) (6.27) (6.62) (6.71)

R4 1193.1±42.38bc 47.41 844.17±46.3b 796.67±46.38b 1.48 0

(3.55) (0.01) (5.48) (5.82) (3.33)

R5 1318.8±62.53a 47.84 977.09±54.1a 929.39±54.35a 1.42 0

(4.74) (0.01) (5.53) (5.85) (2.82)

Keterangan: 1) Uji RAL Anova – Tukey, 2) Uji Kruskal-Wallis, PBB : Pertambahan Bobot Badan,

: rataan, SB: simpangan baku dan Kk: koefisien keragaman, R1: 0.25% P tersedia, Angka dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata, R2: 0.35% P tersedia, R3: 0.45% P terseida, R4: 0.55% P tersedia, R5: pakan pabrikan (>055% P tersedia).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan hasil penelitian disajikan pada Tabel 3. Rataan konsumsi pakan R1 memiliki nilai terendah yaitu 972 g ekor-1 21 hari -1 dibandingkan R2, R3, R4, dan R5 yaitu 1114, 1207, 1193, dan 1318 g ekor-1 21 hari -1. Standar konsumsi pakan strain Ross pada umur 21 hari adalah 1098 g (Ross an Avigen Brand 2012), persentase konsumsi pakan hasil penelitian terhadap standar secara berurutan R1, R2, R3, R4 dan R5 adalah 88.52%, 101.46%, 109,93%, 108.65%, dan 120.04%.

Konsumsi terbaik yaitu pakan R5 sebagai pakan komersial, sedangkan pakan formulasi pada R3 (0.40% P tersedia) sesuai penelitian Carvalho Mello at al. (2012) dengan penelitian P tersedia antara 0.19% sampai 0.54% pada broiler


(16)

8

umur 11-21 hari. Hal ini sesuai pernyataan Winarno (2004) bahwa fosfor berperan dalam penyimpanan dan pengeluaran energi antara adenin trifosfat (ATP) dengan adenin difosfat (ADP). Energi merupakan bagian zat makanan, hasil proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kekurangan energi menyebabkan pertubuhan terhambat dan produksi daging rendah (Fadilah, 2013). Pakan R5 mengandung sumber energi lemak tertinggi dari pakan lainnya.

Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Fosfor tersedia pakan R1, R2, R3 meningkat dari 0.25% hingga 0.45%, berdasarkan hasil penelitian meningkatkan PBB, hal ini sesuai penelitian Garcia et al. (2006). Rataan PBB broiler umur 21 hari dapat dilihat pada Tabel 3. Puncak peningkatan yaitu pakan R3 dan menurun pada pakan R4 (0.55% P tersedia), fosfor tersedia lebih tinggi dari batas minimal 0.40% (BSN 2006).

Rataan PBB tertinggi 929 dan terendah 629 g ekor-1 21 hari -1pada pakan R5 dan R1, keduanya berbeda secara statistik. Rataan PBB secara statistik tidak berbeda pada R2, R3 dan R4 yaitu 752, 813 dan 796 g ekor-1 21 hari -1. Bobot badan pada hari ke-21 terendah 677 g ekor-1 21 hari -1 pada R1 dibandingkan perlakuan R2, R3, R4 dan R5 yaitu 800, 861, 844 dan 977 g ekor-1 21 hari -1. Standar bobot badan umur 21 hari strain Ross adalah 864 g ekor-1 (Ross an Avigen Brand 2012). Persentase bobot badan hasil penelitian dibandingkan dengan standar secara berurutan R1, R2, R3, R4 dan R5 yaitu 78.36%, 92.59%, 99.65%, 97.68%, dan 113.08%.

Konversi Pakan

Konversi pakan broiler digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan pakan untuk menghasilkan satuan bobot badan. Data konversi pakan broiler ditunjukkan pada Gambar 2. Standar konsumsi pakan umur 21 hari strain Ross adalah 1.27 (Ross an Avigen Brand 2012) perbandingan hasil penelitian dengan standar yaitu 122.05% (R1), 114.96% (R2), 114.96% (R3), 116.54% (R4), dan 111.81% (R5). Konversi pakan adalah satu satuan bobot badan yang dihasilkan dari sejumlah pakan yang dikonsumsi (Fadilah et al. 2007).

Hal ini sesuai dengan penelitian Sinurat (1995) bahwa konversi pakan pada ransum yang mempunyai kadar P dibawah 0.55% yaitu R1 sampai R3 nyata lebih baik dari kadar P lebih tinggi yaitu pakan R4. Hal tersebut dapat terjadi karena konsentrasi fosfat yang berlebihan dalam plasma maka senyawa fosfat akan berikatan dengan kalsium atau mineral lainnya dan membentuk garam koloid yang bersifat kompleks (Piliang 2006). Kadar fosfat anorganik dalam darah berubah sesuai dengan perubahan umur. Median konversi pakan hasil penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 2.


(17)

9

Gambar 2 Median konversi pakan R1 : 0.25% P tersedia ( ), R2 : 0.35% P tersedia ( ), R3 : 0.45% P tersedia ( ), R4 : 0.55% P tersedia ( ), dan R5 : > 0.55% P tersedia ( ) ayam broiler umur 21 hari

Kondisi Tibia

Kondisi tibia ayam broiler umur 21 hari dengan peubah berat, panjang, kadar abu, fosfor dan kalsium dapat dilihap pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Kondisi tibia ayam broiler umur 21 hari

Peubah

Perlakuan

Berat 1)

(g)

Panjang 2)

(cm)

Kadar abu 2)

(%)

Fosfor 1)

(%)

Kalsium 1)

(%)

±SB1)/ Median2) (Kk)

R1 3.51±0.18b 7.08 35.49 5.34±0.48c 11.68±1.04b

(5.13) (1.13) (6.17) (8.99) (8.9)

R2 4.83±0.37a 7.52 40.77 6.17±0.23b 12.61±0.61ab

(7.66) (1.6) (3.43) (3.72) (4.84)

R3 5.18±0.63a 7.54 42.48 6.62±0.45ab 13.31±1.03a

(12.16) (3.73) (2.91) (6.8) (7.74)

R4 5.24±0.54a 7.60 42.23 6.68±0.53ab 13.27±0.95a

(10.31) (2.61) (2.14) (7.93) (7.16)

R5 5.31±0.54a 7.57 44.61 7.04±0.39a 13.99±0.52a

(10.17) (3.07) (2.06) (5.54) (3.72)

Keterangan: 1) Uji RAL Anova – Tukey, 2) Uji Kruskal-Wallis, : rataan, SB: simpangan baku

dan Kk: koefisien keragaman, R1: 0.25% P tersedia, Angka dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata, R2: 0.35% P tersedia, R3: 0.45% P terseida, R4: 0.55% P tersedia, R5: pakan pabrikan (>055% P tersedia). Berat Tibia

Berat tibia pakan R1 dibandingkan pakan lainnya, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman berat tibia ditunjukkan pada Tabel 4. Tulang memiliki struktur kompleks, berat kering tulang mengandung bahan mineral 460 g kg-1, protein 360 g kg-1 dan lemak 180 g kg-1. Komposisi tersebut bervariasi tergantung umur dan status nutrisi ternak. Mineral dalam tulang yang tersedia dalam jumlah banyak adalah Ca dan P. Abu tulang terdiri dari kalsium 360 g kg-1, fosfor 170 g kg-1 (McDonald et al. 1995).

Hasil ANOVA menunjukkan fosfor tersedia pada pakan sangat nyata pengaruhnya terhadap berat tibia. Rataan berat tibia dari tertinggi hingga terendah

1.55

1.46 1.46 1.48

1.42 1,35 1,4 1,45 1,5 1,55 Ko n v er si P ak an

R1 R2 R3 R4 R5


(18)

10

yaitu pakan R5, R4, R3, R2, dan R1 dengan nilai 5.31, 5.24, 5.18, 4.83, dan 3.51 g. Rataan berat tibia pakan perlakuan R2, R3, R4, dan R5 tidak berbeda nyata, sedangkan keempatnya berbeda nyata dengan R1.

Berat kering tibia tertinggi adalah R5 yaitu 5.31 g, dengan nilai 44.61% dengan berat abu 2.37 g. Kadar P tulang tibia pakan R5 hasil penelitian diperoleh rataan sebesar 7.04% (0.37 g). Kalsium tulang tibia pakan R5 diperoleh rataan 13.99% yaitu 0.74 g. Perbandingan Ca : P pakan R5 diperoleh 2:1. Hasil penelitian, berat kering tibia terendah pada pakan perlakuan R1 sebesar 3.51 g. Tulang tibia perlakuan pakan R1 memiliki rataan P tibia 5.34% (0.19 g) dan Ca 11.68% (0.41 g). Perbandingan Ca : P diperoleh 2:1. Rasio tersebut menjadi pertimbangan formulasi Ca dan P dalam pakan (McDonald et al. 1995). Hal tersebut juga sesuai menurut Wahju (2004) bahwa imbangan Ca dan P tersedia yang paling baik untuk anak ayam yang sedang tumbuh antara 1.5:1 dan 2:1.

Panjang Tibia

Panjang tibia digunakan untuk melihat ukuran panjang tulang tibia pada umur 21 hari. Ukuran maksimal kerangka akan dicapai beberapa minggu sebelum melanjutkan pertambahan bobot badan selain itu pertumbuhan kerangka berjalan dengan cepat. Ayam muda ketika sedang tumbuh, sangat kecil pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh pembatasan pakan, tetapi PBB akan terhambat. Hal tersebut menyebabkan manipulasi pertumbuhan tulang lebih sulit dari pada pertumbuhan tubuh (Suprijatna et al. 2005). Median panjang tibia broiler umur 21 hari ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Median panjang tibia R1 : 0.25% P tersedia ( ), R2 : 0.35% P tersedia ( ), R3 : 0.45% P tersedia ( ), R4 : 0.55% P tersedia ( ), dan R5 : > 0.55% P tersedia ( ) ayam broiler umur 21 hari

Panjang tibia seluruh perlakuan R1, R2, R3, R4, dan R5 dinyatakan sama, dapat dilihat pada gambar 4. Hal ini sesuai yang dikemukakan Suprijatna et al. (2005) bahwa sangat kecil pengaruh pembatasan pakan terhadap pertumbuhan tulang.

7.08

7.52 7.54 7.60 7.57

6.8 6.9 7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6

P

a

n

ja

n

g

Ti

b

ia

(c

m

)

R1 R2 R3 R4 R5


(19)

11

Abu Tibia

Median dan koefisien keragaman abu tibia ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil menunjukkan perlu dilakukan uji perbandingan berganda pada abu tibia R1, R2, R3, R4, dan R5, diperoleh abu tibia R1 berbeda dengan R3, R4, dan R5, sedangkan abu tibia R2 berbeda dengan R4 serta R5. Kadar abu tibia adalah zat organik sisa hasil pembakaran tulang tibia. Kadar abu tibia berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam tulang tibia. Pengukuran kadar abu tulang tibia untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam tulang tibia (Persagi 2009 dan BPMSP 2013).

Gambar 3 Median abu tibia R1 : 0.25% P tersedia ( ), R2 : 0.35% P tersedia ( ), R3 : 0.45% P tersedia ( ), R4 : 0.55% P tersedia ( ), dan R5 : > 0.55% P tersedia ( ) ayam broiler umur 21 hari

Kadar abu tulang digunakan untuk menduga kandungan mineral seperti Ca dan P (Leeson 2005), oleh karena itu pengujian kadar abu pada tulang tibia sangat berguna. Garcia dan Dale (2006) menggunakan abu tibia kaki kanan sebagai parameter menghitung penggunaan P, karena tulang tibia memiliki korelasi tertinggi (r = 0.92). Hasil penelitian ini memiliki nilai korelasi (r) antara P tersedia dan abu tibia sebesar 0.88 lebih rendah dari korelasi P tersedia dan P tibia yaitu 0.93. Oleh karena itu analisis kadar fosfor tulang tibia juga dilakuan. Penelitian Garcia et al. (2006) menunjukkan ada peningkatan nyata pada abu tibia ayam broiler umur 4, 8 dan 15 hari dipengaruhi perubahan tingkat P tersedia.

Fosfor Tibia

Fosfor diperlukan untuk ayam broiler 0-8 minggu. Ayam umur 0-3 minggu lebih memerlukan P non pitat dibandingkan ayam berumur > 3 minggu (NRC 1994). Fosfor yang berlebih dalam pakan dapat mengganggu absorpsi di saluran pencernaan. Menurut Wahju (2004), P merupakan bagian dari tulang, bila kekurangan P dalam pakan dapat menyebabkan ricketsia. Oleh karena itu, penelitian juga dilakukan dengan menganalisis kadar P tibia. Hasil penelitian ini memiliki nilai korelasi (r) antara abu tibia dan P tibia sebesar 0.99 sedangkan korelasi P tersedia dan P tibia yaitu 0.93. Kandungan fosfor tibia ditunjukkan pada Tabel 3.

Rataan P tibia pakan formulasi dengan 0.45% P tersedia (R3) sesuai SNI broiler starter yaitu P tersedia minimal 0.40% (BSN 2006). Hasil penelitian pakan R3 dijadikan standar pembanding pakan lain (Sinurat et al. 1995). Perbandingan relatif diperoleh 81 (R1), 93 (R2), 100 (R3), 101 (R4), dan 106 (R6). Hasil

36.49 40.77 42.48 42.23 44.61

0 10 20 30 40 50

A

b

u

Ti

b

ia

(%

)

R1 R2 R3 R4 R5


(20)

12

perbandingan tersebut menunjukkan R1 memiliki nilai terendah, menunjukkan P tersedia pakan berpengaruh nyata pada P tibia.

Kalsium Tibia

Rataan Ca tibia meningkat pada P tersedia 0.25, 0.35, dan 0.45% sedikit menurun pada 0.55% seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Pengujian Ca pada tulang tibia karena merupakan salah satu medullary bones (tulang pipa) yang memiliki rongga sumsum yaitu tulang halus dan terjalin baik serta sebagai tempat penimbunan Ca (Suprijatna 2005). Kalsium dan P berhubungan erat dengan metabolisme terutama dalam pembentukan tulang (Wahju 2004).

Analisis ragam Ca tibia menyatakan P tersedia yang berbeda pada pakan, berpengaruh sangat nyata terhadap Ca tibia. Pakan formulasi menunjukkan kandungan serat kasar terendah yaitu 2.05% dalam bahan kering (BK) 2.31% adalah pakan R3 sedangkan tertinggi pakan R1 yaitu 2.78% (3.25 dalam BK), sedangkan rataan Ca tibia pakan R1 lebih rendah (11.68%) dibandingkan R3 (13.31%). Hal tersebut sesuai dengan Almatsier (2009), serat yang tinggi dapat menghambat penyerapan Ca. Serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan penyerapan Ca.

Selain itu, Almatsier (2009) juga menjelaskan bahwa lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, sehingga memberikan waktu lebih lama untuk penyerapan Ca. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pakan R1 memiliki lemak kasar 2.22% terendah dari pakan R2, R3, R4, dan R5 yaitu 5.57%, 5.53%, 5.93%, serta 7.08%, hasil penelitian pakan R1 memiliki rataan Ca tibia terendah.

Ekonomi

Pakan yang diformulasikan dengan mempertimbangkan P tersedia pada penelitian ini dapat mempengaruhi perbedaan konsumsi pakan, PBB, P tibia, berat tibia dan Ca tibia ayam broiler umur 21 hari. Jumlah konsumsi pakan selama 21 hari penelitian memberikan gambaran pengeluaran biaya pakan R1, R2, R3, R4 dan R5 adalah sebesar Rp 165 088, Rp 190 891, Rp 208 489, Rp 207 151 dan Rp 308 587. Harga pakan yang diperoleh masing-masing per kg pakan perlakuan untuk R1, R2, R3, R4 dan R5 yaitu sebesar Rp 4 717, Rp 4 759, Rp 4 796, Rp 4 822 dan Rp 6 500. Harga jual ayam broiler umur 21 hari dikurangi biaya pemberian pakan dan harga anak ayam, maka diperoleh pendapatan seperti disajikan pada Tabel 5 berikut.


(21)

13

Tabel 5 Ekonomi rataan harga jual, biaya pakan, harga anak ayam dan pendapatan.

Perlakuan

Peubah Harga jual

(Rp ekor-1 21 hari -1)

Biaya pakan

(Rp ekor-1 21 hari -1)

Harga anak ayam

(Rp ekor-1)

Pendapatan (IOFCC)

(Rp ekor-1 21 hari -1)

R1 11 851 4.586 5 000 2 265

R2 14 005 5.302 5 000 3 703

R3 15 072 5.791 5 000 4 281

R4 14 773 5.753 5 000 4 020

R5 17 099 8.572 5 000 3 527

Keterangan: Income over feed and chick costs (IOFCC), harga jual saat panen Rp 17 500 Kg-1,

R1: 0.25% P tersedia, R2: 0.35% P tersedia, R3: 0.45% P terseida, R4: 0.55% P tersedia, R5: pakan pabrikan (>055% P tersedia).

Efiseinsi biaya dinilai berdasarkan broiler indeks atau Performance Numerical (PN) menurut Fadilah (2006), maka diperoleh nilai PN untuk R1, R2, R3, R4 dan R5 sebagai berikut 193, 245, 265, 256 dan 311. Menurut Fadilah, nilai PN yang semakin besar (>200) maka semakin efisien penggunaan pakan dan biaya serta menunjukkan prestasi ayam yang bagus. Pakan paling efisien dengan nilai PN diurutkan dari tertinggi hingga terendah adalah R5, R3, R4, R2, dan R1. Hal tersebut sesuai dengan perbedaan konsumsi pakan dan PBB hasil penelitian yang dilakukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ayam broiler yang diberi pakan dengan level P tersedia 0.45% menghasilkan performa produksi dan kondisi tulang tibia lebih baik yaitu mendekati pakan komersial dengan harga pakan lebih murah serta lebih efisien.

Saran

Penelitian level fosfor tersedia pada pakan yaitu 0.35% (R2), 0.45% (R3), dan 0.55% (R4) perlu dilakukan kembali dengan penambahan peubah yaitu menguji kekuatan tulang tibia (breaking strength).

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Angel R. 2011. Calcium and phosphorus requirements in broiler. Proceedings of the international symposium on nutritional requirements of poultry and swine. Vicosa, Minas Gerais, Brazil (BR). 3:77-96.


(22)

14

[BPMSP] Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (ID). 2013. Buku Petunjuk Teknis Medote Pengujian Pakan. Bekasi (ID): [penerbit tidak diketahui].

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-3930-2006 Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). Jakarta (ID): BSN.

Carvalho Mello HH, Gomes PC, Rostagno HS, Albino LFT, Rocha TC, Almeida RL, Calderano AA. 2012. Dietary requirements of available phosphorus in growing broiler chickens at a constant calcium:available phosphorus ratio. R. Bras. Zootec. 41(11):2323-2328.

Driver JP, Pesti GM, Bakalli RI, Edwards HM. 2006. The effect of feed calcium and phosphorus-deficient diets to broiler chickens during the starting and growing-finishing phases on carcass quality. J.Poult Sci. 85:1939-1946. Fadilah R. 2006. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.

Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Fadilah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Fadilah R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT Agro Media Pustaka. Despal, Astuti DA, Suci DM, Evyernie D, Permana IG, Sigit NA, Mutia R,

Sumiati, Toharmat T, Hermana W et al. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi. Bogor (ID): Fakultas Peternakan IPB.

Garcia AR, Batal AB, Dale NM. 2006. Biological availability of phosphorus sources in prestarter and starter diets for broiler chicks. J. Appl. Poult. Res.15:518-524.

Garcia AR, Dale N. 2006. Foot ash as a means of quantifying bone mineralization in chick. J. Appl. Poult. Res. 15:103-109.

Gaspersz V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid I. Bandung (ID): Tarsito.

Karimi A. 2006. Responses of broiler chicks to non-phytate phosphorous levels and phytase supplementation. J. Poult Sci. 5:251-254.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poutry Nutrition. Ed ke-3. Canada (US): University of Guelph.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MinitabJilid I. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Mcdonald P, Edwards RA, Greenhalg JFD, Morgan CA. 1995. Animal Nutrition 5th ed. New York (US): John Wiley and Sons, Inc.

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Mulyantini NGA. 2011. Produksi Ternak Unggas. Bogor (ID): IPB Pr.

[NRC] National Research Council (US). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Washington, D.C. (US): National Academy Pr.

[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi Indonesia (ID). 2009. Kamus Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.

Piliang WG, Al Haj SD. 2006. Fisiologi Nutrisi. Volume II. Bogor (ID): IPB Pr.

Rama Rao SV, Raju MVLN, Reddy MR. 2006. Interaction between dietary calcium and non-phytate phosphorus levels on growth. Bone mineralization and mineral excretion in commercial broilers. Annimal Feed Science and Technology. 131:133-148


(23)

15

Ross an Avigen Brand. 2012. Broiler Performance Objectives. [tempat terbit tidak diketahui]: Aviagen.

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Susilorini TE, Sawitri ME, Muharlein. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.


(24)

16

Lampiran 1 Hasil uji asumsi keaditifan model, kehomogenan dan kenormalan data

Performa produksi dan

kondisi tulang tibia

Uji Asumsi Keaditifan Model Kehomogenan Data Kenormalan Data Kenormalan Data Transformasi (F hitung

non aditif < F tabel 0.01(10.04)

(X2 hitung < X2 tabel 0.05 (11.1)) (P-value > 0.150) (P-value > 0.150) Konsumsi pakan (g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.44042

Data bersifat homogen, X2 hit 4.1689

Data normal P-value > 0.150

-

Bobot badan awal (g ekor-1 1 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 2.36422

Data bersifat homogen, X2 hit 6.4092

Data tidak normal P-value 0.049

Log (Y), tidak normal, P-value 0.047 Bobot badan akhir

(g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.1169

Data bersifat homogen, X2 hit 4.4010 Data normal P-value > 0.150 - PBB

(g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.10785

Data bersifat homogen, X2 hit 4.3924

Data normal P-value > 0.150

-

Konversi Pakan Data bersifat

aditif, F hit 0.56439

Data bersifat homogen, X2 hit 8.1062 Data tidak normal P-value < 0.010 Log (Y+1), tidak normal, P-value < 0.010

Berat (g) Data bersifat

aditif, F hit 1.29944

Data bersifat homogen, X2 hit 1.3433

Data normal P-value > 0.150

-

Panjang (cm) Data bersifat

aditif, F hit 0.64514

Data bersifat homogen, X2 hit 0.9934 Data tidak normal P-value 0.019 Log (Y+1), tidak normal, P-value < 0.010

Kadar abu (%) Data bersifat

aditif, F hit 2.90871

Data bersifat homogen, X2 hit 1.5018

Data tidak normal P-value 0.030

Log (Y), tidak normal, P-value < 0.010

Fosfor (%) Data bersifat

aditif, F hit 0.08439

Data bersifat homogen, X2 hit 1.5190

Data normal P-value > 0.150

-

Kalsium(%) Data bersifat

aditif, F hit 0.01686

Data bersifat homogen, X2 hit 4.9145

Data normal P-value > 0.150

-


(25)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Desember 1981 dari ayah Tusi Haryadi dan Ibu Juriyah (alm). Penulis adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Penulis lulus pendidikan menengah umum di SMU Negeri 89 Cakung Jakarta Timur pada tahun 2000 dan pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) – Departemen Perindustrian dengan Program Studi Teknik dan Manajemen Industri serta memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Penulis memutuskan mengambil program studi berbeda sesuai yang dibutuhkan dalam bekerja. Penulis diterima sebagai calon mahasiswa program alih jenis penyelenggaraan khusus teknologi produksi ternak untuk tahun ajaran 2008/2009 dengan nomor surat 3322/13/PP/2009 tanggal 6 Mei 2009.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis tercatat sebagai Pengawai Negeri Sipil pada Kementerian Pertanian mulai tahun 2005 sampai saat ini, tepatnya bekerja di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Pakan (BPMSP) Bekasi. BPMSP memiliki tugas melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu pakan ternak. Selama Bekerja penulis telah lulus mengikuti ujian tertulis dan evaluasi kompetensi pelatihan petugas pengambil contoh dalam rangka inspeksi dan pengujian dengan komoditi pakan dengan sertifikat nomor SL/TPC.0167 tanggal 18 Mei 2006, telah lulus dari pelatihan auditor ISO 9001:2000 dengan sertifikat nomor CAT-06-002 tanggal 8 Juni 2007, berpartisipasi dalam pelatihan penyusunan dokumen sistem mutu ISO/IEC 17025:2005 yang diselenggarakan oleh Direktorat Mutu dan Standardisasi – Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian dengan nomor sertifikat 499/PP.120/BPMA/VII/08.

Selama mengikuti pendidikan di STMI penulis telah melaksanakan 2 kali Praktek Kerja Lapang yaitu di PT Kabelindo dengan melakukan penelitian pada proses produksi dengan alat peta control (control chart) dan di PT Coca Cola pada area kalibrasi dengan kontribusi melakukan penyusunan dokumen sistem mutu level I, II, III dan IV pada lab kalibrasi berdasarkan ISO/IEC 17025. Penelitian awal sebagai syarat tugas akhir studi dilakukan dengan tema tata letak pabrik di PT Kabelindo tetapi karena kendala jarak lokasi pabrik dan kantor tidak memungkinkan, maka tugas akhir diselesaikan dengan judul Aplikasi Metode Servqual pada Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) dalam upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Jasa.


(1)

perbandingan tersebut menunjukkan R1 memiliki nilai terendah, menunjukkan P tersedia pakan berpengaruh nyata pada P tibia.

Kalsium Tibia

Rataan Ca tibia meningkat pada P tersedia 0.25, 0.35, dan 0.45% sedikit menurun pada 0.55% seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Pengujian Ca pada tulang tibia karena merupakan salah satu medullary bones (tulang pipa) yang memiliki rongga sumsum yaitu tulang halus dan terjalin baik serta sebagai tempat penimbunan Ca (Suprijatna 2005). Kalsium dan P berhubungan erat dengan metabolisme terutama dalam pembentukan tulang (Wahju 2004).

Analisis ragam Ca tibia menyatakan P tersedia yang berbeda pada pakan, berpengaruh sangat nyata terhadap Ca tibia. Pakan formulasi menunjukkan kandungan serat kasar terendah yaitu 2.05% dalam bahan kering (BK) 2.31% adalah pakan R3 sedangkan tertinggi pakan R1 yaitu 2.78% (3.25 dalam BK), sedangkan rataan Ca tibia pakan R1 lebih rendah (11.68%) dibandingkan R3 (13.31%). Hal tersebut sesuai dengan Almatsier (2009), serat yang tinggi dapat menghambat penyerapan Ca. Serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan penyerapan Ca.

Selain itu, Almatsier (2009) juga menjelaskan bahwa lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, sehingga memberikan waktu lebih lama untuk penyerapan Ca. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pakan R1 memiliki lemak kasar 2.22% terendah dari pakan R2, R3, R4, dan R5 yaitu 5.57%, 5.53%, 5.93%, serta 7.08%, hasil penelitian pakan R1 memiliki rataan Ca tibia terendah.

Ekonomi

Pakan yang diformulasikan dengan mempertimbangkan P tersedia pada penelitian ini dapat mempengaruhi perbedaan konsumsi pakan, PBB, P tibia, berat tibia dan Ca tibia ayam broiler umur 21 hari. Jumlah konsumsi pakan selama 21 hari penelitian memberikan gambaran pengeluaran biaya pakan R1, R2, R3, R4 dan R5 adalah sebesar Rp 165 088, Rp 190 891, Rp 208 489, Rp 207 151 dan Rp 308 587. Harga pakan yang diperoleh masing-masing per kg pakan perlakuan untuk R1, R2, R3, R4 dan R5 yaitu sebesar Rp 4 717, Rp 4 759, Rp 4 796, Rp 4 822 dan Rp 6 500. Harga jual ayam broiler umur 21 hari dikurangi biaya pemberian pakan dan harga anak ayam, maka diperoleh pendapatan seperti disajikan pada Tabel 5 berikut.


(2)

Tabel 5 Ekonomi rataan harga jual, biaya pakan, harga anak ayam dan pendapatan.

Perlakuan

Peubah Harga jual

(Rp ekor-1 21 hari -1)

Biaya pakan (Rp ekor-1 21 hari -1)

Harga anak ayam (Rp ekor-1)

Pendapatan (IOFCC) (Rp ekor-1 21 hari -1)

R1 11 851 4.586 5 000 2 265

R2 14 005 5.302 5 000 3 703

R3 15 072 5.791 5 000 4 281

R4 14 773 5.753 5 000 4 020

R5 17 099 8.572 5 000 3 527

Keterangan: Income over feed and chick costs (IOFCC), harga jual saat panen Rp 17 500 Kg-1, R1: 0.25% P tersedia, R2: 0.35% P tersedia, R3: 0.45% P terseida, R4: 0.55% P tersedia, R5: pakan pabrikan (>055% P tersedia).

Efiseinsi biaya dinilai berdasarkan broiler indeks atau Performance Numerical (PN) menurut Fadilah (2006), maka diperoleh nilai PN untuk R1, R2, R3, R4 dan R5 sebagai berikut 193, 245, 265, 256 dan 311. Menurut Fadilah, nilai PN yang semakin besar (>200) maka semakin efisien penggunaan pakan dan biaya serta menunjukkan prestasi ayam yang bagus. Pakan paling efisien dengan nilai PN diurutkan dari tertinggi hingga terendah adalah R5, R3, R4, R2, dan R1. Hal tersebut sesuai dengan perbedaan konsumsi pakan dan PBB hasil penelitian yang dilakukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ayam broiler yang diberi pakan dengan level P tersedia 0.45% menghasilkan performa produksi dan kondisi tulang tibia lebih baik yaitu mendekati pakan komersial dengan harga pakan lebih murah serta lebih efisien.

Saran

Penelitian level fosfor tersedia pada pakan yaitu 0.35% (R2), 0.45% (R3), dan 0.55% (R4) perlu dilakukan kembali dengan penambahan peubah yaitu menguji kekuatan tulang tibia (breaking strength).

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Angel R. 2011. Calcium and phosphorus requirements in broiler. Proceedings of the international symposium on nutritional requirements of poultry and swine. Vicosa, Minas Gerais, Brazil (BR). 3:77-96.


(3)

[BPMSP] Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (ID). 2013. Buku Petunjuk Teknis Medote Pengujian Pakan. Bekasi (ID): [penerbit tidak diketahui].

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-3930-2006 Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). Jakarta (ID): BSN.

Carvalho Mello HH, Gomes PC, Rostagno HS, Albino LFT, Rocha TC, Almeida RL, Calderano AA. 2012. Dietary requirements of available phosphorus in growing broiler chickens at a constant calcium:available phosphorus ratio. R. Bras. Zootec. 41(11):2323-2328.

Driver JP, Pesti GM, Bakalli RI, Edwards HM. 2006. The effect of feed calcium and phosphorus-deficient diets to broiler chickens during the starting and growing-finishing phases on carcass quality. J. Poult Sci. 85:1939-1946. Fadilah R. 2006. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.

Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Fadilah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Fadilah R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT Agro Media Pustaka. Despal, Astuti DA, Suci DM, Evyernie D, Permana IG, Sigit NA, Mutia R,

Sumiati, Toharmat T, Hermana W et al. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi. Bogor (ID): Fakultas Peternakan IPB.

Garcia AR, Batal AB, Dale NM. 2006. Biological availability of phosphorus sources in prestarter and starter diets for broiler chicks. J. Appl. Poult. Res.15:518-524.

Garcia AR, Dale N. 2006. Foot ash as a means of quantifying bone mineralization in chick. J. Appl. Poult. Res. 15:103-109.

Gaspersz V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid I. Bandung (ID): Tarsito.

Karimi A. 2006. Responses of broiler chicks to non-phytate phosphorous levels and phytase supplementation. J. Poult Sci. 5:251-254.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poutry Nutrition. Ed ke-3. Canada (US): University of Guelph.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Mcdonald P, Edwards RA, Greenhalg JFD, Morgan CA. 1995. Animal Nutrition 5th ed. New York (US): John Wiley and Sons, Inc.

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Mulyantini NGA. 2011. Produksi Ternak Unggas. Bogor (ID): IPB Pr.

[NRC] National Research Council (US). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Washington, D.C. (US): National Academy Pr.

[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi Indonesia (ID). 2009. Kamus Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.

Piliang WG, Al Haj SD. 2006. Fisiologi Nutrisi. Volume II. Bogor (ID): IPB Pr.

Rama Rao SV, Raju MVLN, Reddy MR. 2006. Interaction between dietary calcium and non-phytate phosphorus levels on growth. Bone mineralization and mineral excretion in commercial broilers. Annimal Feed Science and Technology. 131:133-148


(4)

Ross an Avigen Brand. 2012. Broiler Performance Objectives. [tempat terbit tidak diketahui]: Aviagen.

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Susilorini TE, Sawitri ME, Muharlein. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.


(5)

Lampiran 1 Hasil uji asumsi keaditifan model, kehomogenan dan kenormalan data

Performa produksi dan

kondisi tulang tibia

Uji Asumsi Keaditifan Model Kehomogenan Data Kenormalan Data Kenormalan Data Transformasi (F hitung

non aditif < F tabel 0.01(10.04)

(X2 hitung < X2 tabel 0.05 (11.1)) (P-value > 0.150) (P-value > 0.150) Konsumsi pakan (g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.44042

Data bersifat

homogen, X2

hit 4.1689

Data normal P-value > 0.150

-

Bobot badan awal (g ekor-1 1 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 2.36422

Data bersifat

homogen, X2

hit 6.4092

Data tidak normal P-value 0.049

Log (Y), tidak normal, P-value 0.047 Bobot badan akhir

(g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.1169

Data bersifat

homogen, X2

hit 4.4010 Data normal P-value > 0.150 - PBB

(g ekor-1 21 hari -1)

Data bersifat aditif, F hit 0.10785

Data bersifat

homogen, X2

hit 4.3924

Data normal P-value > 0.150

-

Konversi Pakan Data bersifat

aditif, F hit 0.56439

Data bersifat

homogen, X2

hit 8.1062 Data tidak normal P-value < 0.010 Log (Y+1), tidak normal, P-value < 0.010

Berat (g) Data bersifat

aditif, F hit 1.29944

Data bersifat

homogen, X2

hit 1.3433

Data normal P-value > 0.150

-

Panjang (cm) Data bersifat

aditif, F hit 0.64514

Data bersifat

homogen, X2

hit 0.9934 Data tidak normal P-value 0.019 Log (Y+1), tidak normal, P-value < 0.010

Kadar abu (%) Data bersifat

aditif, F hit 2.90871

Data bersifat

homogen, X2

hit 1.5018

Data tidak normal P-value 0.030

Log (Y), tidak normal, P-value < 0.010

Fosfor (%) Data bersifat

aditif, F hit 0.08439

Data bersifat

homogen, X2

hit 1.5190

Data normal P-value > 0.150

-

Kalsium(%) Data bersifat

aditif, F hit 0.01686

Data bersifat

homogen, X2

hit 4.9145

Data normal P-value > 0.150

-


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Desember 1981 dari ayah Tusi Haryadi dan Ibu Juriyah (alm). Penulis adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Penulis lulus pendidikan menengah umum di SMU Negeri 89 Cakung Jakarta Timur pada tahun 2000 dan pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) – Departemen Perindustrian dengan Program Studi Teknik dan Manajemen Industri serta memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Penulis memutuskan mengambil program studi berbeda sesuai yang dibutuhkan dalam bekerja. Penulis diterima sebagai calon mahasiswa program alih jenis penyelenggaraan khusus teknologi produksi ternak untuk tahun ajaran 2008/2009 dengan nomor surat 3322/13/PP/2009 tanggal 6 Mei 2009.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis tercatat sebagai Pengawai Negeri Sipil pada Kementerian Pertanian mulai tahun 2005 sampai saat ini, tepatnya bekerja di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Pakan (BPMSP) Bekasi. BPMSP memiliki tugas melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu pakan ternak. Selama Bekerja penulis telah lulus mengikuti ujian tertulis dan evaluasi kompetensi pelatihan petugas pengambil contoh dalam rangka inspeksi dan pengujian dengan komoditi pakan dengan sertifikat nomor SL/TPC.0167 tanggal 18 Mei 2006, telah lulus dari pelatihan auditor ISO 9001:2000 dengan sertifikat nomor CAT-06-002 tanggal 8 Juni 2007, berpartisipasi dalam pelatihan penyusunan dokumen sistem mutu ISO/IEC 17025:2005 yang diselenggarakan oleh Direktorat Mutu dan Standardisasi – Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian dengan nomor sertifikat 499/PP.120/BPMA/VII/08.

Selama mengikuti pendidikan di STMI penulis telah melaksanakan 2 kali Praktek Kerja Lapang yaitu di PT Kabelindo dengan melakukan penelitian pada proses produksi dengan alat peta control (control chart) dan di PT Coca Cola pada area kalibrasi dengan kontribusi melakukan penyusunan dokumen sistem mutu level I, II, III dan IV pada lab kalibrasi berdasarkan ISO/IEC 17025. Penelitian awal sebagai syarat tugas akhir studi dilakukan dengan tema tata letak pabrik di PT Kabelindo tetapi karena kendala jarak lokasi pabrik dan kantor tidak memungkinkan, maka tugas akhir diselesaikan dengan judul Aplikasi Metode Servqual pada Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) dalam upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Jasa.