Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan Di Kota Dan Kabupaten Bogor

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN
DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

NINDYA ANDIKA

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di
Kota dan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Nindya Andika
NIM H54110062

ABSTRAK
NINDYA ANDIKA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.
Utang di masyarakat meningkat dilihat dari meningkatnya jumlah debitur.
Utang masyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang. Namun pada
kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perilaku utang dan menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi keputusan masyarakat untuk berutang. Penelitian ini
dilakukan di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Data diperoleh
melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada 86 orang responden.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis faktor yang diolah
dengan menggunakan SPSS 16 dan analisis deskriptif. Hasil penelitian dengan
menggunakan metode analisis faktor menunjukkan terdapat lima faktor yang
memengaruhi masyarakat dalam berutang. Faktor-faktor yang memengaruhi
masyarakat untuk berutang adalah faktor memenuhi kebutuhan, ibadah 1, ibadah
2, perilaku berutang dan eksternal. Hasil analisis deskriptif mengenai perilaku
berutang menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat tidak setuju dengan perilaku
berutang.
Kata kunci: analisis faktor, Bogor, in-depth interview, perilaku utang

ABSTRACT
NINDYA ANDIKA. Analysis of Factors Affecting Debt Behaviour: Case study
three districs in Bogor city and regency. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
The public debt increased as seen from the increasing number of
borrowers. The public debt should be used to productive activities so that it can
improve people’s welfare. But in fact, the percentage of poor people is still high.
This study aims to analyze debt behaviors and factors that influence people's
decision to get into debt. This research was conducted in three districs in Bogor
city and regency. Data was obtained through questionnaires and interviews using
86 respondents. The analytical method is factor analysis method running with

SPSS 16 and a descriptive analysis. The results show that there are five factors
influencing people in debt. The factors are to meet the needs, worship 1, worship
2, debt behavior and external factors. The result of descriptive analysis about
people behavior shows that average people do not agree about the debt behavior.
Keywords: factor analysis, Bogor, in-depth interviews, behavioral debt

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN
DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

NINDYA ANDIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Program Studi Ekonomi Syariah

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus
Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor.” Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Depertemen Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ibu Lestari dan Bapak Nasikin, serta
saudara dari penulis yaitu Indi Susanti, Hesti Pangesti, Herawan Primadi, Heri
Purwanto, Ivan Fluorriyadi, Latifah Hevi Kinanti dan Khanifah Hevi Larasati
atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran dan
waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ibu
Dr. Eka Puspitawati selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas
kritik dan saran yang telah diberikan dalam memperbaiki skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M. Sc yang telah bersedia menjadi
narasumber dalam penelitian ini.
4.
Ibu Laily Dwi Arsyianti SE, M.Sc yang telah banyak memberi saran dan
arahan.
5.
Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.
6.
Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47, 48
dan 49 atas doa serta dukungannya.
7.

Teman-teman yang sudah banyak memberikan bantuan, doa, dukungan
dan sarannya Nurkholish Ardi Firdaus, Azmi, Icha, Mimi, Rika, Rini,
Anas, Angger Dini Wahyudi, Dina, Nida, Apri, Azka, Mega, Sandra, Kak
Riki, Kak Sari, Kak Dani, Kak Rani, Apri Wijaya, Kiki Andriyani,
Indriyani, Bayu Yudistira, Tri Wijiani, Henny, Reza Fitrian, Yuwana Eka,
Ferry Fayyadh, Ginanjar, Gangsar dan teman-teman satu bimbingan.
8.
Beasiswa Bidik Misi yang telah membantu sehingga penulis dapat
menjalankan kuliah dan penelitian dengan lancar.
9.
Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Cilacap (IMC), Sharia Economics StudentClub (SES-C), kos Citra Asri dan alumni SMA Negeri 1 Sampang atas doa
serta dukungannya.
10. Para responden dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016

Nindya Andika


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6


Konsep Perilaku

6

Konsep Utang

6

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pemikiran

13

METODE PENELITIAN

14


Jenis dan Sumber Data

14

Lokasi dan Waktu Penelitian

14

Metode Pengumpulan Data

14

Metode Pengolahan dan Analisis Data

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

17


Karakteristik Responden

17

Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan
Kabupaten Bogor

21

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang

24

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Skala likert
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Karakteristik responden berdasarkan pendapatan
Porsi utang yang dimiliki responden
Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki
Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur
Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku
utang
Rata-rata perilaku utang responden
Tabel hasil uji realibilitas
Tabel hasil uji KMO dan barlett’s test
Tabel total variance explained
Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang
Urutan faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang

15
18
19
20
21
22
22
23
23
24
25
25
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu
Laporan perkembangan jumlah debitur
Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum
berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor
Kerangka pemikiran
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang

1
2
4
13
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kuesioner penelitian
Variabel asli
Tabel r
Hasil uji validitas
Tabel anti-image correlation
Tabel communalities
Tabel total variance explained
Tabel rotated component matrix
Hasil wawancara In-depth interview dengan Prof. Dr. Ir. Ujang
Sumarwan M. Sc

35
40
40
41
42
43
44
45
46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam mengatur umatnya dalam setiap tindakan termasuk salah satunya
dalam melakukan kegiatan konsumsi. Prinsip dasar konsumsi dalam Islam ada
tiga yaitu prinsip halal, prinsip kebersihan dan menyehatkan (Thayyib) serta
prinsip kesederhanaan (Chaudhry 2012). Perilaku konsumsi Islami menuntut
seorang Muslim untuk bersikap sederhana dan tidak boros. Kebutuhan dan
keinginan seorang Muslim juga harus disesuaikan dengan anggaran yang ada
(Rozalinda 2014). Sesuai dalam sebuah hadis yang artinya “Allah akan
memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik,
membelanjakan dengan pertengahan, dan dapat menyisihkan kelebihan (surplus)
untuk menjaga hari ia miskin dan membutuhkannya.”(H.R. Ahmad dan Muslim)
Teori ekonomi konvensional menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah
dari konsumsi dan tabungan. Berdasarkan teori tersebut dapat diperoleh
persamaan konsumsi. Konsumsi adalah selisih antara pendapatan dan tabungan.
Perilaku konsumen berdasarkan pendapatan dan jumlah uang yang digunakan
untuk konsumsi pada prinsipnya ada tiga yaitu lender, borrower dan polonius
point (Karim 2007). Salah satu perilaku konsumen adalah borrower. Borrower
adalah keadaan dimana jumlah yang dikonsumsi lebih dari pendapatan (Karim
2007). Pada keadaan seperti ini biasanya seseorang akan meminjam uang dari
pihak lain (berutang).
Indonesia sebagai sebuah negara juga melakukan kegiatan konsumsi untuk
memenuhi kebutuhannya. Indonesia melakukan berbagai macam cara untuk
memenuhi kebutuhan belanja negara salah satunya dengan berutang. Laporan
kajian stabilitas keuangan Bank Indonesia (2014a) memaparkan utang luar negeri
Indonesia berdasarkan jangka waktu 2005 hingga Juni 2014 pada Gambar 1
berikut ini:

USD Miliar

120
94.8

100
80
60

40
20

101.5

83.2

36.5

40.5

10

7.9

2005

2006

40.3
10.3

44
12.9

50.9
13.1

57

12.4

67.9

20.4

20

23.1

24.6

0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

Tahun
Utang Jangka Pendek
Utang Jangka Panjang

2013

Juni
2014

Sumber: BI 2014 (diolah)

Gambar 1 Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu
Gambar 1 menunjukkan perkembangan utang luar negeri Indonesia yang
cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan utang luar negeri yang cukup
besar terjadi pada utang jangka panjang dibandingkan dengan utang jangka
pendek. Laporan perkembangan utang luar negeri Indonesia tersebut juga

2
menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk melakukan
utang.
Tujuan Indonesia berutang adalah untuk menutupi defisit anggaran belanja
negara yang belum bisa tertutupi oleh pendapatan dalam negeri Indonesia.
Anggaran belanja tersebut dialokasikan untuk rencana pembangunan yang
bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan yang adil yang
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun disisi lain masyarakat
juga harus ikut menanggung beban utang yang dilakukan oleh negara dengan cara
membayar pajak tiap periodenya. Kemakmuran dan kesejahteraan yang
diharapkan dari tindakan negara mengambil utang luar negeri pada akhirnya
masih belum bisa terpenuhi. Terbukti tingkat kemiskinan di Indonesia masih
tinggi. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan September 2014 sebesar
10.96% (BPS 2015a).
Kegiatan berutang bukan hanya dilakukan negara saja namun masyarakat
negara itu sendiri juga. Fitriani et al. (2009) melakukan penelitian mengenai
perilaku berutang yang dilakukan oleh kalangan etnis Betawi. Masyarakat Betawi
memiliki utang dalam jumlah yang banyak dan digunakan untuk kegiatan yang
sifatnya tidak mendesak yang dapat dipamerkan kepada orang lain. Penelitian
Meivani dan Arsal (2015) yang dilakukan kepada masyarakat desa Banjarsari
Kulon Kabupaten Banyumas juga menjelaskan bahwa masyarakat desa Banjarsari
Kulon memiliki kesepakatan yang khas yaitu melakukan transaksi jual beli di
warung kelontong dengan sistem utang piutang. Penelitian pada masyarakat
Betawi dan desa Banjarsari menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah
terbiasa dan menganggap utang sebagai hal yang wajar untuk dilakukan.
Masyarakat sudah banyak yang menggantungkan kehidupannya pada utang, baik
dalam jumlah berapa, kepada siapa dan untuk kepentingan apa.
Perkembangan utang di Indonesia dapat dijelaskan oleh perkembangan
jumlah debitur. Berdasarkan laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia
(2014b) jumlah debitur meningkat dari bulan Desember 2013 hingga Desember
tahun 2014. Peningkatan jumlah debitur ini terjadi di semua lembaga keuangan.
Gambar 2 menunjukkan peningkatan jumlah debitur setiap bulannya serta
menunjukkan terdapat tiga lembaga keuangan yaitu bank umum, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), dan perusahaan pembiayaan (PP). Masing-masing
lembaga tersebut menunjukkan jumlah debitur yang semakin meningkat setiap
bulannya.
80
Bank Umum
BPR
PP
60

Ribu

40
20
0

Bulan
Sumber: BI 2014 (diolah)

Gambar 2 Laporan perkembangan jumlah debitur

3
Gambar 2 menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank umum memiliki
jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Ratarata persentase peningkatan debitur setiap bulan yaitu sebesar 6.3%. Berdasarkan
laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia tahun 2014 di atas, porsi
jumlah debitur pada bank umum adalah sebesar 89% dari total debitur. Sedangkan
pada lembaga keuangan seperti BPR sebesar 9% dan PP sebesar 2% dari total
debitur.
Islam menganggap utang adalah aplikasi dari tolong menolong sehingga
berdasarkan ijma ulama utang diperbolehkan. Sesuai dengan firman Allah Swt.
pada surat Al-Hadid [57] ayat 11 yang artinya “Siapakah yang mau meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipatgandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”
Utang dalam Islam lebih dikenal dengan utang kebajikan atau biasa disebut
dengan qardhul hasan. Qardhul hasan tidak mensyaratkan kelebihan atau
tambahan jumlah pada saat pengembalian utang. Aplikasi utang saat ini juga
semakin marak ditawarkan kepada masyarakat oleh lembaga-lembaga keuangan.
Menurut Beik dan Arsyianti (2015) penyedia modal mungkin memiliki
keterampilan yang kurang memadai, kemampuan manajemen yang kurang
mumpuni dan waktu yang terbatas sehingga membutuhkan partner yang mampu
menjalankan usaha, memiliki kemampuan manajemen yang baik dan waktu yang
cukup untuk menjalankan operasional bisnis. Hal tersebut dapat dijadikan alat
untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan aset dan kekayaan, agar
kesenjangan yang muncul akibat perbedaan kemampuan manusia dapat
diminimalisir (Beik dan Arsyianti 2015). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
dengan adanya transaksi salah satunya utang piutang antara penyedia modal
(kreditur) dengan masyarakat (debitur) maka akan terjadi distribusi kekayaan yang
dapat digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas bisnis, sehingga dapat
memampukan atau menaikkan kejahteraan di kalangan masyarakat.
Utang memiliki beberapa manfaat positif terutama bagi sektor
perekonomian. Menurut Manning (2004) sistem kredit dan utang merupakan salah
satu kebijakan sistem ekonomi kapital agar proses produksi dan konsumsi tetap
berjalan. Menurut hasil penelitian Supramono dan Putlia (2010) menjelaskan
bahwa sebagian besar responden yang terdiri atas pelaku UKM menganggap
keberadaan utang sebagai sumber pendanaan merupakan stimulator untuk
memajukan usahanya karena utang dijadikan pemacu untuk bekerja lebih
produktif dan disiplin. Manfaat lain utang selain memperlancar proses produksi
dan konsumsi adalah dapat meningkatkan daya beli masyarakat (Ludvigson 1999).
Perumusan Masalah
Berdasarkan data statistik informasi debitur Bank Indonesia (2014b) dari
bulan Januari hingga Desember 2014, provinsi Jawa Barat menempati posisi
pertama provinsi dengan jumlah debitur terbanyak. Banyaknya debitur di provinsi
Jawa Barat pada bulan Desember 2014 tercatat terdapat sebanyak 8 124 620. Jawa
Barat juga menempati posisi provinsi paling tinggi pertama dengan netto
pinjaman lebih besar dari pada netto simpanan dibandingkan dengan provinsi
lainnya dari tahun 2012 hingga tahun 2014 berdasarkan laporan kajian stabilitas
keuangan Bank Indonesia (2015).

4
Bogor adalah salah satu daerah yang berada di Jawa Barat dengan jumlah
luas wilayah sebesar 3 108.86 km2 (BPS Jabar 2014a). Bogor juga memiliki
jumlah rumah tangga terbesar kedua setelah Bandung (BPS Jabar 2014b).
Menurut laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) Kota Bogor memiliki
kepadatan penduduk sebanyak 1 030 720 jiwa pada tahun 2014 dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 253 934.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi
pinjaman yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor
terbagi menjadi tiga yaitu modal kerja, investasi dan konsumsi. Gambar 3
menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin
meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2014.
1500

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

Juta

1000
500
0
2010

2011

Tahun

2012

2013

2014

Sumber: BPS Kota Bogor 2015 (diolah)

Gambar 3 Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum
berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor
Gambar 3 menunjukkan bahwa dari ketiga jenis penggunaan pinjaman
rupiah yang diberikan bank umum yang dilaporkan oleh BPS Kota Bogor
mengenai jumlah pinjaman rupiah diketahui modal kerja memiliki jumlah
pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pinjaman yang lainnya.
Namun pada pergerakannya jumlah pinjaman modal kerja dari tahun 2012 hingga
tahun 2014 selalu konsisten sebesar 1 miliar rupiah berbeda dengan pinjaman
untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman rupiah yang diberikan bank umum di
Bogor untuk konsumsi dan investasi selalu meningkat tiap tahunnya. Tetapi
pinjaman untuk konsumsi memiliki pergerakan yang selalu meningkat dan lebih
tinggi dibandingkan dengan pinjaman untuk investasi.
Berdasarkan laporan posisi pinjaman rupiah di atas dapat diketahui bahwa
modal kerja memiliki jumlah pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan
jenis pinjaman yang lainnya. Besar pinjaman dan pengalokasian pinjaman untuk
modal kerja tersebut dapat digunakan oleh masyarakat Bogor untuk melakukan
kegiatan yang produktif agar dapat meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraannya kearah yang lebih baik. Sehingga manfaat utang dapat dirasakan
masyarakat tidak hanya dirasakan sekali habis namun dapat dirasakan dalam
jangka yang panjang. Namun pada kenyataannya, persentase penduduk miskin
Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebesar 9.58% sedangkan Kota Bogor sebesar
9.19% (BPS Jabar 2014b). Data tersebut menunjukkan masih banyak penduduk
miskin yang seharusnya bisa diberdayakan dan dapat mengakses lembaga

5
keuangan melalui utang atau qardhul hasan untuk melakukan kegiatan
berproduksi yang bertujuan pada peningkatan kehidupannya.
Untuk itu, diperlukan sebuah studi yang mengidentifikasi tentang perilaku
utang masyarakat dan faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi masyarakat
dalam berutang. Berdasarkan penjelasan diatas maka permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan
Kabupaten Bogor?
2.
Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di
Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan
Kabupaten Bogor.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan
di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun pihak lain yang berkepentingan. Manfaat tersebut antara lain:
1.
Sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan
acuan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk bahan penelitian
lanjutan.
2.
Sebagai bukti empiris mengenai gambaran tentang perilaku berutang dan
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di
Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang.
3.
Sebagai sumber informasi bagi para pembuat kebijakan untuk dijadikan
rujukan dalam merancang strategi atau kebijakan terhadap program utang
yang telah ditawarkan di masyarakat, sehingga manfaat kebijakan tidak
hanya dirasakan oleh suatu pihak yang mendapatkan keuntungan saja
namun seimbang manfaat yang dirasakan bagi masyarakat.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perilaku utang dan faktor-faktor
yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Penelitian ini dilakukan pada
masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor yang diambil secara
acak dengan responden adalah para masyarakat tiga kecamatan tersebut baik yang
memiliki dan tidak memiliki utang. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan
wawancara langsung kepada responden yang diambil secara acak melalui sampel
non acak. Responden berjumlah 86 orang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor pada bulan Agustus
hingga September 2015.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perilaku
Para psikolog memandang perilaku manusia (human behavior) adalah suatu
reaksi yang bisa bersifat sederhana ataupun kompleks. Menurut Azwar (2013)
faktor lingkungan mempunyai kekuatan yang lebih besar dalam menentukan
individu, bahkan terkadang kekuatan faktor lingkungan jauh lebih besar daripada
karakteristik atau faktor individu itu sendiri. Muhamad (2008) menyatakan bahwa
ekonomi adalah suatu studi tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan
pengalokasian sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Bagaimana
manusia memenuhi kebutuhan pengalokasian sumber daya tersebut sangat
tergantung pada sistem nilai yang mengatur perilakunya.
Konsep Utang
Pengertian Utang
Utang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah uang yang dipinjam
dari orang lain. Utang piutang (al- qardl) adalah memberikan sesuatu kepada
seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu (Huda et
al. 2012). Utang (al-qardhu) menurut bahasa yaitu potongan, sedangkan menurut
syar’i adalah menyerahkan uang kepada orang yang bisa memanfaatkannya,
kemudian ia meminta pengembaliannya sebesar uang tersebut (Nawawi 2012).
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah qardh adalah penyediaan dana atau
tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan
pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Menurut fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 19 tentang Al-qardh menjelaskan pengertian alqardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang
memerlukan.
Dasar Hukum Utang
Utang sebagai salah satu bentuk kegiatan mu’amalah yang mengandung
unsur sosial telah diterangkan secara jelas di dalam Al-Quran dan hadis.
Mu’amalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial (Suhendi 2011).
Mu’amalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hal tukar menukar harta, salah satunya adalah utang piutang (Ali 2009).
Mu’amalah juga diartikan sebagai aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia (Mardani 2012). Oleh sebab itu utang dijadikan sebagai salah
satu bentuk ibadah kepada Allah dengan cara saling menolong antara sesama
manusia. Dasar hukum yang digunakan untuk menerangkan utang sebagai bentuk
mu’amalah yaitu:

َ‫تعا َن اَعََالْ ربَ التَ ْق ٰ ََۖ ََتعا ن اَعَ َْاَ َْْ الْع ْد انََۚ ات َق ا‬
ِ

7

َ‫َاََشديدَالْعقاب‬
َ ‫َاَََۖا َن‬
ِ
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
(Q.S. Al-Maidah [5]: 2)
Ayat Al-Quran lain yang menjelaskan bahwa Allah Swt mengajarkan
hamba-Nya untuk meminjamkan sesuatu yang baik bagi agama Allah Swt. adalah:

َ َ ْ ‫َم‬
َ‫َاََق ْرضاَحس ناَفيضاعفهَََ ََ َأ ْجرَكري‬
َ ‫اَاَ َي ْقرض‬
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak.”(Q.S. Al-Hadid [57]: 11)
Al-Quran juga menjelaskan bagaimana tata cara dalam melakukan transaksi
utang piutang dan salah satu ketentuannya tidak boleh mengandung unsur riba
dalam transaksinya. Q.S. al-Baqarah [2]: 282 yang menyatakan bagaimana tata
cara berutang agar dilakukan secara tertulis dan Q.S. al-Baqarah [2]: 279
menjelaskan larangan riba terhadap segala jenis transaksi termasuk utang piutang.

َ ‫ََ َأُه‬
ََۚ ‫اَاَي َأم اَا اَتداين ْ َُْبد ْي َا ََٰ َأج َمس ً َفا ْكتب‬
ِ
ِ
َ‫لْي ْت ْبَبيْ ََُْتبَِلْع ْدل‬
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis dan hendaklah seseorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar..."(Q.S. al-Baqarah [2]: 282)

َ‫َاََ س َََۖ ا ْنَت ْب َُْفل َُْ ء س‬
َ ‫فا ْنَل ْمَت ْفعل اَفأْ ن اَِ ْربَم‬
ِ
ِ
ْ َ َ‫َتظل ن‬
ْ ََُْ ‫َأ ْم ال‬
َ‫َتظل ن‬
“Jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Jika kamu bertaubat maka bagimu
adalah pokok hartamu. Tidak ada diantara kamu orang yang menganiaya dan
tidak ada yang teraniaya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 279)
Dasar hukum lain mengenai mu’amalah utang piutang juga banyak
dijelaskan dalam hadis. Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa menolong orang lain
yang sedang membutuhkan utang besar pahalanya dapat dibandingkan dengan
pahala bersedekah. Salah satu hadis menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah

8
bersabda “Seseorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolaholah ia telah bersedekah kepadanya satu kali.”(H.R. Ibnu Majah) Hal tersebut
juga pernah dijelaskan Rasulullah Saw. dalam hadis lain yaitu diriwayatkan Anas
bin Malik menjelaskan bahwa Rasulullah mengatakan selama perjalanan Mikraj,
aku melihat tulisan pada pintu surga orang yang memberikan sedekah dihargai
sepuluh kali lipat, orang yang memberikan pinjaman dihargai delapan belas kali
lipat. Lalu aku bertanya kepada Jibril, Wahai Jibril mengapa orang yang
memberikan pinjaman mendapat imbalan (pahala) yang lebih besar? Jibril
menjawab, karena orang yang meminta (memerlukan sedekah) kadang memiliki
(sesuatu yang diberikan kepadanya), akan tetapi orang yang memberikan
pinjaman, pada dasarnya memberikan sesuatu karena memang benar-benar
dibutuhkan.”(H.R. Ibnu Majah)
Rasulullah Saw. semasa hidupnya juga pernah berutang. Hadis yang
menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berutang yaitu “Aisyah istri dari
Rasulullah Saw. melaporkan bahwa Rasulullah wafat sedangkan baju perangnya
masih di tangan seorang Yahudi sebagai jaminan utang beliau sebesar tiga puluh
sha’bur.”(H.R. Bukhari). Hadis lain yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah berutang adalah Dari Abu Rafi’i: Sesungguhnya Nabi Saw. berutang dari
seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau unta dari unta-unta sedekah
(zakat), lalu beliau menyuruh Abu Rafi’i untuk melunasi utangnya kepada lelaki
itu berupa anak unta yang tersebut. Kata Abu Rafi’i: tidak saya dapati selain unta
yang baik yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah), lalu beliau
bersabda: berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena sesungguhnya sebaikbaiknya orang adalah orang yang paling baik cara melunasi utangnya.”(H.R.
Muslim). Hadis tersebut selain menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
mempraktikkan mu’amalah dalam bentuk utang tetapi juga menjelaskan bahwa
sesungguhnya beliau memberikan teladan untuk memiliki niat melunasi utang dan
memilih cara yang paling baik dalam melunasi utangnya.
Dasar hukum lain mengenai mu’amalah utang piutang didasarkan fiqh
muamalah adalah segala bentuk muamalah dasarnya boleh kecuali ada dalil yang
melarangnya.

ْ َ‫ا َأ ْص ََِالْ عاماتَ ْاَِحةَاَََأَ ْنَيد ََلَ ل ْي َع‬
‫ََريْ ها‬
ِ ِ

Ijma ulama menganggap utang dalam Islam adalah aplikasi dari tolong
menolong, sehingga mereka menetapkan bahwa utang diperbolehkan.

Konsep Qardh Hasan dalam Islam
Menurut Nurhayati dan Wasilah (2013) qardhul hasan adalah pinjaman
tanpa dikenakan tambahan biaya, pinjaman hanya diwajibkan untuk membayar
sebesar pokok utangnya. Pinjaman qardhul hasan adalah pinjaman yang sesuai
dengan ketentuan syariah karena tidak mengandung unsur riba didalamnya. Cara
pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan
penerima pinjaman. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta pengembalian yang
lebih besar dari pinjaman yang diberikannya, tetapi biaya administrasi
diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam. Peminjam juga boleh
memberikan kelebihan dari pokok pinjaman atas dasar kemauan sendiri bukan
karena diperjanjikan di awal peminjaman (Nurhayati dan Wasilah 2013).

9
Syarat dan Rukun Utang
Syarat utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu:
1.
Besarnya pinjaman harus diketahui dengan takaran, timbangan atau
jumlahnya.
2.
Sifat pinjaman dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan.
3.
Pinjaman tidak sah dari orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa
dipinjam atau orang yang tidak normal akalnya.
Rukun utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu:
1.
Pemilik barang (muqridh)
2.
Yang mendapatkan barang atau pinjaman (muqtaridh)
3.
Serah terima (ijab qabul)
4.
Barang yang dipinjamkan (qardh)

1.

2.

3.

Rukun dan syarat qardh menurut Mardani (2012) yaitu:
Shighat
Shighat adalah ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan di antara fukaha bahwa
ijab kabul itu sah dengan lafaz utang dan dengan semua lafaz yang
menunjukkan maknanya.
‘Aqidain
‘Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi utang dan
yang meminta utang. Syarat bagi ‘aqidain adalah merdeka, baligh, berakal
sehat dan pandai (rasyid, dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk).
Harta yang diutangkan
Syarat harta yang diutangkan adalah:
1. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama
lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan
perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang dapat ditakar,
ditimbang, ditanam dan dihitung.
2. Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah
menggunakan manfaat (jasa).
3. Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan sifatnya.

Hikmah dan Manfaat Utang
Hikmah dan manfaat disyariatkannya utang (Mardani 2012) yaitu:
1.
Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling tolong menolong
dalam kebaikan dan ketaqwaan.
2.
Menguatkan ikatan ukuwah (persaudaraan) dengan cara mengulurkan
bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan dan
meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.
Risiko dan Bahaya Utang
IMF dan World Bank (2001) mengidentifikasi beberapa resiko yang
dihadapi suatu negara terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu:
1.
Market risk adalah risiko yang berkaitan dengan fluktuasi suku bunga, nilai
tukar mata uang, harga komoditas dan inflasi.
2.
Funding risk adalah risiko ketika pemerintah memerlukan dana untuk
pembiayaan anggaran ataupun roll-over utang pada tingkat yang dapat

10

3.

4.
5.

diterima. Risiko ini terkait dengan kemampuan pemerintah untuk
melakukan pinjaman baru yang dibutuhkan.
Liquidity risk adalah risiko yang berkenaan dengan manajemen kas
pemerintah. Risiko likuiditas terjadi ketika okum (kas) menurun dengan
cepat karena timbulnya kewajiban pembayaran yang tidak diantisipasi
sebelumnya atau kesulitan dalam memperoleh kas melalui pinjaman jangka
pendek.
Credit risk adalah risiko yang berkaitan dengan kinerja yang rendah dari
peminjam atas kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak.
Operational risk adalah berbagai jenis risiko seperti kemungkinan kesalahan
berbagai tahapan pelaksanaan dan pencatatan transaksi, ketidakcukupan atau
kegagalan okum, risiko reputasi, risiko okum, risiko keamanan dan risiko
bencana alam yang memengaruhi aktivitas pemerintah.

Bahaya yang ditimbulkan dari semakin tingginya tingkat pinjaman atau
utang menurut Jenkins (2008) yaitu debitur yang memiliki utang akibat
penggunaan kredit secara berlebihan dan tidak mampu membayar konsekuensi
kreditnya umumnya akan mengalami konsekuensi finansial negatif seperti
penyitaan rumah, serta dapat mengalami stres dan depresi sebagai konsekuensi
psikologis negatif. Sebuah hadis menyatakan bahwa “utang adalah suatu
kehinaan yang akan menyibukan hati dan pikiran. Utang adalah suatu yang dapat
membuat gelisah dan rendah hati di hadapan orang yang meminjamkan uang.”
(Al-Jami Ahkamil Qur’an, Al Qurtubi)
Prinsip Utang
Prinsip utang menurut Beik (2009) antara lain:
1.
Utang adalah alternatif terakhir ketika segala usaha untuk mendapatkan
dana secara halal dan tunai mengalami kemandekan atau the last option.
2.
Apabila terpaksa untuk berutang maka jangan berutang diluar kemampuan.
3.
Apabila utang telah dilakukan maka harus ada niat untuk membayarnya.

1.

2.
3.

4.

5.
6.

Prinsip utang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis yaitu:
Islam hanya mengenal adanya qardh hasanah (utang kebajikan). Utang
boleh berbentuk apa saja berbentuk barang atau pun uang, besar atau kecil,
untuk keperluan pribadi orang yang berutang atau untuk bisnis. Tetapi utang
tidak boleh diberikan dengan bunga.
Utang tidak dibenarkan kecuali karena adanya kebutuhan yang mendesak.
Kreditur dan debitur melakukan kontrak utang dengan menggunakan
kontrak tertulis dan disaksikan oleh dua orang saksi serta menetapkan syarat
dan ketentuan pelunasannya karena utang dengan perjanjian verbal saja
dapat menimbulkan perselisihan, penipuan, dan masalah hukum.
Pemberi pinjaman atau kreditur boleh meminta jaminan dalam bentuk aset
atau harta dari debitur sebagai jaminan pelunasan utang atau biasa disebut
gadai (Rahn).
Pelunasan utang adalah prioritas pertama sebelum harta almarhum dibagi di
antara para ahli waris.
Pelunasan utang yang lebih dari jumlah yang dipinjam halal, asalkan tidak
diperjanjikan terlebih dahulu.

11
7.
8.
9.

10.
11.

12.
13.

Utang harus dilakukan dengan niat untuk melunasinya.
Kreditur berhak untuk menggunakan kata-kata keras kepada debitur yang
tidak mengembalikan utangnya.
Apabila debitur berada dalam keadaan susah dan serba kurang serta posisi
keuangannya tidak memungkinkan untuk mengembalikan utangnya, maka
kreditur hendaknya menunda penagihan hingga posisi keuangan debitur
membaik dan mampu melunasi utangnya.
Debitur berhak menerima zakat untuk meringankan beban utangnya.
Apabila terjadi perselisihan antara debitur dan kreditur mengenai
pengembalian utang dan debitur tidak mampu memenuhi permintaan
kreditur, maka penguasa atau hakim harus mencoba menengahi keduanya.
Membebaskan debitur miskin adalah perbuatan yang amat terpuji yang akan
mendapatkan pahala yang besar.
Apabila seorang miskin meninggal dunia dan meninggalkan utang yang
belum dibayar serta tidak memiliki harta untuk membayar utang tersebut,
maka Negara Islam bertanggung jawab membayar utang tersebut jika
Negara memiliki kemampuan finansial untuk melakukannya.
Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam
berutang dan perilaku masyarakat dalam berutang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Namun, penelitian yang mengkaji perilaku dan faktor masyarakat dalam
berutang yang dikaji dan dilihat dari sudut pandang perspektif Islam secara
kuantitatif dengan metode analisis faktor masih jarang dilakukan. Beberapa
penelitian yang dijadikan sebagai rujukkan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai
berikut.
Penelitian Arsyianti dan Beik (2015) bertujuan menganalisis faktor yang
memengaruhi rumah tangga berpenghasilan rendah untuk memiliki utang lebih
dari atau sama dengan 50 persen. Metode yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa rumah tangga yang paling mungkin memiliki
utang lebih dari atau sama dengan 50 persen adalah rumah tangga yang kepala
rumah tangga yang berusia 45 tahun ke atas, memiliki 5 atau lebih tanggungan
dikeluarganya dan memiliki rumah. Sementara yang paling mungkin adalah ketika
kepala rumah tangga berasal dari Jakarta, tidak khawatir tentang kondisi
perekonomian domestik di masa mendatang dan memiliki pendapatan yang lebih
dari 80 USD per bulan. Variabel-variabel lain seperti tingkat pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, lembaga pembiayaan dan porsi amal per pendapatan
terbukti tidak signifikan memengaruhi rumah tangga untuk memiliki utang.
Penelitian Fitriani et al. (2009) menunjukkan dua hasil penelitian, yaitu (1)
gambaran prioritas tipe nilai motivasional pada debitur orang Betawi
menunjukkan bahwa debitur orang Betawi lebih menganggap penting nilai-nilai
kolektivis dibandingkan nilai nilai individualis, serta (2) tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara prioritas tipe nilai motivasional dan perilaku berutang pada
etnis Betawi.
Renanita dan Hidayat (2013) melakukan penelitian pada masyarakat yang
memiliki penghasilan tetap. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada lima
yaitu skala sikap terhadap perilaku berutang, skala norma subjektif, skala

12
perceived behavioral control, skala intensi dan skala perilaku. Hasil penelitian ini
adalah perilaku berutang dipengaruhi oleh intensi berutang. Intensi berutang
dipengaruhi oleh norma subjektif.
Penelitian Manara dan Hidayat (2011) menggunakan angket dan variabel
demografi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak dan
pendidikan. Hasil penelitian pada penelitian ini adalah tujuan konsumen berutang
yaitu tujuan produktif dan konsumtif. Berdasarkan variabel-variabel demografi
terdapat tiga variabel yang membedakan konsumen menerima dan menolak utang
yaitu usia, status pekerjaan, dan pernah berutang atau tidak dalam sepuluh tahun
terakhir. Semakin tua usia maka kecenderungan berutang semakin rendah.
Berdasarkan status pekerjaan, pekerja honorer memiliki kecenderungan berutang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS. Berdasarkan konsumen yang pernah
atau tidak pernah berutang dalam sepuluh tahun terakhir hampir sebagian yang
menerima dan sebagian yang menolak. Kecederungan tersebut dipengaruhi oleh
sikap terhadap utang.
Penelitian dilakukan oleh Anindika (2009) menggunakan responden yang
dijadikan sebagai sampel sebanyak 70 orang. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian
kredit, penggunaan kredit untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, tingkat
pendidikkan berpengaruh positif dalam taraf signifikansi 5% terhadap besarnya
pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten. Sedangkan variabel rasio
nilai taksiran dengan jumlah pinjaman ternyata berpengaruh negatif terhadap
besarnya pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten, berarti setiap
penambahan rasio akan mengurangi besarnya pengambilan kredit.
Penelitian dilakukan oleh Sumarwan (2002) bertujuan melihat sikap
konsumen terhadap tabungan dan kredit serta melihat kepemilikan kartu kredit,
kredit kendaraan dan kredit perumahan. Hasil penelitian disajikan dengan
menggunakan persentase hasil jawaban responden pada kuesioner secara
keseluruhan. Responden memiliki sikap yang positif terhadap kredit, dibuktikan
oleh hasil kuesioner sebanyak 75% responden menyatakan bahwa bukanlah hal
yang buruk untuk membeli sesuatu dengan kredit asalkan bisa membayarnya
sesuai dengan kemampuan mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
salah satu kredit konsumen yang paling popular adalah kartu kredit. Kartu kredit
bukan hanya sudah menjadi bagian dari kelengkapan pribadi seorang konsumen
tetapi juga keluarga.
Penelitian dilakukan oleh Vendi (2014) menggunakan metode penelitian
analisis faktor. Data yang digunakan adalah data primer dengan 50 orang
responden. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi
muzakki Kabupaten Dharmasraya dalam membayar zakat, yaitu faktor kepuasan,
keimanan, faktor kecakapan OPZ, sosialisasli dan publikasi, balasan dan faktor
regulasi. Faktor yang sangat memengaruhi muzakki dalam membayar zakat adalah
faktor kepuasan muzakki.

13
Kerangka Pemikiran
Islam memandang utang diperbolehkan karena merupakan aplikasi kegiatan
mu’amalah yaitu saling tolong menolong. Utang dalam cakupan negara bertujuan
untuk menutupi defisit anggaran belanja negara yang dialokasikan untuk rencana
pembangunan yang bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan dari tindakan negara mengambil
utang luar negeri masih belum bisa terpenuhi. Terbukti masyarakat juga harus ikut
menanggung beban utang dan tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi.
Kegiatan berutang dimasyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang
produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan seseorang.
Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi.
Penelitian ini difokuskan dalam menganalisis perilaku berutang dan faktor-faktor
yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor
dalam berutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan
analisis faktor. Setelah dilakukan analisis terhadap perilaku berutang dan faktorfaktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang, diharapkan ada output
yang dapat dijadikan sebagai saran atau rekomendasi terhadap pihak-pihak
tertentu. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.
Islam memandang utang
diperbolehkan
Tujuan utang yang dilakukan oleh
negara maupun perorangan yaitu
agar terpenuhinya kemakmuran
dan kesejahteraan

 Masyarakat ikut menanggung
beban utang yang dilakukan
oleh negara.
 Utang dimasyarakat seharusnya
dapat digunakan untuk kegiatan
yang produktif.
 Tingkat kemiskinan masih
tinggi

Memiliki Utang

Tidak Memiliki Utang

Analisis faktor-faktor yang
memengaruhi utang

Perilaku terhadap utang
Analisis
Deskriptif

Analisis Faktor
Rekomendasi
Kebijakan
Gambar 4 Kerangka pemikiran

14

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dan wawancara secara
langsung dengan masyarakat di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal
dan Bogor Tengah, Bogor. Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan
menunjang data primer. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen dan
laporan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, buku, tesis, skripsi, jurnal dan
internet.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ranca Bungur, Tanah Sareal dan
Bogor Tengah, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data Bank Indonesia (2014b)
dari bulan Januari hingga Desember 2014 provinsi Jawa Barat menempati posisi
pertama provinsi dengan jumlah debitur terbanyak dan memiliki jumlah rumah
tangga kota dan kabupaten terbesar kedua setelah kota dan kabupaten Bandung.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi pinjaman
yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor juga
menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin
meningkat baik dari pinjaman untuk modal kerja, investasi dan konsumsi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2015.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua proses, yaitu kuesioner
dan wawancara. Data diambil dengan metode wawancara kepada para masyarakat
di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor
yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak).
Pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur
memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok yang
diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda 2009). Pemilihan responden
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa resonden adalah
masyarakat yang memiliki dan tidak memiliki utang. Responden yang menjadi
sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 responden.
Metode wawancara mendalam (in-depth interview) juga digunakan untuk
menganalisis pandangan dan solusi perilaku berutang oleh salah seorang pakar
yaitu Prof. Ujang Sumarwan, Kepala Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Fakultas Ekologi dan Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hasil wawancara
mendalam (in-depth interview) digunakan untuk mendukung dan memperjelas
hasil penelitian analisis perilaku berutang maupun hasil analisis faktor-faktor yang
memengaruhi masyarakat dalam berutang.

15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk
tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan
data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat dari responden.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan
Statistical Package for Social Science (SPSS) 16. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif dan analisis faktor.
Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Utang
Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi masyarakat di tiga
kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang adalah metode
deskriptif, yaitu dengan melihat skor penilaian responden terhadap perilaku utang.
Sampel dalam analisis ini adalah masyarakat yang memiliki dan yang tidak
memiliki utang.
Pengumpulan data primer mengenai persepsi masyarakat di tiga kecamatan
di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang diperoleh melalui
kuesioner. Pengisian kuesioner tersebut akan menghasilkan jawaban, dimana
jawaban tersebut masing-masing memiliki bobot penilaian dari setiap pertanyaan
yang telah ditentukan. Penilaian atas perilaku utang dinilai menggunakan skala
likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi
seseorang mengenai kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2009). Skala likert
digunakan untuk mengukur variabel yang akan dijabarkan menjadi sub variabel
yang memiliki indikator terukur, yaitu contoh sebagai berikut (Tabel 1):
Tabel 1 Skala likert
Nilai
Keterangan
5
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Netral
2
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
Analisis Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang
Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi
masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang adalah
metode analisis faktor. Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk meringkas
sejumlah variabel yang saling terkorelasi, menjadi beberapa kelompok (faktor)
yang masing-masing menggambarkan suatu dimensi atau konsep tertentu (Firdaus
et al. 2011). Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel yang
berkorelasi kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan.
Variabel yang memiliki korelasi tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor.
Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka
variabel itu akan dikeluarkan dalam analisis.
Proses analisis faktor tidak membutuhkan sebuah model khusus karena
merupakan interdependence techniques, artinya tidak ada variabel dependen

16
maupun variabel independen dalam analisis tersebut. Berbeda dengan analisis
dependence technique seperti regresi berganda yang mempunyai sebuah variabel
dependen dan beberapa variabel independen. Dalam melakukan analisis faktor ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan (Santoso 2010) yaitu:
1.
Menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis.
2.
Uji variabel
a. Uji validitas dan realibilitas
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis harus diuji terlebih
dahulu dengan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas merupakan
pengujian yang dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya variabel
pertanyaan penelitian yang diteliti. Jumlah responden dalam uji validitas ini
adalah 86 responden dengan 17 variabel pertanyaan. Pengujian validitas
kuesioner pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16 dengan
metode Korelasi Pearson, yaitu dengan cara mengorelasikan skor variabel
dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan dari seluruh variabel.
Hasil uji validitas dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Validitas
Statistic. Kaidah keputusan validitas yaitu (Priyatno 2014):
a. Jika rhitung