Intervensi NATO dalam Konflik di Negara Libya.

subjek hukum internasional lainnya personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum internasional. 92 Personalitas hukum organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum nasional, pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi organisasi internasional itu sendiri yang berada di wilayah suatu negara anggota, bagi wakil-wakil dari negara anggota dan bagi pejabat-pejabat sipil internasional yang bekerja pada organisasi internasional tersebut. 93 Personalitas hukum dari suatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum internasional, pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki suatu kapasitas untuk melakukan prestasi hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara-negara anggotanya, termasuk kesatuan entity lainnya. 94 Suatu organisasi internasional hanya dapat melaksanakan kapasitas hukum yang dimilikinya dalam batas-batas dan untuk tujuan yang telah ditetapkan oleh piagam konstitutif organisasi tersebut. Dengan demikian, personalitas hukum yang dimiliki suatu organisasi internasional adalah bersifat fungsional. 95

C. Intervensi NATO dalam Konflik di Negara Libya.

Terdapat kontradiksi terhadap tindakan intervensi internasional terhadap suatu negara. Sebgaimana telah diuraikan diatas bahwasanya tindakan intervensi 92 Ibid., hal. 58. 93 Sumaryo Suryokusumo, op.cit., hal. 116. 94 Ibid, hal. 120. 95 Boer Mauna, Op.Cit.,. hal. 480. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berhubungan dengan masalah kedaulatan suatu negara dimana suatun negaraatu organisasi internasional tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri suatu negara lain. Hal ini dinayatakan dalam pasal 2 ayat 4 Piagam PBB. 96 a. Preemptive intervention, yakni intervensi dapat dilakukan akibat terjadinya situasi perang yang “mendadak” imminent. Intervensi tidak boleh dilakukan dalam situasi preventive war, yakni suatu keadaan dimana telah diyakini bahwa perang merupakan tindakan terbaik untuk segera Namun pelarangan tindakan kekerasan bersenjata sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut tidaklah absolut, jika penggunaan kekerasan tersebut tidak mengancam kesatuan wilayah atau kebebasan politik dari suatu negara. Serta tindakan tersebut harus tidak bertentangan dengan piagam PBB. Kedaulatan negara memang merupakan pondasi pokok dalam relasi antarnegara. Akan tetapi, ia tidak bersifat absolut. Saat negara gagal untuk melindungi dan bahkan melakukan pembunuhan secara terus-menerus terhadap penduduknya, maka secara otomatis kedaulatannya akan pudar. Intervensi kemanusiaan humanitarian intervention merupakan suatu prinsip dalam hukum kebiasaan internasional, dimana suatu negara berdaulat diintervensi oleh negara lain dikarenakan adanya suatu peristiwa seperti perang sipil, krisis kemanusiaan atau kejahatan kemanusiaan yang terjadi dalam suatu negara berdaulat. Intervensi dengan jalan kekerasan atau militer dapat dibenarkan jika kondisinya sebagai berikut : 96 Pasal 2 ayat 4 Piagam PBB : “ All member shall refrain in their international relation from the threat or usu of force against tne teritirial integrity or political independence of anny state, or in any other manner inconsictent with the purpose of the United Nation.” UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilakukan daripada menundanya. Alasan tidak dapat dilakukan intervensi dalam keadaan ini dikarena di dalam preventive war tidak terdapat situasi bahaya yang jelas no clear and present danger. b. Intervensi dibutuhkan guna menyeimbangkan intervensi sebelumnya. Intervensi ini dimaksudkan guna melindungi masyarakat local dimana sebelumnya telah mengalami intervensi. c. Intervensi dilakukan untuk membantu mendapatkan hak oleh kelompok yang ingin memisahkan diri. Hal ini bukan berarti bantuan dapat diberikan bagi semua kelompok yang ingin memisahkan diri, sebab untuk membentuk suatu negara yang sah, masyarakat harus dapat memberikan pengorbanan dan perlawanan bagi kemerdekaan mereka sendiri. d. Intervensi dilakukan guna mebantu masyarakat suatu negara yang terancam dengan pembunuhan massal. Diberlakukannya tindakan intervensi kemanusiaan pada hakikatnya adalah untuk melaksanakan misi kemanusiaan, di mana misi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mengedepankan hak-hak asasi manusia.Intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh masyarakat internasional melalui organisasi-organisasi internasional danatau lemabaga-lemabaga regional terhadap suatu negara harus boleh lepas dari hak asasi manusia. Konflik yang terjadi pada suatu negara dapat menimbulkan efek berantai bagi negara lain. Oleh karena itu menghentikan konflik tersebut harus segera dilakukan guna menyelesaikannya. Pada dasarnya intervensi selalu berkaitan dengan masalah kedaulatan suatu negara. Intervensi yang hanya berkaitan dengan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hubungan diplomatik bukanlah suatu masalah atau belum dapat dikategorikan kedalam pelanggaran terhadap kedaulatan suatu negara. Intervendi yang mengakibatkan pengambilalihan kekuasaan negara baru dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Namun perlu juga diketahui bahwa intervensi terhadap suatu negara dapat dilakukan dengan syarat keadaan suatu negara tersebut mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Sebgaimana dikemukakan oleh Ali Sastromijojo,S.H., beliau mengatakan bahwa : 97 J.G Starke mengungkapkan bahwa, intervensi terhadap suatu negara belum tentu merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum internasional. Berhubungan dengan hal tersebut, ia memberikan syarat agar intervensi dikatakan sah apabila : Intervensi itu meskipun bisa dilakukan sewaktu-waktu dalam taraf perkembangan sengketa antar negara, tetapi lazimnya dijalankan pada saat kalau pihak yang bersengketa akan mengakibatkan perang. Jika demikian intervensi dapat dilakukan guna mencegah terjadinya perang. Negara yang mengintervensi tidak boleh memihak pada salah satu pihak. 98 1. Intervensi kolektif yang ditentukan dalam Piagam PBB. 2. Untuk melindungi hak dan kepentingan serta keselamatan warga negara pada negara yang sedang mengalami konflik. 3. Pembelaan diri. 4. Berhubungan dengan negara protektorat atas dominannya. 5. Jika negara yang diintervensi dianggap telah melakukan pelanggaran berat atas hukum internasional. Kentuan bentuk daripada intervensi diatur dalam pasal 51 Piagam PBB, dimana dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa suatu intervensi dapat 97 Ali Satromidjoyo, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Batara,1971. hal. 191. 98 J.G.Starke, Op.Cit, hal. 137. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilakukan atas nama PBB atau secara kolektif dengan tujuan self defence terhadap suatu keadaan yang dapat membahayakan perdamaian atau merusak perdamaian atau meupakan suatu agresi. Bentuk lain daripada intervensi yang diperbolehkan adalah dengan cara blokade pada waktu damai. Intervensi ini dilakukan untuk memaksa suatu negara memenuhi kewajibannya. Blockade dalam waktu damai dijalankan apabila penyelesaian sengeketa dengan jalan perundingan telah dilakukan tetapi menemui jalan buntu. Intervensi yang tidak dapat dilakukan dengan alasan apapun atau yang dapat dijadikan sebagai alasan pembenaran intervensi adalah intervensi yang nyata-nyata akan menimbulkan atau memperparah keadaan. Tindakan intervensi seperti ini tidak akan memberikan penyelesaiaan menuju perdamaian. Bentuk daripada intervensi ini mengacu pada propaganda atau kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan untuk menciptakan terjadinya perang saudara di negara yang mengfalami konflik tersebut. 99 Terkait dengan konflik yang terjadi di Libya, intervensi yang dilakukan NATO didasarkan atas Resolusi Dewan Keamanan NO.1973 tanggal 17 Maret 2011.Resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB tersebut mengizinkan semua tindakan seperlunya untuk melindungi tempat-tempat sipil dan 99 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menerapkan gencatan senjata terhadap militer pemimpin Libya. Sebagaimana dinyatakan dalam Resolusi tentang situasi di Libya : 100 ”Authorizes Member States that have notified the Secretary-General and the Secretary-General of the League of Arab States, acting nationally or through regional organizations or arrangements, to take all necessary measures to enforce compliance with the ban on flights imposed by paragraph 6 and 7 above, as necessary, and requests the States concerned in cooperation with the League of Arab States to coordinate closely with the Secretary General on the measures they are taking to implement this ban, including by establishing an appropriate mechanism for implementing the provisions of paragraphs 6 and 7” Serta Pasal 9 menyebutkan bahwa : Calls upon al Member states, acting or trhough regional organization or arrengements, to provide assistance, including anny necessary overfligt approvals, for the purpose of implementing paraghraphs 4, 6, 7and 8 above. Terkait persoalan Libya di atas dari resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB 1973 dapat diketahui bahwa yang dijadikan acuan oleh DK PBB jika diliahat dari kenteuan piagam PBB maka hal itu Dinyatakan dalam resolusi bahwa negara-negara anggota dapat mengambil semua langkah-langkah yang diperlukan demi menegakkan maupun secara organisasi regional setelah pembertitahuan kepada Sekretaris Jendral PBB dan Sekretaris Jenderal Negara Liga Arab. Jika dikaitkan dengan ayat 6 dan 7 Resolusi No.1973, tujuan daripada kebijakan zona larangan terbang itu bertujuan untuk tujuan kemanusiaan yakni melindungi warga sipil,memberikan bantuan berupa obat-obatan dan makanan kepada rakyat Libya. 100 Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1973 tentang Situasi Di Libya. Diakses tanggal 17 Maret 2011. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sesaui dengan pasal 41 dan pasal 42 yang mana pasal ini didahului pasal 39; berikut: Pasal 39 Dewan Keamanan akan menentukan keberadaan setiap ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian, atau tindakan agresi dan akan membuat rekomendasi, atau memutuskan tindakan apa yang harus diambil sesuai dengan Pasal 41 dan 42, untuk memelihara atau memulihkan perdamaian internasional dan keamanan. Pasal 41 Dewan Keamanan dapat memutuskan tindakan apa yang tidak melibatkan penggunaan kekuatan bersenjata harus digunakan untuk memberikan efek terhadap keputusan tersebut, dan dapat meminta anggota PBB untuk menerapkan tindakan tersebut. Ini mungkin termasuk gangguan lengkap atau sebagian hubungan ekonomi dan kereta api, laut, udara, pos, telegraf, radio, dan sarana komunikasi lainnya, dan pemutusan hubungan diplomatic. Pasal 42 Jika Dewan Keamanan mempertimbangkan bahwa tindakan yang diatur dalam Pasal 41 akan menjadi tidak memadai atau telah terbukti tidak memadai, mungkin mengambil tindakan tersebut melalui udara, laut, atau angkatan darat yang mungkin diperlukan untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan tersebut dapat mencakup demonstrasi, blokade, dan operasi lainnya melalui udara, laut, atau angkatan darat Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 43. 1. Semua Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, berjanji untuk menyediakan kepada Dewan Keamanan, panggilan dan sesuai dengan perjanjian khusus atau perjanjian, angkatan bersenjata, bantuan, dan fasilitas, termasuk hak lintas, diperlukan untuk tujuan menjaga perdamaian dan keamanan internasional. 2. Kesepakatan atau perjanjian tersebut akan mengatur jumlah dan jenis kekuatan, gelar kesiapan dan lokasi umum, dan sifat dari fasilitas dan bantuan yang akan diberikan. 3. Perjanjian atau perjanjian harus dirundingkan sesegera mungkin atas prakarsa Dewan Keamanan. Mereka harus dibuat antara Dewan Keamanan dan Anggota atau antara Dewan Keamanan dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kelompok Anggota dan harus tunduk pada ratifikasi oleh negara- negara penandatangan sesuai dengan proses konstitusi masing- masing. Sepuluh negara anggota Dewan Keamanan PBB 101 1. Menuntut agar dilakukannya gencatan senjata serta menghentikan serangan dan pelanggaran terhadap penduduk sipil; menyatakan setuju agar dikeluarkannya resolusi tersebut, sedangkan lima negara anggota Dewan Keamanan PBB lainnya abstain, tanpa ada satupun negara yang menyatakan keberatan secara terang-terangan. Secara garis besar terdapat 10 poin penting dalam resolusi Dewan Keamanan tersebut, antara lain : 2. Menuntut pemerintah Libya mengambil semua tindakan untuk melindungi rakyat sipil, memenuhi kebutuhan dasarnya, serta memastikan bantuan kemanusiaan. 3. Meminta negara-negara anggota PBB mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi penduduk sipil ; 4. Memberlakukan larangan terbang di wilayah Arab Libya Jamahitiya untuk melindungi penduduk sipil, pengeculaian terhadap pesawat kemanusiaan dan pesawat PBB serta Loiga Arab; 5. Memberlakukan embargo senjata, sehingga para negara anggota diharuskan untuk memeriksa setiap bandara pesawat amaupun kapal laut yang terbang maupun menuju ked anatau dari Libya; 101 Kesepuluh negara tersebut antara lain : Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Bosnia dan Herzegovina, Gabon, Nigeria, Libanon, Portugal, dan Afrika Selatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Memerintahkan semua negara untuk menghalangi penerbangan pesawat yang dimiliki oleh Libya maupun izin dari dari Libya tanpa adanya izin dari Komite Pengawas Sanksi PBB. 7. Memberlakukan larangan perjalanan terhadap Duta Besar Libya yang terlibat perekrutan tentara bayaran untuk rezim Muammar Qadhaffi; 8. Memperpanjang masa pembekuan asaet yang diliki keluarga qadhaffi serta pejabat-pejabat terkait; 9. Membean asset keuangan vital Libya, yakni : Bank Central, Otoritas Investigasi Libya, Bank Asing Libya, Porfolio Investasi Libya, dan Perusahaan Minyak Nasioanal Libya; 10. Menunjuk Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon untuk membentuk delapan orang panel ahli untuk membantu komite pengawasan sanksi PBB guna mengawasi sanksi yang diberlakukan PBB. Tepat pada tanggal 27 Maret 2011, NATO mengumumkan mengambil alih komando dan kontrol dari semua operasi militer yang ada di Libya. 102 1. Melaksanakan mandate PBB untuk melakukan embargo senjata terhadap Libya Menurut Sekjend NATO, Anders Fogh Rasmussen tujuan dari Operation Unified Protector NATO adalah untuk : 2. Melaksanakan no fly zone zona larangan terbang di territorial Libya; 102 Semua negara anggota NATO sepakat untuk memberlakukan sanksi kepada Libya seperti yang tertuang dalam keputusan No. 2012011 dan 1372011CFSP. Keputusan ini merupakan bentuk langkah nyata NATO dalam menjamin stabilitas dan keamanan internasional yang telah disesuaikan dengan PBB. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Melindungi warga sipil dan kawasan di mana banyak warga sipil diserang oleh pasukan pro Qadhafi. Operation Unified Protector dikomandoi oleh Letjend Charles Bouchard yang merupakan jenderal anggkatan udara kanada, ia memberi laporan kepada Jenderal Sam Locklear yang merupakan komandan pasukan gabungan. Jenderal sam Locklear akan memberi laporan langsung kepada komandan gabungan tertinggi NATO yaitu Jenderal James Stavridis. Saat ini NATO beranggotakan 28 negara, dimana setiap keputusan merupakan konsensus bersama, semua anggota harus mematuhi keputusan yang sudah sudah diambil. Dalam operasi Unified Protector di Libya, tidak semua anggota NATO ikut berpartisipasi dalam medan tempur di Libya. Mereka yang aktif adalah Inggris, Perancis, Italia, Amerika, Kanada, Denmark, Norwegia dan Belgia. 103

D. Pelanggaran yang dilakukan NATO di Libya.