Kekuatan Mengikat Resolusi Majelis Umum PBB

Oleh karena itu, peranan Majelis Umum dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional adalah bersifat pembantuan dan mengembangkan kondisi-kondisi politik, ekonomi, sosial dan kondisi-kondisi lainnya untuk perdamaian dan kerjasama internasional. Dengan mengaju pada artikel 10 dan 11 piagam, Majelis dapat memperbesar peranannya dalam menciptakan dan juga ikut serta dalam pembuatan keputusan dan pengelolaan krisis apabila Dewan Keamanan tidak sanggup menjalankan fungsi utamanya. Setiap anggota PBB dan bahkan negara yang bukan anggggota PBB selama negara tersebutota PBB selama negara tersebut menyatakan keinginannya untuk lebih dulu menerima kewajiban berdasarkan Piagam untuk mencari penyelesaian sengketa secara damai atau Dewan Keamanan dapat meminta Majelis Umum mendiskusikan dan mengeluarkan sebuah reesolusi yang melibatkan masalah perdamaian dan keamanan internasional.

1. Kekuatan Mengikat Resolusi Majelis Umum PBB

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa resolusi Majelis Umum PBB dikeluarkan melalau prosedur-prosedur yang telah dinyatakan tegas dalam Piagam PBB. Terhadap keseluruhan keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB atau dalam hal ini disebut resolusi, haruslah diuji sifat, ruang lingkup serta efek hukumnya. Resolusi-resolusi dalam hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan internal organisasi atau dikategorikan bersifat non-rekomendatory memiliki kekuatan hukum mengikat, kecuali resolusi tersebut dinyatakan secara eksplisit UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dikategorikan sebagai rekomendasi. Yang termasuk ke dalam ruang lingkup resolusi Majelis Umum PBB yakni resolusi yang berkaitan dengan agenda Majelis Umum, pelaksanaan fungsi-fungsi konstituante, elektif, dan fungsi finansial dan aministasi serta hal yang berkaitan dengan pengakuan anggota baru, penunjukan Sekretaris Jenderal, pemilihan berbagai dewan PBB serta ketua Majelis dan wakilnya maupun hakim-hakim Mahkamah Internasional. Dengan demikian Resolusi Majelis Umum untuk memilih negara-negara tertentu sebagai salah satu anggota Dewan Keamanan juga mengikat anggota- anggota yang bersuara tidak setuju. Anggota-anggota yang tidak setuju tersebut dapat melakukan pemboikotan kerja atau menarik diri dari struktur keanggotaan organisasi. Hal ini pernah terjadi ketika Indonesia melakukan penarikan diri dari keanggotaan PBB karena tidak setuju dengan pengangkatan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan pada tahun 1960. Penolakan terhadap pembayaran anggaran belanja organisasi baik seluruhnya maupun sebagian akan dikenakan sanksi akan kehilangan hak suara dalam pemungutan suara. 40 Reolusi-resolusi Majelis Umum yang berkaitan dengan masalah-masalah yang bersifat eksternal pada pokoknya adalah dalam bentuk rekomendasi- Tidak ada pertolongan hukum ataupun uapaya hukum apapun yang dapat dilakukan terhadap anggota yang menentang keputusan-keputusan Majelis Umum tersebut. Dengan demikian nyatalah kekuatan hukum mengikat suatau resolusi Majelis Umum PBB dengan memberikan suatu sanksi yang tegas sebagaimana tertuang dalam Piagam PBB. 40 Pasal 19 Piagam PBB. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rekomendasi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Piagam. Dalam hal ini rekomendasi Majelis Umum diartikan sebagai nasihat yang ditujukan oleh organisasi kepada pelaku atau sejumlah pelaku tertentu dalam dunia politik yang memintanya melaksanakan atau menahan diri dari pelaksanaan tindakan atau serangkaian tindakan tertentu tanpa tidak menyatakan secara tidak langsung bahwa negara atau pelaku yang dituju dalam resolusi tersebut mempunyai suatu kewajiban hukum untuk dilaksanakan. Bentuk dari komunikasi politik internasional ini adalah berbentuk kerjasama sukarela dari para negara yang dapat diikat atau bertindak maupun menahan diri dari tindakan tanpa persetujuan sesuai dengan prinsip kedaulatan. 41 41 Affandi Sitamala, Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Majelis Umum PBB, http: www.docstoc.commobiledoc51765894General Assembly. diakses tanggal 02 November 2011. Isi daripada rekomendasi ini dapat berbentuk prosedural ataupun subtantif bahkan dapat berbentuk kedua-duanya. Berbentuk procedural jika meminta peranan mediator dari Majelis Umum dan berbentuk subtantif jika rekomendasi ini meminta pelayanan perdamaian dari Majelis Umum. Rekomendasi ini merupakan suatu nasihat atau pendapat dari konsesnsus diplomatik, baik berasal dari dua pertiga suara anggota yang hadir maupun berasal dari suara bulat dari seluruh anggota PBB. Efek dari rekomendasi ini lebih cenderung bersifat moril bagi pelakunya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mengutip dari pendapat pakar hukum internasional, Mochtar Kusumaatmadja yang memandang dari unsur psikologis dan hukum kebiasaan suatu Resolusi Majelis Umum PBB, mengatakan bahwa: 42 Ada unsur-unsur psikologis dan hukum kebiasaan yang mengikat negara- negara untuk mematuhi resolusi Majelis Umum tersebut. Hal dapat dilihat dari “Resolusi Makelis Umum PBB mau tidak mau mempunyai pengaruh besar pada pembentukan suatu pendapat umum yang tersebar di seluruh dunia apabila yang diputuskan itu menyangkut hal-hal yang bertalian dengan hukum seperti misalnya hak-hak asasi manusia, kemerdekaan bangsa-bangsa dan hak bangsa-bangsa atas kekayaan alam di wilayah negaranya, maka mau tidak mau keputusan-keputusan dengan demikian mempunyai akibat terhadap pembentukan suatu pendapat umum communis opinion mengenai hal-hal tersebut tadi yang memegang peranan penting dalam membina suatu kesadaran hukum walaupun keputusan-keputusan tadi mungkin dalam tingkat pertama terdorong oleh motif-motif politik.” Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat beberapa resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum PBB memiliki karakter mengikat serta memberikan sumbangsih bagi perkembangan hukum internasional. Secara menyeluruh, resolusi Majelis Umum PBB dalam dunia politik sangat bergantung pada faktor- faktor yang sama seperti yang menyebabkan adanya karakter mengikat, yaitu inti yang jelas dan stabil dari persetujuan negara-negara besar. Memang didalam Pasal 10 Piagam PBB menyebutkan bahwa keputusan Majelis Umum hanya merupakan anjuran-anjuran yang ditujukan kepada anggota-anggota PBB. Walaupun demikian tidak dapat disangkal bahwa keputusan-keputusan Majelis Umum PBB ini ada kalanya mempunyai kekuatan yang jauh melebihi arti formal keputusan itu sebagaimana diatur dalam Piagam PBB. 42 Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., hal. 146-148. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Resolusi Majelis Umum tanggal 10 Desember 1948 tentang Hak-Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights. Pernyataan Majleis Umum ini tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sebagaimana resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan. Namun demikian hingga saat ini belum ada negara yang dengan terang-terangan tidak mengakui ataupun menentang keputusan Majelis Umum tersebut dengan tegas. Contoh lain dari Resolusi Majelis Umum PBB yang tidak memiliki kekuatan hukum mengikat namun mempunyai pengaruh yang lebih besar yakni Keputusan Majelis Umum PBB tentang Kedaulatan Bangsa- Bangsa Atas Kekayaan Alamnya. 43

D. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1. Prosedur Pembuatan Resolusi Dewan Keamanan PBB.