2.7.1. Preeklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu dengan
istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak
membaik dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal Wiknjosastro, 2006.
2.7.2. Preeklampsia berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah
diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan
magnesium sulfat MgSO4 20 dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40 sebanyak 12
gram dalam 500 cc ringer laktat RL atau sekitar 14 tetesmenit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella
positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kalimenit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain
magnesium sulfat, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuskular Wiknjosastro, 2006.
2.8. Defenisi eklampsia
Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat yang disertai dengan kejang tonik klonik generalisata atau menyeluruh bahkan koma.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Gambaran klinis eklampsia
Penderita tidak mengalami aura dan mengalami serangan kejang dengan interval tidak sadar yang bervariasi. Permulaan kejang tonik ditandai dengan
gerakan kejang twitching dari otot – otot muka khususnya sekitar mulut, beberapa detik disusul kontraksi otot – otot tubuh menegang sehingga seluruh tubuh kaku.
Pada kondisi ini, wajah penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, dan kedua tungkai posisi inverse. Setelah
berlangsung selama 15 – 30 detik, kejang tonik segera disusul kejang klonik.
Kejang klonik ditandai terbukanya rahang secara tiba – tiba dan tertutup kembali dengan kuat, terbuka dan tertutupnya kelopak mata kemudian diikuti kontraksi
intermitten otot – otot muka maupun seluruh tubuh. Gejala – gejala yang lain yaitu wajah membengkak karena kongesti, bintik – bintik perdarahan pada
konjungtiva, mulut mengeluarkan liur berbusa disertai bercak – bercak darah, dan lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang terbuka dan tertutup. Setelah lebih
kurang 1 menit, kejang klonik berangsur melemah, diam dan penderita terjadi koma. Setelah kejang berakhir, frekuensi pernapasan meningkat cepat mencapai
50 kali per menit sebagai respon terjadinya hiperkarbia akibat asidemia laktat, asidosis respiratorik, dan hipoksia. Terjadinya demam dengan suhu 39
C, merupakan tanda yang sangat buruk akibat manifestasi perdarahan dari sistem
saraf pusat.
2.10. Penatalaksanaan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menstabilisasi fungsi vital penderita dengan terapi suportif Airway, Breathing, Circulation ABC,
mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi hipertensi krisis sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan selamat
pada kondisi optimal. Pengendalian kejang dapat diterapi dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis muatan loading dose 4 – 6 gram IV diikuti 1,5 – 2
gjam dalam 100 ml infus rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8 – 8,4 mgdl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan
dari efek toksik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka kerangka
konsep pada penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka konseptual penelitian
Usia penderita Status Gravida, Paritas, Abortus
Tekanan darah saat terdiagnosis Kadar Proteinuria
Karakteristik penderita preeklampsia dan
eklampsia Di bagian Obgyn RSUP Haji Adam
Malik pada tahun 2009 – 2011
Derajat keparahan penyakit Usia kehamilan saat diterminasi
Proporsi persalinan pervaginal dan perabdominal
Jumlah kematian maternal dan perinatal
Berat badan bayi baru lahir
Universitas Sumatera Utara
3.2. Defenisi Operasional