Latar Belakang GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membeli merupakan salah satu bagian dari kebiasaan manusia. Membeli dikategorikan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perjalanan proses transaksi dari barter hingga membeli mengalami proses sejarah yang panjang. Hingga akhirnya perjalanan budaya sampai pada pola uang sebagai alat tukar demi mendapatkan hal yang diinginkan. Dewasa ini, perkembangan budaya mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatan membeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsur dipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli di era sekarang ini lebih banyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau jasa yang di bayar. Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas barang atau jasa yang dibayar tersebut, pada akhirnya kegiatan membeli sudah mengarah pada transaksi brand minded. Membeli menjadi gaya hidup lifestyles, bukan lagi berbicara tentang kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Gaya hidup lifestyles menurut David Chaney, adalah suatu cara terpola dalam penggunaan , pemahaman, atau penghargaan artefak–artefak budaya material untuk commit to user 2 menegoisasikan permainan kreteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya David Chaney, 2009: 91. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu, kekuatan, dorongan untuk mengerakan benda bebas. Hidup berarti masih tetap ada. Jadi gaya hidup membeli dapat diartikan suatu kekuatan atau dorongan untuk melakukan sesuatu dalam hal ini membeli menukarkan uang dengan barang atau jasa untuk memenuhi keinginan agar tetap ada dalam status sosial. Harga mahal tidak menjadi masalah asalkan penghargaan yang berbentuk kepercayaan diri dapat diraih. Membeli menjadi sebuah rutinitas sosial budaya yang bertujuan memaksimalkan manfaat prestis dari komoditas yang diluncurkan kapitalisme. Menurut Baudrillard, budaya konsumen secara efektif adalah budaya postmodern, suatu budaya kedangkalan yang di dalamnya budaya itu nilai-nilai ditransvaluasi dievaluasikan oleh prinsip baru Baudrillard dalam Featherstone, 2008: 204. Dari pendapat tersebut bisa ditarik sebuah pemahaman bahwa budaya konsumsi masyarakat sekarang ini telah mengalami sebuah pendangkalan makna dan pergeseran fungsi. Dengan kata lain, kegiatan ekonomi sudah menjadi semacam perpanjangan tangan kapitalisme, yang menjadikan manusia lupa pada esensi awal dari kegiatan ekonomi, dan masuk pada sebuah paradigma masyarakat “modern” yang telah ditafsir secara keliru dan tidak tepat. Seperti kata Baudrillard dalam buku lainnya: commit to user 3 “You want us to consume, OK, let’s consume always more, and anything whatsoever; for any useless and absurd purpose” Baudrillard dalam Best and Kellner, 1991: 131. Fenomena ini menjadi semacam bahasa baru bagi laju peradaban manusia, sebuah budaya yang begitu menyedihkan, dan cukup layak mendapat tempat untuk diperhatikan serta mencari upaya solutif menuju kehidupan yang lebih baik. Dari paparan di atas, maka penulis bermaksud ingin mengambil tema fenomena gaya hidup membeli lifestyles sebagai sumber ide kreatif dalam proses penciptaan karya seni lukis.

B. Batasan