Kapitalisme Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestise

commit to user 8 sedangkan aspek negatif perilaku konsumtif, yaitu: 1. Mengurangi kesempatan untuk melakukan tabungan. 2. Kalau tabungan rendah, maka investasi juga rendah. 3. Jika investasi rendah, maka pendapatan akan cenderung rendah. 4. Perilaku komsumtif cenderung melupakan kebutuhan yang akan datang. 5. Hidup berfoya–foya menimbulkan kecemburuan sosial. Suyanto Nurhadi, 2007 : 54.

C. Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital modal, yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. Menurut Ayn Rand 1970 dalam artikel Husain Heriyanto, kapitalisme adalah a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned. Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak- hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat. http:usepsaefurohman.wordpress.com20100202388. Dengan penciptaan World Trade Organization WTO pada pertengahan1990-an, globalisasi ekonomi, yang berciri “perdagangan bebas”, dielu-elukan oleh para pemimpin perusahaan dan politikus sebagai tatanan baru yang akan menguntungkan segala bangsa, menghasilkan ekonomi di seluruh dunia yang memberi kekayaan bagi semua. Akan tetapi, segera jelaslah bagi makin commit to user 9 banyak aktivis lingkungan dan akar-akar rumput bahwa aturan-aturan ekonomi baru yang dibuat WTO nyata-nyata tak dapat berkelanjutan dan menghasilkan banyak konsekuensi fatal yang saling berhubungan , disintegrasi sosial, kemacetan demokrasi, makin pesat dan luasnya kerusakan lingkungan, penyebaran penyakit-penyakit baru, dan meningkatnya kemiskinan serta keterasingan Capra, 2003: 145.

D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestise

GNP perkapita yang meningkat di negara-negara Asia Tenggara dekade terakhir ini, termasuk Indonesia, telah menciptakan satu tata masyarakat kelas menengah baru, yang dapat menentukan gaya hidupnya secara bebas sesuai dengan pilihannya, tanpa perlu terikat oleh norma-norma sosial dan kultural yang ada. Mereka mengekspresikan gaya hidup melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Mereka membeli makna sosial di tempat-tempat seperti Planet Hollywood atau Sogo. Mereka melihat gaya hidup seperti fashion, yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan Kecenderungan umum ke arah pembentukan simbol sosial dan identitas kultural melalui gaya pakaian, mobil, atau produk lainnya sebagai komunikasi simbolik dan makna-makna sosial mewabahi masyarakat Indonesia pada dekade terakhir ini. Konsep gaya hidup yang dikondisikan melalui teknik komunikasi pemasaran adalah satu bentuk dari pembentukan budaya konsumerisme di dalam masyarakat konsumer Indonesia Piliang, 2004: 306. Dalam budaya konsumerisme, konsumsi tidak lagi diartikan semata sebagai satu lalu lintas kebudayaan benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya konsumerisme yang berkembang merupakan satu medium untuk pembentukan personalitas, gaya, citra, gaya hidup, dan secara diferensiasi status sosial yang commit to user 10 berbeda-beda. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna kehidupan Piliang, 2004: 307. Relasi sosial sehari-hari mereka tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara sesama manusia, melainkan sebagai fungsi dari pemilikan dan penggunaan benda- benda dan gaya hidup Piliang, 2004: 307.

E. Pop Art