GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

(1)

commit to user

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : RISMIYARNA SUBAGYA

C0602025

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

Disusun Oleh RISMIYARNA SUBAGYA

C.0602025

Telah disetujui oleh pembimbing Untuk diajukan dalam sidang Tugas Akhir

Surakarta, 16 Juli 2010 Pembimbing I

Drs. Sunarto, M.Sn.

NIP. 194708301980031002 Pembimbing II

Drs. Setyo Budi, M.Sn.

NIP. 196706041994031006 Mengetahui

Ketua Jurusan Seni Rupa Murni FSSR UNS

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

Disusun oleh

RISMIYARNA SUBAGYA C.0602025

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 23 Juli 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. ……… NIP. 195007111981031001

Sekretaris Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. ……… NIP. 195603121987031001

Penguji I Drs. Sunarto, M.Sn. ……… NIP. 194708301980031002

Penguji II Drs. Setyo Budi, M.Sn. ……… NIP. 196706041994031006

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP. 195303141985061001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Rismiyarna Subagya NIM : C.06020025

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pengantar Tugas Akhir berjudul Gaya Hidup Membeli Sebagai Tema dalam Penciptan Karya Lukis adalah betul–betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam pengantar Tugas Akhir ini diberi tanda citasi(kutipan) dan ditunjukkan dengan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan Gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Surakarta, 9 Juli 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

MOTTO

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu

nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

(Q.S ALI IMRAN : 92)

“Seorang mu‘min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu‘min yang lemah dan untuk segala perkara kebaikan”.

( H. R. Muslim)

Allah itu indah,

dan sesungguhnya Allah itu mencintai keindahan. (HADIST)


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Untuk Ibuku. Untuk Ibuku. dan Untuk Ibuku.

Untuk Bapakku.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni. Sholawat serta salam tidak lupa saya persembahkan untuk kholifah terhebat selama di dunia Nabi besar Muhammad SAW yang dimuliakan Allah SWT dan makhluk-Nya.

Ucapan terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kerjasamanya sehingga karya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, kepada :

1. Bapak Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Drs. Sunarto, M.Sn. selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan semangat, motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Setyo Budi, M.Sn. selaku pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktunya untuk berkonsultasi dan motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini.


(8)

commit to user

viii

6. Seluruh teman–teman Seni Rupa Murni angkatan 2002, AmadTatto, Thatit, Encus, Bonar, Dieke dan lainnya atas dukungannya, serta seluruh keluarga besar seni rupa. Rubayak, Savir, dan Mamik atas transportasi VW-nya.

7. Teman–teman KKTT Wiswakarman, untuk teman nongkrong dan untuk semuanya.

8. Serta seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu doa dan dukungannya dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih mengalami banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan.

Akhirnya penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Surakarta, 23 Juli 2010


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….………...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..….iii

HALAMAN PERNYATAAN………iv

HALAMAN MOTTO……….…….……v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….………vi

KATA PENGANTAR………...…vii

DAFTARISI………...………ix

DAFTAR GAMBAR...xi

ABSTRAK………...………...xii

BAB I PENDAHULUAN ………...………1

A. Latar Belakang ………..……1

B. Batasan ……….……3

C. Rumusan ………...4

D. Tujuan ……….…4

E. Manfaat ………...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..…5


(10)

commit to user

x

B. Konsumsi...………..6

C. Kapitalisme …………...………..8

D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestis………9

E. Pop Art...10

BAB III GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS...12

A. Implementasi Teoritis ………12

B. Implementasi Visual ………14

1. Bentuk …...…..………...14

2. Medium ………..…...…...15

3. Teknik Penggarapan ………...…16

C. Deskripsi Karya...17

BAB IV PENUTUP …………..………..……….28

A. Simpulan ……….28

B. Saran ………...29

DAFTAR PUSTAKA ………...30


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Judul Karya :Nice Food 17 Gambar 2 Judul Karya :Best Food, I like it... 18 Gambar 3 Judul Karya :Stylish Junk Food 19 Gambar 4 Judul Karya :Treadmil 21 Gambar 5 Judul Karya :Beng!!. I get you. 23 Gambar 6 Judul Karya :Skak Mat 24 Gambar 7 Judul Karya :I Love You 25 Gambar 8 Judul Karya : Melihat TV 26 Gambar 9 Judul Karya : Obrolan Punakawan 32 Gambar 10 Judul Karya :Enjoy Coca-Cola 33 Gambar 11 Judul Karya :Ho..hoho..i like it…. 34 Gambar 12 Judul Karya :Great Food 36


(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Rismiyarna Subagya. C.0602025. 2010. Gaya Hidup Membeli Sebagai Tema dalam Penciptaan Karya Lukis. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Membeli merupakan salah satu dari kegiatan manusia. Membeli dikategorikan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perkembangan budaya saat ini mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatan membeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsur dipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli lebih banyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau jasa yang di bayar. Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas barang atau jasa yang dibayar tersebut. Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicara tentang kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Pada akhirnya kegiatan membeli sudah mengarah pada transaksi brand minded.

Ketidaksadaran masyarakat dalam melakukan proses membeli ini menempatkan masyarakat menjadi korban. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah (1) Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli. (2) Nilai–nilai apakah yang ada dalam gaya hidup membeli. (3) Bagaimana visualisasi dari tema gaya hidup membeli ke dalam karya lukis. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah (1) Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli. (2) Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam karya. (3) Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni lukis.

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah implementasi teoritik dan implementasi visual. Implementasi teoritik mencakup tinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi visual mencakup bahan, teknik, proses, bentuk karya.

Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikan masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban. Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Kemudian pada akhirnya masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama dari kegiatan membeli.


(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membeli merupakan salah satu bagian dari kebiasaan manusia. Membeli dikategorikan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perjalanan proses transaksi dari barter hingga membeli mengalami proses sejarah yang panjang. Hingga akhirnya perjalanan budaya sampai pada pola uang sebagai alat tukar demi mendapatkan hal yang diinginkan.

Dewasa ini, perkembangan budaya mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatan membeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsur dipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli di era sekarang ini lebih banyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau jasa yang di bayar. Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas

barang atau jasa yang dibayar tersebut, pada akhirnya kegiatan membeli sudah mengarah pada transaksibrand minded.

Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicara tentang kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Gaya hidup

(lifestyles)menurut David Chaney, adalah suatu cara terpola dalam penggunaan , pemahaman, atau penghargaan artefak–artefak budaya material untuk


(14)

commit to user

2

menegoisasikan permainan kreteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya (David Chaney, 2009: 91). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu, kekuatan, dorongan untuk mengerakan benda bebas. Hidup berarti masih tetap ada. Jadi gaya hidup membeli dapat diartikan suatu kekuatan atau dorongan untuk melakukan sesuatu (dalam hal ini membeli menukarkan uang dengan barang atau jasa) untuk memenuhi keinginan agar tetap ada dalam status sosial.

Harga mahal tidak menjadi masalah asalkan penghargaan yang berbentuk kepercayaan diri dapat diraih. Membeli menjadi sebuah rutinitas sosial budaya yang bertujuan memaksimalkan manfaat prestis dari komoditas yang diluncurkan kapitalisme.

Menurut Baudrillard, budaya konsumen secara efektif adalah budaya postmodern, suatu budaya kedangkalan yang di dalamnya budaya itu nilai-nilai ditransvaluasi (dievaluasikan oleh prinsip baru) (Baudrillard dalam Featherstone, 2008: 204). Dari pendapat tersebut bisa ditarik sebuah pemahaman bahwa budaya konsumsi masyarakat sekarang ini telah mengalami sebuah pendangkalan makna dan pergeseran fungsi. Dengan kata lain, kegiatan ekonomi sudah menjadi semacam perpanjangan tangan kapitalisme, yang menjadikan manusia lupa pada esensi awal dari kegiatan ekonomi, dan masuk pada sebuah paradigma masyarakat

“modern” yang telah ditafsir secara keliru dan tidak tepat.Seperti kata Baudrillard


(15)

commit to user

3

You want us to consume, OK, let’s consume always more, and anything

whatsoever; for any useless and absurd purpose” (Baudrillard dalam Best and

Kellner, 1991: 131).

Fenomena ini menjadi semacam bahasa baru bagi laju peradaban manusia, sebuah budaya yang begitu menyedihkan, dan cukup layak mendapat tempat untuk diperhatikan serta mencari upaya solutif menuju kehidupan yang lebih baik.

Dari paparan di atas, maka penulis bermaksud ingin mengambil tema fenomena gaya hidup membeli (lifestyles) sebagai sumber ide kreatif dalam proses penciptaan karya seni lukis.

B. Batasan

Dalam pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis membatasi pembahasan hanya terhadap budaya membeli masyarakat pada masa kini, yang telah mengalami pergeseran pada maknanya. Membeli bukan lagi transaksi menukarkan uang dengan barang atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan dalam hidup, tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup dalam status sosial. Membeli menjadi sebuah upaya pemenuhan prestis akan diri, melalui produk–produk tertentu yang menjadi simbol dalam status sosial sebagai dampak dari globalisasi budaya dan kapitalisme modern.


(16)

commit to user

4

C. Rumusan

1. Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli ? 2. Nilai–nilai apakah yang ada dalam gaya hidup membeli ?

3. Bagaimana visualisasi dari tema gaya hidup membeli ke dalam karya lukis?

D. Tujuan

1. Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli.

2. Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam karya.

3. Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni lukis.

E. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Sebagai landasan berkarya bagi penulis untuk berusaha menghasilkan karya seni terutama seni lukis.

2. Dapat memberikan wacana kepada masyarakat, tentang fenomena gaya hidup membeli yang dewasa ini tengan berkembang.

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi diri penulis dan pembaca pada umumnya.


(17)

commit to user

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Globalisasi Budaya

Budaya global (global culture) adalah sebuah konsep yang menjelaskan tentang mendunianya berbagai aspek kebudayaan, yang di dalam ruang global tersebut terjadi proses penyatuan, kesalingberkaitan, dan kesalingterhubungkan. Oleh sebab itu, budaya global sering diidentikan dengan proses penyeragaman budaya atau imperialisme budaya (Piliang, 2004: 285).

Selama dekade terakhir abad kedua puluh, tumbuh kesadaran di antara wiraswastawan, politikus, ilmuwan sosial, pemimpin masyarakat, aktivis akar rumput, seniman, ahli sejarah budaya dan orang-orang biasa dari berbagai bidang bahwa sedang muncul suatu dunia baru, dunia yang dibentuk teknologi baru,

struktur sosial baru, ekonomi baru, dan kebudayaan baru. “Globalisasi” menjadi

istilah yang digunakan untuk meringkaskan segala perubahan luar biasa dan momentum yang tampak tak tertahankan, yang dirasakan jutaan orang (Capra, 2005: 145).

Peran budaya dalam kapitalisme baru sebagai salah satu pelimpahan budaya yang dimunculkan oleh adanya logika bentuk komoditas (Jameson dalam Featherstone, 1979: 131), misalnya, telah menulis bahwa budaya merupakan

“unsur yang sangat penting dalam masyarakat konsumen itu sendiri; tidak ada

masyarakat yang benar-benar dipenuhi dengan tanda dan imaje seperti halnya


(18)

commit to user

6

dalam beberapa tulisan Jameson mengenai budaya postmodern ketika dia

membicarakan tentang pembinasaan ”semi-otonomi lingkup budaya” yang

digantikan oleh “ekspansi budaya yang luar biasa dalam kalangan masyarakat,

sampai titik dimana segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat dapat dikatakan

telah menjadi ‘berbudaya’(Jameson dalam Featherstone, 1984: 87).

B. Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan manusia dalam menggunakan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan semakin berkurang atau habisnya nilai guna barang atau jasa, konsumsi dapat diartikan juga sebagai kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang satu tidaklah selalu sama dengan konsumen yang lainnya. Demikian pula, barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang sama dapat berbeda untuk kondisi yang berbeda. Alasannya pola konsumsi tiap orang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang membuat tingkat kebutuhan terhadap barang dan atau jasa menjadi beraneka ragam. Perbedaan itu menunjukkan adanya keberagaman kebutuhan akan barang dan atau jasa. Keberagaman itu membuktikan adanya pola komsumsi yang berbeda untuk tiap orang pada jangka waktu tertentu. Pada dasarnya , pola konsumsi dipengaruhi oleh sejumlah faktor berikut ini:

1. Usia.

2. Jenis kelamin. 3. Tingkat pendidikan. 4. Harga barang / jasa.

5. Kebudayaan masyarakat sekitar. 6. Jenis pekerjaan.

7. Jumlah anggota keluarga. 8. Pendapatan.

9. Agama.

10. Lingkungan tempat tinggal. 11. Gaya hidup.


(19)

commit to user

7

karena itulah kebutuhan konsumen yang satu dengan konsumen lainnya berbeda (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Manusia melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan. Dalam melakukan kegiatan konsumsi, manusia melakukan berbagai pilihan. Pilihan untuk mengkonsumsi barang atau jasa tertentu tidak muncul begitu saja. Pilihan tersebut didorong oleh alasan tertentu yang disebut motif konsumsi. Macam motif konsumsi dapat dibedakan menurut beberapa motif sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan keuntungan. 2. Ingin mendapatkan pengakuan. 3. Ingin menolong orang lain. 4. Ingin menaikan kedudukan. (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

Meskipun perilaku konsumtif terkesan negatif (karena sering dihubungkan dengan sifat berfoya–foya), perilaku konsumtif juga memiliki aspek positif, yaitu : 1. Termotifasi untuk meningkatkan pendapatannya agar bisa membeli barang

dan atau jasa yang lebih banyak lebih baik kualitasnya.

2. Menciptakan “pasar” bagi produsen, sehingga produsenbisa memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak.

3. Jika produsen meningkatkan produksinya, bisa menambah lapangan pekerjaan.

4. Kalau lapangan pekerjaan bertambah, maka pengangguran berkurang. 5. Kalau pengangguran berkurang, maka pendapatan masyarakat meningkat. 6. Kalau pendapatan masyarakat meningkat, maka keadaan masyarakat

menjadi lebih baik.

7. Perilaku konsumtif juga mendorong produsen untuk meningkatkan teknologi dalam berproduksi agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang berkembang.


(20)

commit to user

8

sedangkan aspek negatif perilaku konsumtif, yaitu:

1. Mengurangi kesempatan untuk melakukan tabungan. 2. Kalau tabungan rendah, maka investasi juga rendah.

3. Jika investasi rendah, maka pendapatan akan cenderung rendah.

4. Perilaku komsumtif cenderung melupakan kebutuhan yang akan datang. 5. Hidup berfoya–foya menimbulkan kecemburuan sosial.

(Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).

C. Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. Menurut Ayn Rand (1970) dalam artikel Husain Heriyanto, kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak-hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat). (http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/).

Dengan penciptaan World Trade Organization (WTO) pada pertengahan1990-an, globalisasi ekonomi, yang berciri “perdagangan bebas”,

dielu-elukan oleh para pemimpin perusahaan dan politikus sebagai tatanan baru yang akan menguntungkan segala bangsa, menghasilkan ekonomi di seluruh dunia yang memberi kekayaan bagi semua. Akan tetapi, segera jelaslah bagi makin


(21)

commit to user

9

banyak aktivis lingkungan dan akar-akar rumput bahwa aturan-aturan ekonomi baru yang dibuat WTO nyata-nyata tak dapat berkelanjutan dan menghasilkan banyak konsekuensi fatal yang saling berhubungan , disintegrasi sosial, kemacetan demokrasi, makin pesat dan luasnya kerusakan lingkungan, penyebaran penyakit-penyakit baru, dan meningkatnya kemiskinan serta keterasingan (Capra, 2003: 145).

D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestise

GNP perkapita yang meningkat di negara-negara Asia Tenggara dekade terakhir ini, termasuk Indonesia, telah menciptakan satu tata masyarakat kelas menengah baru, yang dapat menentukan gaya hidupnya secara bebas sesuai dengan pilihannya, tanpa perlu terikat oleh norma-norma sosial dan kultural yang ada. Mereka mengekspresikan gaya hidup melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Mereka membeli makna sosial di tempat-tempat seperti Planet Hollywood atau Sogo. Mereka melihat gaya hidup sepertifashion, yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan Kecenderungan umum ke arah pembentukan simbol sosial dan identitas kultural melalui gaya pakaian, mobil, atau produk lainnya sebagai komunikasi simbolik dan makna-makna sosial mewabahi masyarakat Indonesia pada dekade terakhir ini. Konsep gaya hidup yang dikondisikan melalui teknik komunikasi pemasaran adalah satu bentuk dari pembentukan budaya konsumerisme di dalam masyarakat konsumer Indonesia (Piliang, 2004: 306).

Dalam budaya konsumerisme, konsumsi tidak lagi diartikan semata sebagai satu lalu lintas kebudayaan benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya konsumerisme yang berkembang merupakan satu medium untuk pembentukan personalitas, gaya, citra, gaya hidup, dan secara diferensiasi status sosial yang


(22)

commit to user

10

berbeda-beda. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna kehidupan (Piliang, 2004: 307).

Relasi sosial sehari-hari mereka tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara sesama manusia, melainkan sebagai fungsi dari pemilikan dan penggunaan benda-benda dan gaya hidup (Piliang, 2004: 307).

E. Pop Art

Pop Art merupakan gerakan seni yang muncul pada tahun 1950-pertengahan di Inggris dan di akhir 1950-an di Amerika Serikat. Pop Art berasal dari kata popular art, merupakan sebuah aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual yang berasal dari media massa yang populer seperti koran, majalah, iklan, televisi, komik

(http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).

Pop Art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture, yaitu sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya rendah karena lebih berkaitan dengan masalah hiburan, komersial bahkan selera masyarakat awam

( http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).

Pada masa-masa kemunculan perdananya banyak kalangan yang beranggapan bahwa karya pop adalah karya yang tidak mempunyai nilai estetik dan hanya sebuah karya yang diciptakan untuk kesenangan belaka. Tapi di samping itu banyak pula orang yang beranggapan bahwa karya pop adalah sebuah karya yang tercipta dari kebebasan berekspresi dan membuktikan bahwa tidak adanya diskriminasi dalam seni. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan


(23)

commit to user

11

karya pop, masyarakat di ajak untuk lebih obyektif dalam melihat sebuah karya (pada masa itu banyak orang yang beranggapan bahwa ada dominasi seniman abstrak ekspresionis dari Eropa dan Amerika):

(http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.).

Jauh sebelum kehadiran Pop Art, seni adalah suatu hal yang mahal dan eksklusif yang hanya dimiliki oleh orang kaya, media, dan seniman itu sendiri. Pada masa itu, mereka menterjemahkan keindahan melalui teori-teori idealis mereka yang memiliki filosofi tersendiri. Dan kemudian lahirlah abstrak ekspresionisme. Sesuai namanya, masyarakat awam tidak dapat menikmati keindahan tanpa berpikir panjang dan mencerna hasil karya dari aliran ini. Butuh pemahaman yang seksama untuk mengartikannya. Kemudian lahirlah pemikiran yang dapat mengubah keadaan tersebut, yaitu sebuah pemikiran untuk dapat menikmati keindahan hasil karya seni dengan cara yang lebih mudah di mengerti.

Para seniman Pop Art tahu persis mana seni yang populer dan manas seni yang tidak populer, eksekusi seperti apa yang bagus, teknik macam apa yang bisa dinikmati khalayak luas, dan lain sebagainya. Pop Art bukan hanya sebuah nama aliran seni, lebih dari itu Pop Art merupakan sebuah medium komunikasi yang menyampaikan pesan keindahan kepada masyarakat awam melalui cara-cara yang mudah dimengerti oleh mereka dan menggunakan estetika masyarakat awam tersebut. Maka dari itu, umumnya objek yang terdapat pada karya sebuah aliran Pop Art merupakan objek yang terkenal atau familiar dimata masyarakat. Terkesan bahwa hasil karya Pop Art tidak berestetika, ya memang begitulah adanya, karena berfokus pada estetika masyarakat awam yang tidak membicarakan komposisi warna, gradasi, kontras, dan lain sebagainya. Yang terpenting bagi masyarakat awam adalah kehadiran ikon terkenal dalam sebuah karya Pop Art (http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art).


(24)

commit to user

12

BAB III

GAYA HIDUP MEMBELI

SEBAGAI TEMA

DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS

A. Implementasi Teoritis

Membeli adalah satu dari sekian aktivitas konsumsi begitu rutin dilakukan. Dari kegiatan ekonomi yang terjadi, begitu banyak idea-idea kreativitas terlahir. Sejalan dengan proses perkembangan zaman yang dibungkus dengan gejolak globalisasi dan ekspansi kapitalisme universal, seiring itu pula nilai-nilai penting dalam kemanusiaan ikut tergerus dalam satu pola ritme konsumsi kosmopolitan yang hanya mengedepankan prestis.

Pekembangan kapitalisme yang luar biasa telah menciptakan tatanan kelas baru dalam masyarakat. Masyarakat begitu banyak diberi pilihan, mereka bebas menentukan gaya hidup mereka melalui apa yang dikonsumsinya. Mereka mengekspresikan gaya hidup melaluifast food sebagai obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Karena seperti diketahui, kapitalisme masuk melalui tiga lini, satu diantaranya adalah makanan (food), kemudian yang dua lainnya adalah fashion

dan fun. Pada akhirnya makna membeli bukan lagi menukarkan uang dengan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup (fungsional), tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup (lifestyles) hingga tujuan membelipun bergeser dari kebutuhan (need) menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi keinginan (want).


(25)

commit to user

13

Ironisnya, masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban. Anehnya masyarakat begitu menikmati keterjajahan itu, mereka bangga dengan produk-produk fast food yang dikonsumsinya. Bukan nilai kenyang saja yang ingin didapat, tetapi nilai dari brand produk–produkfast food

itu yang lebih utama, sebagai eksistensi mereka dalam status sosial.

Mereka begitu sadar akan merk, apa yang masuk dalam lambung mereka haruslah merk produk–produkfast foodtertentu yang mampu mewakili citra gaya hidup mereka. Keadaan sadar merk inilah yang membuat masyarakat menjadi pecandu prestis.

Dampaknya masyarakat mencari identitas diri melalui merk fast food

tertentu sebagai simbol status sosial mereka. Konsumsi tidak lagi diartikan mereka sebagai satu lalu lintas benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya membeli yang berkembang merupakan pembentukan personalitas, gaya, citra, gaya hidup masyarakat. Pada akhirnya merk fast food menjadi sebuah cermin tempat para masyarakat menemukan identitas diri dalam kehidupan.

Pada era kapitalisme sekarang ini proses membeli sudah berubah menjadi gaya hidup, dengan masyarakat sebagai obyek yang siap diadu gengsi dan pertarungan prestisnya, dalam tatanan status sosial. Pertarungan yang tidak akan pernah selesai, karena produk akan selalu memperbarui diri. Dan ketika


(26)

commit to user

14

masyarakat bertarung dengan produk maka selamanya masyarakat tidak akan pernah memenangkan pertarungan yang sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah pertarungan yang musuh sesungguhnya adalah diri sendiri.

B. Implementasi Visual

Pemilihan tema membeli sebagai dasar dalam berkarya rupa bukanlah sesuatu tanpa alasan. Visualisasi tema membeli ke dalam karya rupa lukis sesungguhnya merupakan tantangan tersendiri. Seperti diketahui gairah Pop Art adalah ketika ia mampu menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan bahasa universal, sebuah bentuk yang mampu ditangkap oleh semua jenis masyarakat.

Dalam visualisasi tema membeli kali ini, proses penggarapannya dapat di golongkan menjadi:

1. Bentuk

Dalam mewujudkan ide yang diambil dari tema membeli, maka pengambilan objek-objek dan simbol yang banyak tervisualkan di media massa elektronik maupun konvensional di masyarakat, utamanya dalam wilayah fast foodmenjadi satu bagian yang tidak terpisahkan.

Sasaran utama dalam konsep yang diangkat ini adalah satu bentuk visual yang mampu difahami sebagai sindiran yang ditujukan kepada masyarakat yang selama ini dengan tanpa sadar sudah menjadi korban kapitalisme global.

Dengan alasan tersebut di atas, maka diadopsilah logo-logo merk dagang seperti McDonald danKFC, demikian juga Coca-Cola yang dimana ketiga merk tersebut sudah terbukti menjadi trend setter di semua kalangan masyarakat. Di


(27)

commit to user

15

ambilnya simbol dan logo visual tersebut disertai harapan bahwa karya rupa kritik sosial ini dapat dengan mudah dibaca maksud dan tujuannya oleh masyarakat sebagai salah satu unsur dalam rotasi kesenian dan budaya.

Kemudian sebagai perwujudan resistensi budaya lokal terhadap budaya konsumsi masa kini tersebut, maka diambilah beberapa tokoh pewayangan diantaranya adalah Petruk. Sebagai sebuah simbol masayarakat timur. Sebagaimana bisa dilihat dalam beberapa lukisan, dapat dilihat betapa masyarakat kita begituenjoy, tanpa sadar begitu menikmati ”keterjajahan”. Pesan inilah yang

sesungguhnya ingin disampaikan dalam karya rupa kali ini.

Secara global bentuk lukisan dalam karya rupa yang bertemakan gaya hidup membeli ini adalah tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa merkfast food yang kemudian dideformasi secukupnya, sesuai dengan judul dan orientasi setiap karya.

Di sini penulis tidak membicaran komposisi warna, garis, bidang, kontras dan lain sebagainya, ini bertujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya lukis kepada masyarakat mudah dimengerti. Dalam karya penulis, yang terpenting adalah kehadiran tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa merk fast food.

2. Medium

Media lukis yang digunakan dalam penggarapan karya rupa yang bertemakan membeli kali ini adalah kanvas. Kemudian untuk medium adalah cat genteng dengan merk Tamitex. Dengan bahan berbasis air tersebut diharapkan penggarapan dalam bidang yang besar mampu dikerjakan secara efektif dan


(28)

commit to user

16

efisien tanpa harus mengurangi kualitas artistika dan estetika seni rupa. Zat warna yang dipakai sebagai pencampur adalah pigmen sablon yang berbasis air yang terdiri dari warna primer dan hitam. Untuk penguat kelekatan cat, maka dipakailah binder, sejenis zat campuran yang difungsikan sebagai perekat dalam sablon

3. Teknik Penggarapan

Dalam penggarapan karya menggunakan teknik yang dipelajari selama menempuh praktek studio, juga beberapa hasil improvisasi dari pengembangan pengalaman yang didapat dari berbagai media.

Untuk mencapai kualitas maksimal dalam tema kali ini, maka teknik penggarapan karya rupa dikerjakan dengan cara konvensional. Kuas digunakan sebagai alat utama untuk melukis. Dalam pengerjaan karya, sketsa langsung dieksekusi pada bidang kanvas. Jadi tidak dimulai dulu dengan sketsa pada selembar kertas, ini bertujuan untuk efesiensi waktu dalam proses pengerjaan karya. Pemilihan warna disesuaikan dengan warna asli ikon-ikon dagang yang dipilih, kemudian dalam beberapa tempat di improvisasikan ulang sesuai orientasi tiap-tiap karya.

Pola dan bentuk gambar dibuat nyaris seperti bentuk asli kemudian dibeberapa bagian sengaja dideformasi sesuai dengan maksud dan tujuan setiap lukisan.


(29)

commit to user

17

C. Deskripsi Karya

Gambar 1 Judul :Nice Food

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 175 cm x 110 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, seekor babi (hewan yang mengkonsumsi makanan apa saja) dengan kepala petruk, yang tengah berada di tengah kelebatan hutan, tetap mengutamakanstyle dengan mengkonsumsi produk

McDonald, di atasnya ia ditunggangi Mr. Ronald dengan membawa bendera Amerika sedang mengendalikan si babi sebagai simbol keterjajahan.


(30)

commit to user

18

Gambar 2 Judul :Best Food, I like it...

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 175 cm x 110 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, Petruk sedang berdialog dengan Gareng. Mereka saling membanggakan dengan apa yang dikonsumsinya, Gareng dengan produk KFC-nya, sedangkan Petruk dengan produk

McDonald-nya. Produk–produk itu seperti hantu yang selalu muncul di kepala mereka. Di bawah mereka dua kepala babi berdialog mengolok–olok mereka, bahwa itu hanya makanan sampah (makanan yang tidak sehat), bukan makanan yang untuk dibanggakan.


(31)

commit to user

19

Gambar 3 Judul :Stylish Junk Food

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 140 cm x 240 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, ikon produk fast foodtelah menjelma menjadi sesosok Hitler (pimpinan partai Nazi yang kejam), yang memperbudak Gareng dan Petruk sebagai pengikutnya. Mereka tampak menikmati


(32)

commit to user

20

keterbudakan itu, sambil mengkonsumsi produk dari fast food tersebut, yang terprnting bagi mereka adalahStylish Junk Food.


(33)

commit to user

21

Gambar 4 Judul :Treadmil

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 140 cm x 210 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk berubah menjadi ikon produk fast food McDonald yang terlihat gemuk, mencoba berolahraga mengurangi berat


(34)

commit to user

22

badannya agar dapat mengkonsumsi kembali produk fast food tersebut, karena kecintaannya akan merk produk McDonald.


(35)

commit to user

23

Gambar 5 Judul :Beng!!. I get you.

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 240 cm x 140 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk bermain boneka tangan, dengan sisi kanan ikon produk dari KFC dan sisi kiri ikon produk McDonald.

Seharusnya petruk menjadi dalang, yang mengendalikan boneka–boneka tersebut. Tetapi disini tampak menjadi ironis, karena boneka–boneka itulah yang mendapatkan petruk dengan pistol untuk dapat dikendalikan.


(36)

commit to user

24

Gambar 6 Judul :Skak Mat

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 240 cm x 140 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk bermain catur dengan ikon merk dagang

fast food McDonald. Pertarungan ini tidak pernah dimenangkan oleh petruk, karena pertarungan dengan produk hanya akan menempatkan petruk menjadi seorang korban. Namun ironisnya, dalam keterjajahan produk-produk itu, petruk selalu enjoy menikmatinya.


(37)

commit to user

25

Gambar 7 Judul :I Love You

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 200 cm x 120 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk jatuh cinta terhadap merk dagang fast food KFC, baginya merk ini nampak bagaikan artis Hollywood, Marlyn Moonro yang harus dicintai dengan lebih. Nampak pula merk dagang fast food McDonaldyang berubah menjadi cupid, dewa cinta dalam mitologi Yunani yang menancapkan panah cinta pada mereka.


(38)

commit to user

26

Gambar 8 Judul : Melihat TV

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 200 cm x 120 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk sedang menyaksikan televisi yang sedang menginformasikan bahwa merk dagang fast food KFC adalah produk makanan hebat untuk gaya. Petruk mengamini apa yang diinformasikan televisi itu, kerena Petruk adalah pengkonsumsi merkfast food KFC. Disana juga terdapat dua ekor babi yang juga sedang


(39)

commit to user

27

mengkonsumsi produk KFC, bagi babi-babi ini produkfast fooditu hanya makanan sampah (makanan yang tidak sehat).


(40)

commit to user

28

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Membeli pada pengertian awalnya adalah sebagai komplementer dan substitusi. Kemudian pada era kapitalisme sekarang ini membeli mengalami pergeseran makna, membeli bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok untuk hidup (fungsional), tetapi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), tujuannya pun ikut bergeser dari kebutuhan (need), menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi keinginan (want). Gaya hidup (lifestyle), tidak lain adalah satu bentuk pembentukan dari budaya konsumerisme yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, gaya hidup (lifestyle) mengekspresikan dirinya melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna identitas dirinya.

Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikan masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban. Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Pada akhirnya masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama dari kegiatan membeli. Membeli menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle), yang di sana terdapat ajang adu gengsi dan pertarungan prestis yang tidak akan pernah selesai. Karena produk


(41)

commit to user

29

akan selalu memperbarui diri. Dan ketika masyarakat bertarung dengan produk maka selamanya masyarakat tidak akan pernah memenangkan pertarungan yang sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah pertarungan yang musuh sesungguhnya adalah diri sendiri. Kapitalisme bukanlah sebuah monster yang harus dihindari tatkala masyarakat mampu memahami dengan citarasa ketimuran yang sesungguhnya kaya akan nilai dan kultur kebijaksanaan.

Dengan menonjolkan tokoh-tokoh dagang beberapa merkfast food dalam setiap karya, tanpa mementingkan komposisi warna, garis, bidang dan sebagainya, dengan tujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya lukis kepada masyarakat mudah di mengerti, karya seni lukis yang diangkat dengan tema gaya hidup membeli diharapkan bisa mewakili penggambaran tema tersebut untuk menjadi sesuatu yang berguna di masa mendatang.

B. Saran

Berpijak dari telaah mengenai budaya beli masyarkat sekarang, maka kiranya perlu diadakan penyadaran ulang. Merevisi kebijakan sosiologis agar kemungkinan menuju bentuk peradaban yang lebih baik segera terwujud tanpa harus mengurangi nilai dan esensi sebuah modernitas.

Pada titik terakhirnya, terciptalah masyarakat yang sadar akan diri sendiri. Kemudian tercapailah sinergi postif antara kemajuan zaman dan kearifan lokal sebagai unsur penyangga ketika budaya ketimuran mulai hilang oleh deru kapitalisme global.


(42)

commit to user

30

DAFTAR PUSTAKA

Capra, Fritjof. 2005.The Hidden Conncetion: Strategi Sistemik Dalam Melawan Kapitalisme Baru(terj. Andya Primanda). Yogyakarta: Jalasutra.

Chaney, David. 2009. Lifestyles (Sebuah Pengantar Komprenhensif).

Yogyakarta: Jalasutra.

Featherstone, Mike. 2008.Postmodernisme dan Budaya Konsumen.(terj. Mizbah Zulfa Elisabeth). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan.Yogyakarta: Jalasutra.

Best, Steven and Kellner, Douglas. 1991. Postmodern Theory Critical Intrergration.New York: Giulford Press.

Suyanto dan Nurhadi. 2007.IPS Ekonomi.Jakarta: Erlangga. http://venusofwillendorftd1.wordpresss.com/2008/03/26/pop-art. http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.


(43)

commit to user

31


(1)

Gambar 8 Judul : Melihat TV

Tahun : 2010

Media : Acrilic on canvas Ukuran : 200 cm x 120 cm Fotografer : Rubayak Thalib

Di dalam karya ini, petruk sedang menyaksikan televisi yang sedang menginformasikan bahwa merk dagang fast food KFC adalah produk makanan hebat untuk gaya. Petruk mengamini apa yang diinformasikan televisi itu, kerena Petruk adalah pengkonsumsi merkfast food KFC. Disana juga terdapat dua ekor babi yang juga sedang


(2)

mengkonsumsi produk KFC, bagi babi-babi ini produkfast fooditu hanya makanan sampah (makanan yang tidak sehat).


(3)

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Membeli pada pengertian awalnya adalah sebagai komplementer dan substitusi. Kemudian pada era kapitalisme sekarang ini membeli mengalami pergeseran makna, membeli bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok untuk hidup (fungsional), tetapi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), tujuannya pun ikut bergeser dari kebutuhan (need), menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi keinginan (want). Gaya hidup (lifestyle), tidak lain adalah satu bentuk pembentukan dari budaya konsumerisme yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, gaya hidup (lifestyle) mengekspresikan dirinya melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna identitas dirinya.

Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikan masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban. Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Pada akhirnya masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama dari kegiatan membeli. Membeli menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle), yang di sana terdapat ajang adu


(4)

akan selalu memperbarui diri. Dan ketika masyarakat bertarung dengan produk maka selamanya masyarakat tidak akan pernah memenangkan pertarungan yang sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah pertarungan yang musuh sesungguhnya adalah diri sendiri. Kapitalisme bukanlah sebuah monster yang harus dihindari tatkala masyarakat mampu memahami dengan citarasa ketimuran yang sesungguhnya kaya akan nilai dan kultur kebijaksanaan.

Dengan menonjolkan tokoh-tokoh dagang beberapa merkfast food dalam setiap karya, tanpa mementingkan komposisi warna, garis, bidang dan sebagainya, dengan tujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya lukis kepada masyarakat mudah di mengerti, karya seni lukis yang diangkat dengan tema gaya hidup membeli diharapkan bisa mewakili penggambaran tema tersebut untuk menjadi sesuatu yang berguna di masa mendatang.

B. Saran

Berpijak dari telaah mengenai budaya beli masyarkat sekarang, maka kiranya perlu diadakan penyadaran ulang. Merevisi kebijakan sosiologis agar kemungkinan menuju bentuk peradaban yang lebih baik segera terwujud tanpa harus mengurangi nilai dan esensi sebuah modernitas.

Pada titik terakhirnya, terciptalah masyarakat yang sadar akan diri sendiri. Kemudian tercapailah sinergi postif antara kemajuan zaman dan kearifan lokal sebagai unsur penyangga ketika budaya ketimuran mulai hilang oleh deru kapitalisme global.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Capra, Fritjof. 2005.The Hidden Conncetion: Strategi Sistemik Dalam Melawan Kapitalisme Baru(terj. Andya Primanda). Yogyakarta: Jalasutra.

Chaney, David. 2009. Lifestyles (Sebuah Pengantar Komprenhensif). Yogyakarta: Jalasutra.

Featherstone, Mike. 2008.Postmodernisme dan Budaya Konsumen.(terj. Mizbah Zulfa Elisabeth). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan.Yogyakarta: Jalasutra.

Best, Steven and Kellner, Douglas. 1991. Postmodern Theory Critical Intrergration.New York: Giulford Press.

Suyanto dan Nurhadi. 2007.IPS Ekonomi.Jakarta: Erlangga. http://venusofwillendorftd1.wordpresss.com/2008/03/26/pop-art. http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.


(6)