Subkriteria kesesuaian bahan baku dari supplier terhadap spesifikasi yang dikehendaki seharusnya menjadi faktor dasar yang bersifat tetap karena
kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus uniform seragam dengan hanya memperbolehkan terjadi penyimpangan berdasarkan batas toleransi
sedangkan ketepatan waktu pengiriman, harga produk, kemudahan komunikasi dan dukungan teknis merupakan faktor yang bervarian berbeda pada setiap
suppliernya. Ketepatan waktu pengiriman penting agar kelancaran produksi terjamin dan pemenuhan order konsumen dapat dilakukan tepat waktu. Harga
produk yang ditawarkan supplier juga akan mempengaruhi harga jual yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga produk perusahaan dapat bersaing dengan
produk sejenis lainnya. Kemudahan komunikasi diperlukan antara perusahaan dan supplier untuk menjamin tidak adanya kesalahpahaman atas kesepakatan yang
telah dibuat untuk menunjang kelancaran produksi. Dukungan teknis dari supplier sangat membantu ketika perusahaan menghadapi kendala dengan bahan
baku yang sudah dikirimkan.
6.3. Analisis Metode COPRAS-G
Metode COPRAS-G mengelola informasi mengenai kriteria yang ditulis dalam bentuk interval dan digunakan untuk memperoleh prioritas alternatif
terbaik. Ada 7 supplier yang dinilai yang dibagi ke supplier bahan baku busa dan bahan baku kawat. Supplier bahan baku busa terdiri dari 4 supplier yaitu PT.
Hanaria Indah HI, PT. Pacific Foam PF, PT. Dunia Chemical Industries DCI dan PT. Maju Foam MF. Supplier bahan baku kawat terdiri dari 3 supplier yaitu
Universitas Sumatera Utara
PT. Gunung Gahapi Sakti GGS, PT. Baja Utama Wiraswasta Inti BUWI dan PT. Abadi Jaya Perkasa AJS. Melalui pengolahan metode COPRAS, diperoleh
prioritas bobot alternatif yang akan dijadikan saran bagi perusahaan dalam mengevaluasi supplier. Hasil bobot alternatif melalui pengolahan COPRAS untuk
supplier bahan baku busa ditampilkan pada Tabel 6.2. dan supplier bahan baku kawat ditampilkan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.2. Prioritas Bobot Supplier Bahan Baku Busa Keterangan
HI PF
DCI MF
Pi Atribut dengan nilai lebih besar lebih
dikehendaki 0,1914
0,1790 0,1745
0,1752
Ri Atribut dengan nilai lebih kecil lebih
dikehendaki 0,0637
0,0711 0,0727
0,0724
1Ri
15,6864 14,0551
13,7488 13,8182
Bobot Relatif Qi 0,2681
0,2477 0,2417
0,2427
Derajat Utilitas Ni 100,00
92,38 90,16
90,53
Tabel 6.3. Prioritas Bobot Supplier Bahan Baku Kawat Keterangan
GGS BUWI
AJS Pi Atribut dengan
nilai lebih besar lebih dikehendaki
0,2353 0,2412
0,2436
Ri Atribut dengan nilai lebih kecil lebih
dikehendaki 0,0917
0,0925 0,0959
1Ri 10,9100
10,8119 10,4329
Bobot Relatif Qi
0,3303 0,3353
0,3345
Derajat Utilitas Ni 98,49
100,00 99,74
Tabel 6.2. menunjukkan prioritas supplier bahan baku busa hasil pengolahan metode COPRAS dari yang terbaik adalah Hanaria Indah, Pacific
Foam, Maju Foam, dan Dunia Chemical Industries. Sedangkan untuk supplier
Universitas Sumatera Utara
bahan baku kawat ditampilkan pada Tabel 6.3. dengan priotitas Baja Utama Wiraswasta Inti, Abadi Jaya Perkasa, dan. Gunung Gahapi Sakti. Hal ini
mengindikasi bahwa supplier yang paling unggul adalah rekanan terbaik dibandingkan dengan supplier lainnya sedangkan untuk prioritas supplier
terbawah mengindikasi bahwa supplier ini dapat dievaluasi ulang kinerjanya dan dipertimbangkan kembali oleh perusahaan untuk menyuplai bahan baku.
Pada teori Porter Five Forces Model yang dikemukakan oleh Porter 1998, terdapat salah satu kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam
suatu industri yaitu daya tawar supplier. Kondisi yang mengindikasikan bahwa daya tawar supplier lebih tinggi terhadap buyer dapat dilihat dari produk supplier
merupakan komponen penting bagi buyer, tidak adanya persaingan dari produk substitusi, dan buyer bukan merupakan pelanggan utama dari supplier. Ketiga
kondisi tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi pada PT. Budi Raya Perkasa sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tawar supplier bahan baku kawat dan
busa lebih tinggi terhadap PT. Budi Raya Perkasa. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku terhadap PT. Budi Raya
Perkasa dimana hubungan sebaliknya terjadi antara buyer terhadap supplier. Namun, terdapat supplier sejenis yang lain sehingga perusahaan memiliki opsi
untuk mengganti supplier mengingat kinerja supplier saat ini yang kurang baik berdasarkan hasil urutan prioritas supplier dalam melakukan evaluasi supplier.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN