131
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Kota Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu dari 7 kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Berjarak sekitar 78 kilometer dari kota Medan dan terletak pada
3º19’00’’ - 3º21’00’’ Lintang Utara dan 98º11’ - 98º21’ Bujur Timur dan luas Kota Tebing Tinggi sekitar 38,438 km
2.
. Kota Tebing Tinggi berada dibagian Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN
III Rambutan di sebelah Utara, PT. Socfindo Kebun Tanah Bersih di sebelah Timur, PTPN III Kebun Pabatu di sebelah Selatan, dan PTPN III Kebun Gunung
Pamela Bandar Bejambu di sebelah Barat Data Publikasi BPS 2014. Kota Tebing Tinggi ini adalah kota bertemunya 2 jalur lintas utama di
Sumatera, sehingga posisinya sangat strategis khususnya sebagai kota yang mengandalkan usaha perdangangan dan jasa sebagai pendukung utama dalam
menjalankan roda ekonomi di kota ini. Kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang walikota dibantu oleh seorang
wakil walikota. Jumlah penduduk di Kota Tebing Tinggi sebanyak 149.045 orang yang terbagi di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Padang Hulu, Padang Hilir, Tebing
Tinggi Kota, Bajenis, dan Rambutan. Jumlah penduduk di setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1.
132
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Tebing Tinggi
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk Persentase
1. Padang Hulu
27.490 18
2. Tebing Tinggi Kota
24.352 16
3. Rambutan
32.370 22
4. Bajenis
34.004 23
5. Padang Hilir
30.849 21
Jumlah 149.045
100
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Dari jumlah penduduk masing-masing kecamatan yang dipersentasekan dapat terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kota Tebing Tinggi terbilang cukup
merata karena jumlah penduduk antar kecamatan tidak jauh berbeda. Kecamatan Tebing Tinggi Kota memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit. Hal ini
dikarenakan Kecamatan Tebing Tinggi Kota merupakan pusat kegiatan ekonomi sehingga penggunaan lahannya lebih banyak untuk pertokoan dan kantor-kantor
baik milik pemerintah maupun swasta daripada pemukiman penduduk.
4.1.2. Pengusaha UKM Muslim
Pengusaha UKM yang beragama Islam di Kota Tebing Tinggi belum diketahui secara pasti jumlah populasinya. Tetapi jumlah UKM keseluruhan yang
ada di Kota Tebing Tinggi sebanyak 6.153. Bidang usaha para pengusaha UKM ini dirinci seperti dalam tabel 4.2.
133
Tabel 4.2. Jumlah UKM di Kota Tebing Tinggi Menurut Jenis Usahanya
No. Jenis Usaha
Jumlah UKM Persentase
1. Aneka usaha
1.697 27.6
2. Perdagangan
3.476 56.5
3. Jasa
648 10.5
4. Industri
316 5.1
5. Peternakan
11 0.18
6. Pertanian
5 0.08
Jumlah 6.153
99.96
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa UKM yang bergerak di bidang peternakan dan pertanian adalah yang paling sedikit jumlahnya. Hal ini wajar
dikarenakan Kota Tebing Tinggi merupakan daerah yang padat penduduk sehingga mengakibatkan keterbatasan lahan kosong. Sedangkan usaha
perdagangan paling banyak ditemukan di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat di sepanjang jalan di Kota Tebing Tinggi dimana banyak terdapat pedagang yang
menjajakan kebutuhan barang primer dan sekunder, dan juga industri kecil lainnya. Maka dari itu Kota Tebing Tinggi dikenal dengan kota perdagangan dan
jasa. Melihat jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi sebagaimana Tabel 4.1 di
atas dan dibandingkan dengan jumlah pelaku usaha sebagaimana Tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa pelaku UKM di Kota Tebing Tinggi masih sangat sedikit
yakni sekitar 4,12. Namun demikian sumbangan PDRB UKM terhadap pemerintah Kota Tebing Tinggi cukup besar yakni mencapai 74,39. Data
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1 :
134
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2014
Gambar 4.1 Struktur Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2013
4.2.Profil dan Deskripsi Responden 4.2.1.
Profil Pengusaha
Profil dari 50 orang pengusaha UKM Muslim di Kota Tebing Tinggi yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dilihat dari data-data yang disajikan
berikut ini. 1.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perbandingan jenis kelamin pengusaha UKM Muslim dapat dilihat pada Tabel
4.3 :
Struktur Ekonomi Kota Tebing Tinggi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Bangunan
Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa
Industri Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pertambangan dan Penggalian Lembaga Keuangan, Usaha
Persewaan, Jasa Perusahaan Pertanian
135
Tabel 4.3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
Laki-laki 29
58 Perempuan
21 42
Total 50
100
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan hasil output SPSS 19 tabel 4.3. dapat diketahui perbandingan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan responden
yang berjenis kelamin perempuan. Responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29 dengan tingkat persentase sebesar 58 dari total responden dan
responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 21 dengan tingkat persentase 42 dari total responden.
Perbedaan jumlah pengusaha UKM laki-laki dan perempuan tidak terlalu besar dengan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa di Kota Tebing Tinggi peluang
untuk membukan dan menjalankan usaha terbuka untuk semua jenis kelamin. Hal ini terbukti baik laki-laki maupun perempuan dapat berprofesi sebagai pengusaha
UKM. Pemerintah Kota Tebing Tinggi menjamin kemerdekaan serta mendorong masyarakat untuk berusaha sesuai minat dan keinginan mereka.
2. Data Responden Berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini umur responden dibagi menjadi 4 kategori yaitu 30, 30- 40, 41-50, 50. Tabel 4.4 menyajikan frekuensi umur responden sebagai berikut :
136
Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi
Persentase
30 3
6 30-40
11 22
41-50 24
48 50
12 24
Total 50
100
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan hasil output SPSS 19 Tabel 4.4. dapat diketahui pengusaha yang berusia 41-50 tahun lebih banyak menjadi responden dengan jumlah 24
orang atau 48 dari total responden. Kemudian pengusaha yang berusia diatas 50 tahun berjumlah 12 orang atau 24 dari total responden, pengusaha yang berusia
30-40 tahun berjumlah 11 orang atau 22 dari total responden, dan yang paling sedikit adalah pengusaha yang berusia kurang dari 30 tahun dengan jumlah 3
orang atau 6 dari total responden. Dapat disimpulkan bahwa orientasi masyarakat yang berumur di bawah 30
di Kota Tebing Tinggi masih ingin menjadi pekerja terlihat dari sedikitnya jumlah pengusaha yang berumur dibawah usia 30 tahun. Sedangkan pengusaha yang
berusia antara 41-50 tahun sudah memiliki banyak pengalaman dan bekal kemampuan untuk menjadi pengusaha UKM sehingga tidak heran kalau jumlah
pengusaha di usia tersebut lebih banyak. Ini menunjukkan gambaran pengusaha yang ada di Kota Tebing Tinggi sehingga bilamana pemerintah melalui dinas
terkait melakukan pembinaan terhadap kelompok usia tersebut maka hasil pembinaan tersebut diharapkan akan maksimal megingat kecil kemungkinan bagi
mereka untuk beralih profesi ke bidang lain.
137
3. Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Data reponden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Jenis Kelamin Pendidikan
Umur Total
30 30-40
41-50 50
Laki-Laki Tamat SDSederajat
4 5
9 Tamat SMPSederajat
1 2
2 5
Tamat SMASederajat 5
6 1
12 Tamat D3Sederajat
1 1
Tamat S1Sederajat 1
1 2
Total 1
7 13
8 29
Perempuan Tamat SDSederajat
2 2
Tamat SMPSederajat 1
1 3
5 Tamat SMASederajat
1 2
7 1
11 Tamat D3Sederajat
1 1
2 Tamat S1Sederajat
1 1
Total 2
4 11
4 21
Total Tamat SDSederajat
6 5
11 Tamat SMPSederajat
2 3
5 10
Tamat SMASederajat 1
7 13
2 23
Tamat D3Sederajat 2
1 3
Tamat S1Sederajat 2
1 3
Total 3
11 24
12 50
Sumber : diolah dari data primer
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pengusaha UKM Muslim di Kota Tebing Tinggi sebagian besar dalah tamatan
SMAsederajat dimana pengusaha berjenis laki-laki dengan umur 30-40 tahun yang menamatkan pendidikan sampai ke SMA berjumlah 5 orang, yang berumur
41-50 tahun berjumlah 6 orang, dan di atas 50 tahun berjumlah 1 orang. Sedangkan pengusaha UKM yang berjenis kelamin perempuan yang menamatkan
pendidikan sampai ke jenjang SMAsederajat berjumlah 11 orang. Dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menamatkan
pendidikan sampai ke tingkat pendidikan SMAsederajat maka kecil kemungkinan
138
dan harapan bagi mereka untuk dapat masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, mereka lebih cenderung memilih menjadi pelaku usaha kecil sebagai sumber mata
pencarian. Sesungguhnya kondisi ini dapat menguntungkan bagi pemerintah karena secara sumber daya manusia tingkat pendidikan mereka sudah cukup
memadai, sehingga pembinaan terhadap pelaku UKM ini dapat dilakukan secara maksimal baik melalui pelatihan keterampilan teknis maupun pelatihan tata kelola
usaha menejerial sehingga diharapkan melalui pembinaan dan pelatihan mereka dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.
Sedangkan pengusaha UKM Muslim yang menamatkan pendidikan sampai ke tingkat diploma dan sarjana adalah yang paling sedikit jumlahnya. Ini
menggambarkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memilih menjadi pekerja baik sebagai pegawai pemerintahan maupun swasta. Padahal
seharusnya dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi kemampuan mereka untuk mengelola dan mengembangkan usaha tentunya lebih baik.
4. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha dan Rasa Puas
Dengan Prestasi Usaha. Data responden tentang lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai
memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha disajikan dalam Tabel 4.6 :
Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha
139
Lama Berusaha Rasa Puas dengan Prestasi Perusahaan
Total Belum Puas
Puas Sangat Puas
3 Tahun 4
2 6
3-5 Tahun 5
5 10
6-8 Tahun 3
2 5
9-11 Tahun 1
3 4
12-14 Tahun 2
1 3
14 Tahun 14
7 1
22 Total
29 19
2 50
Sumber : diolah dari data primer
Data pada Tabel 4.6. menunjukkan bahwa responden yang sudah menjadi pengusaha selama lebih dari 14 tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu sekitar 22
orang 14 diantaranya masih belum puas dengan prestasi perusahaan yang telah dicapai. Diikuti oleh pengusaha yang baru menjalankan usahanya selama 3-5
tahun sebanyak 10 orang dan 5 diantaranya mengaku sudah puas dengan prestasi perusahaannya. Pengusaha yang sudah 12-14 tahun menjadi pengusaha adalah
yang paling sedikit jumlahnya yakni 3 orang dan 1 diantaranya mengaku sangat puas oleh prestasi perusahaannya.
Dari hasil survey yang dilakukan ternyata pengusaha yang telah menjalankan usahanya lebih dari 14 tahun ternyata belum merasa puas atas hasil
usaha yang telah dijalani selama ini. Hal ini pada hakikatnya menunjukkan keinginan untuk menjadikan mereka lebih baik sebagai pelaku usaha dan usaha
yang dijalankan mereka lebih maju.
5. Data Responden Berdasarkan Suku
140
Pengusaha UKM Muslim di Kota Tebing Tinggi berasal dari berbagai suku yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. :
Tabel 4.7. Data Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi
Persentase
Batak Toba, Mandailing, dll 11
22 Jawa
33 66
Melayu 1
2 Minang
1 2
Aceh 1
2 Lain-lain
3 6
Total 50
100
Sumber : diolah dari data primer
Penduduk di Kota Tebing Tinggi didominasi oleh suku Melayu sebanyak 70, Jawa 15, dan Batak 10 Kota Tebing Tinggi
www.id.wikipedia.orgdiakses 18 Agustus 2015 tetapi berdasarkan hasil olahan spss 19 Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas pengusaha UKM Muslim di
Kota Tebing Tinggi adalah suku Jawa terlihat dari jumlah responden bersuku jawa sebesar 33 orang atau 66 dari total responden. lalu responden yang bersuku
Batak sebanyak 11 orang atau 22 dari total responden dan responden bersuku lain-lain seperti Banjar dan Banten berjumlah 3 orang atau 6 dari total
responden. Sedangkan suku Melayu, Minang, dan Aceh masing-masing hanya berjumlah 1 orang atau 2 dari total responden. dapat diartikan bahwa
produktivitas penduduk bersuku Jawa di Kota Tebing Tinggi lebih tinggi daripada mayoritas penduduk yang bersuku Melayu. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik
suku jawa yang lebih mandiri dan tekun. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa
141
Kota Tebing Tinggi terbuka bagi seluruh suku untuk menjalankan usahanya. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2. :
Gambar 4.2. Data Responden Berdasarkan Suku
6. Data Responden Berdasarkan PernahTidak Pernah Sekolah Agama
Data responden berdasarkan pernahtidak pernah sekolah agama dapat dilihat pada Tabel 4.9. di bawah ini :
Tabel 4.8. Data Responden Berdasarkan PernahTidak Pernah Sekolah Agama
Jenis Kelamin Sekolah Agama
Total Pernah Sekolah
Agama Tidak Pernah
Sekolah Agama
Laki-Laki 9
20 29
Perempuan 7
14 21
Total 16
34 50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan pengalaman bersekolah agama Tabel 4.8 sebanyak 16 pengusaha UKM Muslim yang terdiri dari 9 laki-laki dan 7 perempuan
menyatakan bahwa mereka pernah bersekolah agama dan sisanya atau 34
Data Responden Berdasarkan Suku
Batak Toba, Mandailing, dll
Jawa
Melayu Minang
Aceh Lain-lain
142
pengusaha UKM Muslim yang terdiri dari 20 laki-laki dan 14 perempuan menyatakan bahwa mereka tidak pernah bersekolah agama. Hal ini dapat
mempengaruhi pengetahuan mereka tentang hukum Islam dalam bermuamalah seperti tidak boleh berhubungan dengan riba, sehingga kalaupun mereka ingin
melakukan peminjaman di Bank keputusan untuk lebih cenderung memilih Bank Syari’ah akan mereka ambil. Tetapi lebih banyak responden yang tidak pernah
sekolah agama, sehingga hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung memilih Bank Konvensional, ini bisa terjadi karena
pemahaman mereka tentang hukum riba masih sangat minim.
4.2.2. Profil Perusahaan
Profil perusahaan dari 50 pengusaha UKM Muslim di Kota Tebing Tinggi yang menjadi responden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut.
1. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan
Data responden berdasarkan kategori perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.9. di bawah ini :
Tabel 4.9. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan
143
Kategori Perusahaan Jumlah Pekerja
Total 5
Orang 5 – 10
Orang 11 – 15
Orang 20
Orang Milik
Perorangan Jumlah
23 13
4 40
Kategori Perusahaan
57.5 32.5
10.0 .0
100.0 Jumlah
Pekerja 82.1
81.3 100.0
.0 80.0
Dari Total 46.0
26.0 8.0
.0 80.0
Milik Keluarga
Jumlah 5
3 1
9 Kategori
Perusahaan 55.6
33.3 11.1
100.0 Jumlah
Pekerja 17.9
18.8 50.0
18.0 Dari Total
10.0 6.0
.0 2.0
18.0 CV
Jumlah 1
1 Kategori
Perusahaan .0
.0 .0
100.0 100.0
Jumlah Pekerja
.0 .0
.0 50.0
2.0 Dari Total
.0 .0
.0 2.0
2.0 Total
Jumlah 28
16 4
2 50
Kategori Perusahaan
56.0 32.0
8.0 4.0
100.0 Jumlah
Pekerja 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
Dari Total 56.0
32.0 8.0
4.0 100.0
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa kategori perusahaan milik perorangan lebih mendominasi daripada kategori lainnya sebesar 40 perusahaan
atau 80 dari total responden dimana 23 perusahaan dalam kategori tersebut memiliki kurang dari 5 orang pekerja tetap, 13 perusahaan memiliki 5-10 pekerja
tetap, dan 4 perusahaan memiliki 11-15 orang pekerja tetap. Selanjutnyaperusahaan milik keluarga sebanyak 9 perusahaan atau 18 dari total
responden dimana pada kategori ini terdapat 5 perusahaan yang memiliki pekerja tetap kurang dari 5 orang. Kemudian pada kategori CV hanya ditemukan 1
144
perusahaan atau 2 dari total responden dan perusahaan ini memiliki lebih dari 20 orang pekerja tetap.
Tata kelola yang dilakukan oleh usaha perorangan belum berjalan dengan baik sehingga produktivitas usaha masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
penyerapan tenaga kerja yang masih sedikit. Namun pada usaha perorangan ini sistem komando dapat dilakukan oleh pemilik usaha. Sementara untuk usaha
keluarga penyerapan tenaga kerja lebih banyak, ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap usaha tersebut sangat tinggi sehingga anggota keluarga
turut serta dalam kegiatan usaha yang dijalankan dengan sistem pendelegasian kewenangan pada tugas-tugas tertentu namun sistem komando sulit diterapkan
karena adanya hubungan kekeluargaan antara pemilik dan pekerja. Data responden berdasarkan kategori dan jumlah pekerjaan yang dimiliki dapat dilihat
pada Gambar 4.3. :
145
Gambar 4.3 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja
2. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalaninya dapat dilihat pada Tabel 4.10. :
Tabel 4.10. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Kategori Perusahaan
Bidang Usaha Total
Produksi Makanan
dan Minuman
Olahan Kayu
RotanB ata
Pertukangan Besi, Tembaga
Usaha Dagang
Restoran Lain-
Lain
Milik Perorangan
20 3
1 5
11 40
Milik Keluarga
9 9
CV 1
1 Total
29 3
1 6
11 50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat diketahui usaha pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden di dalam penelitian ini sebagian besar
memproduksi makanan dan minuman yaitu sebanyak 29 perusahan dimana 20 perusahaan berkategori milik perorangan dan 9 perusahaan milik keluarga. Usaha
berdagang atau membuka restoran sebanyak 6 perusahaan. Sebanyak 3
146
perusahaan milik perorangan menjalani bidang usaha olahan kayurotanbambubata dan hanya 1 perusahaan yang menjalani bidang usaha
pertukangan besi dan tembaga. Sedangkan 11 perusahaan milik perorangan lainnya menjalani usaha lain-lain seperti perbengkelan, produksi pakaian, dan
jasa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari usaha
yang dilakukan bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman. Hal ini disebabkan oleh karena bidang usaha makanan dan minuman tidak memerlukan
keterampilan yang spesifik, disini hanya dibutuhkan keterampilan yang mendasar seperti meracik olahan untuk bahan makanan.
3. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan
Data responden berdasarkan lama perusahaan responden didirikan dikaitkan dengan omset pertahun yang didapat dan jumlah pekerja tetap yang dipekerjakan
dapat dilihat pada Tabel 4.11. :
Tabel 4.11. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan Berdiri
Omset Lama
Perusahaan Berdiri
Jumlah Pekerja Total
5 Orang
5 – 10 Orang
11 – 15 Orang
20 Orang
147 Rp 100
Juta 4 Tahun
6 2
8 4 – 6 Tahun
3 1
4 7 – 9 Tahun
1 1
10 – 12 Tahun
2 2
12 Tahun 7
3 10
Total 19
6 25
Rp 150 – 200 Juta
4 Tahun 1
1 2
4 – 6 Tahun 1
1 2
7 – 9 Tahun 1
1 10 – 12
Tahun 2
2 12 Tahun
3 1
1 5
Total 7
4 1
12
Rp 201 – 250 Juta
10 - 12 Tahun
1 1
12 Tahun 1
1 2
Total 1
2 3
Rp 350 Juta
4 Tahun 1
1 4 – 6 Tahun
3 1
1 5
7 – 9 Tahun 1
1 12 Tahun
1 1
1 3
Total 1
4 3
2
Total 4 Tahun
7 3
1 11
4 – 6 Tahun 4
5 1
1 11
7 – 9 Tahun 1
1 1
3 10 – 12
Tahun 4
1 5
12 Tahun 12
6 2
20 Total
28 16
4 2
50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 12 tahun sebanyak 20 perusahaan dimana omsetnya masih tergolong
rendah dan jumlah pekerja tetapnya pun masih sedikit. Kebanyakan perusahaan- perusahaan yang sudah berdiri lama tersebut masih memiliki pekerja kurang dari
5 orang dan omset kurang dari Rp 100 juta per tahun. Berikutnya perusahaan yang sudah berdiri selama 10-12 tahun sebanyak 5 perusahaan. Meskipun perusahaan
yang sudah berdiri 10-12 tahun ini tergolong perusahaan lama, tetapi omset dan
148
jumlah pekerja tetapnya masih rendah. Selanjutnya perusahaan yang sudah berdiri selama 7-9 tahun sebanyak 3 perusahaan, perusahaan yang sudah berdiri selama
4-6 tahun dan perusahaan yang baru saja berdiri atau sekitar kurang dari 4 tahun masing-masing sebanyak 11 perusahaan.
Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lamanya perusahaan berjalan tidak menjamin bahwa omset perusahaan akan menjadi lebih baik. Tetapi
pada kenyataannya perusahaan yang sudah lama berdiri memiliki omset yang relative masih rendah serta hanya memiliki sedikit jumlah pekerja tetap. Hal ini
disebabkan kurangnya kemampuan manajerial pengusaha dalam mengelola usahanya untuk menjadi lebih maju. Banyaknya perusahaan yang sudah lama
berdiri ini harusnya dapat memberikan sumbangsih dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Pemerintah sebaiknya memberikan pembinaan
agar perusahaan-perusahaan ini dapat lebih maju sehingga tidak hanya dapat bertahan dengan kondisi usaha yang stagnan tetapi bertahan dengan adanya
peningkatan usaha di setiap tahunnya. 4.
Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset Data responden berdasarkan daerah pemasarandikaitkan dengan omset yang
didapat dari hasil usahanya selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.12. :
Tabel 4.12. Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset
Daerah Pemasaran
Omset Total
Rp 100 Juta
Rp 150-200 Juta
Rp 201-250 Juta
Rp 350 Juta
Kecamatan 12
3 1
16
149 KabupatenKota
10 8
1 7
26 Provinsi
3 1
1 3
8 Total
25 12
3 10
50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa usaha responden yang pemasarannya hanya sampai kecamatan berjumlah 16 usaha, sebagian besar omset
yang didapat per tahun kurang dari Rp 100 juta. Lalu usaha yang pemasarannya sudah sampai ke kabupatenkota berjumlah 26 usaha dimana omset yang didapat
relatif tinggi yakni Rp 150 – 100 juta sebanyak 8 usaha, Rp 201 - 250 juta sebanyak 1 usaha, dan Rp 350 juta sebanyak 7 usaha. Sedangkan usaha
responden yang pemasarannya sudah sampai ke tingkat provinsi hanya 8 usaha. Dapat disimpulkan bahwa semakin luas cakupan wilayah pemasaran,
maka omset perusahaan akan semakin tinggi. Namun kenyataanya masih banyak pelaku UKM yang belum memiliki jaringan pemasaran yang luas, sehingga
pemasaran yang dilakukan hanya sekitar Kota Tebing Tinggi. Untuk itu, pemerintah kiranya perlu melakukan pembinaan melalui keikutsertaan UKM pada
pameran-pameran tingkat provinsi maupun nasional.
4.3. Deskripsi Penelitian