Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini diadakan di SD Safiyyatul Amaliyyah Medan yang berlokasi di Jalan Setia Budi No. 191 Medan, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, dengan batas wilayah: a. Batas utara : Jalan Setia Budi b. Batas selatan : Raz Plaza c. Batas timur : Restoran My Bento d. Batas barat : Raz Minimarket SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki luas sekitar 12000 m². SD ini merupakan bagian dari Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dimana yayasan ini memliki jenjang pendidikan dari PG, TK, SD, SMP, dan SMA. 5.1.2. Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode total sampling dimana semua responden yang memiliki status gizi obesitas dan normoweight dijadikan sebagai sampel, sementara responden yang memiliki status gizi underweight dan overweight tidak dimasukkan ke dalam sampel namun sebagai data tambahan disesuaikan dengan tujuan khusus peneliti. Responden yang memiliki status gizi obesitas dijadikan sebagai kelompok kasus case sebanyak 42 orang dan responden yang memiliki status gizi normoweight dijadikan sebagai kelompok kontrol control sebanyak 48 orang. Total responden dalam penelitian ini sebanyak 90 orang dengan karakteristik seperti pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Frekuensi orang Frekuensi 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki 54 60 b. Perempuan 2. Usia tahun a. 9 b. 10 c. 11 3. Kelas a. V b. VI 36 10 52 28 41 49 40 11,1 57,8 31,1 45,6 54,4 Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 54 orang 60 dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 36 orang 40. Secara garis besar responden berusia dari 9 tahun sampai 11 tahun. Responden mayoritas berusia 10 tahun yaitu 52 orang 57,8 dan sebagian lagi berusia 11 tahun yaitu 28 orang 31,1, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 9 tahun yaitu 10 orang 11,1. Pada penelitian ini, siswa kelas VI yang menjadi responden lebih banyak jika dibandingkan dengan siswa kelas V. Siswa kelas VI berjumlah 49 orang 54,4, sedangkan siswa kelas V berjumlah 41 orang 45,6. 5.1.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Fast Food Dari survei yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2013 melalui kuesioner yang telah dibagikan kepada 90 responden yang memenuhi kriteria, didapat data frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food siswa Kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah tahun 2013. Distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food dilihat dari tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Konsumsi Makanan Cepat Saji Fast Food Kategori Konsumsi Frekuensi Frekuensi Sering sekali 2-7xminggu 29 32,2 Sering 3-4 xbulan 34 37,8 Jarang 0-2xbulan 27 30 Total 90 100 Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang mengonsumsi makanan cepat saji fast food dengan kategori “sering”, yaitu sebanyak 34 orang 37,8, sedangkan responden yang mengonsumsi makanan cepat saji dengan kategori “sering sekali” ada sebanyak 29 orang 32,2 dan kategori “jarang” ada sebanyak 27 orang 30. Berdasarkan Tabel 5.3 di bawah ini dapat diketahui bahwa jenis makanan yang sangat sering dikonsumsi oleh responden adalah gorengan yaitu sebanyak 52 orang 57,8, dilanjutkan dengan kentang goreng sebanyak 50 orang 55,6, sedangkan jenis makanan yang jarang dikonsumsi oleh responden adalah sandwich sebanyak 30 orang 33,3. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji Fast Food yang dikonsumsi Responden No. Jenis Makanan Frekuensi Konsumsi Total 2-7x minggu 3-4xbulan 0-2xbulan n n n n 1. Ayam goreng Kentucky 39 43,3 14 15,6 37 41,1 2. Hamburger 40 44,4 16 17,8 34 37,8 90 100 3. Hot dog 33 36,7 16 17,8 41 45,6 90 100 4. Pizza 35 38,9 26 28,9 29 32,2 90 100 5. Sandwich 30 33,3 20 22,2 40 44,4 90 100 6. Spaghetti 37 41,1 23 25,6 30 33,3 90 100 7. Kentang goreng 50 55,6 21 23,3 19 21,1 90 100 8. Chicken nugget 47 52,2 23 25,6 20 22,2 90 100 9. Sosis 49 54,4 17 18,9 24 26,7 90 100 10. Gorengan 52 57,8 18 20,0 20 22,2 90 100 11. Donat 47 52,2 20 22,2 23 25,6 90 100 12. Bakso goreng bakar 46 51,1 19 21,1 25 27,8 90 100 13. Mie goreng 49 54,4 18 20,0 23 25,6 90 100 14. Mie instant 41 45,6 29 32,2 20 22,2 90 100 15. Siomay 40 44,4 19 21,1 31 34,4 90 100 5.1.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Dalam menentukan status gizi responden, dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi kepada seluruh siswa kelas V dan VI. Obesitas ditentukan berdasarkan Grafik BBTB CDC dengan P120, kemudian diplotkan ke dalam Grafik IMT CDC dengan P95. Sesuai dengan tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu mengetahui status gizi siswa kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah, maka peneliti memasukkan seluruh siswa kelas V dan VI yang hadir ketika dilakukan Universitas Sumatera Utara pengukuran berat badan dan tinggi badan yaitu 144 orang, namun yang dijadikan sampel penelitian adalah responden dengan status gizi obesitas dan normoweight. Distribusi responden dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Status Gizi Frekuensi Frekuensi Underweight gizi kurang 39 27,1 Normoweight gizi cukup 48 33,3 Overweight gizi lebih 15 10,4 Obesitas 42 29,2 Total 144 100 Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui responden yang obesitas tergolong banyak yaitu 42 orang 29,2. Responden yang underweight ada sebanyak 39 orang 27,1, responden yang normoweight ada sebanyak 48 orang 33,3, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang overweight yaitu 15 orang 10,4. 5.1.5. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Fast Food dengan Obesitas Hasil penilaian kategori frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food ditabulasi silang dengan status gizi responden. Kategori frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu sering sekali, sering, dan jarang, ditabulasi dengan status gizi yang terdiri dari 2 kategori, yakni obesitas dan normoweight. Dari hasil tabulasi silang tersebut maka dapat dilihat bagaimana hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food dengan status gizi. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Fast Food dengan Obesitas Kategori Frekuensi Konsumsi Status Gizi n p value OR Obesitas Normoweight N N Sering sekali 21 50,0 8 16,7 29 32,2 0.003 Sering 13 31,0 21 43,8 34 37,8 4.24 Jarang 8 19,0 19 39,6 27 30,0 6.23 signifikan p0.05 Hasil tabulasi silang di atas menyatakan bahwa responden yang status gizinya obesitas, frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast fooddengan kategori sering sekali lebih banyak yaitu 21 orang 50,0 dibandingkan mereka yang frekuensi konsumsi makanan cepat sajinya sering atau jarang yaitu 13 orang 31,0 dan 18 orang 19,0. Pada responden yang status gizinya normoweight, frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food dengan kategori sering lebih banyak yaitu 21 orang 43,8 jika dibandingkan dengan mereka yang frekuensi konsumsi makanan cepat sajinya sering sekali atau jarang yaitu 8 orang 16,7 dan 19 orang 39,6. Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini, nilai p yang diperoleh adalah 0,003 p0,05 yang menyatakan adanya hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji fast food dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah Medan. Untuk menentukan nilai Odd Ratio OR dalam penelitian ini yaitu analisa keeratan hubungan antara kedua variabel, maka peneliti melakukan dummy variabel dimana ditetapkan kelompok pembanding yaitu kelompok kategori frekuensi konsumsi “sering sekali”. Nilai OR 4,24 menunjukkan responden dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sering sekali memiliki risiko 4,24 kali menjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering. Nilai OR 6,3 menunjukkan responden Universitas Sumatera Utara dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sering sekali memiliki risiko 6,23 kali menjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang.

5.2. Pembahasan