Penal Peranan kepolisian dalam penyidikan kasus Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan Kematian (studi kasus di polresta Pematang siantar)

BAB IV KEBIJAKAN HUKUM POLISI DALAM MENANGGULANGI

KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN KEMATIAN Konsepsi kebijakan penanggulangan kejahatan yang integral mengandung konsekuensi, bahwa segala usaha yang rasional untuk menanggulanginya harus merupakan satu kesatuan yang terpadu integralitas, yang berarti kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan kebijakan penal harus pula dipadukan dengan kebiasaan atau usaha-usaha yang bersifat non penal.

A. Penal

Kebijakan penal, atau disebut “penal policy” menurut Marc Ancel adalah suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik, atau disebut juga kebijakan hukum pidana. 68 Penanggulangan kecelakaan lalu lintas oleh polisi dalam kebijakan hukum pidana adalah dengan melakukan tugas dan wewenangnya sebagai penyelidik dan penyidik untuk mencari terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangkanya, yang selanjutnya dilakukan penangkapan, penahanan, penyitaan barang bukti, pemeriksaan, serta pemberkasan untuk dikirim ke Jaksa Penuntut Umum JPU, agar pelaku tindak pidana kelalaian mengakibatkan orang lain 68 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni. Halaman 149. Universitas Sumatera Utara meninggal dunia dapat diproses dalam sidang pengadilan dan mendapatkan hukuman sebagaimana perbuatannya. Kebijakan penal dapat diartikan sebagai penindakan pelanggaran lalu lintas secara hukum yang meliputi penindakan dengan menggunakan tilang, serta penindakan terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban jiwa dengan menggunakan ketentuan penyidikan sebagaimana terdapat dalam KUHAP. Dasar hukum penegakan hukum lalu lintas di bidang represif antara lain yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 83 tahun 1980 tentang jalan. 2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP 3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkatan jalan. 4. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1980 tentang jalan tol. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 sd 44 tahun 1993 7. Keputusan Menteri Perhubungan 8. Peraturan daerah Peran polisi lalu lintas dalam penegakan hukum pidana yang berkaitan dengan kasus kecelakaan lalu lintas menurut KUHAP adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan. Hal ini disebabkan kelalaian dalam berlalu lintas diatur pada pasal 359 dan 360 KUHP yang mengakibatkan luka-luka atau kematian pada orang lain. Universitas Sumatera Utara Kebijakan penal polisi dalam penyidikan tindak pidana kelalaian mengakibatkan matinya orang lain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP adalah sebagai berikut: 1. Mendatangi tempat kejadian perkara Penyidik mendatangi tempat kejadian perkara dan melakukan pemotretan mengambil foto tentang keadaan TKP dan selanjutnya membuat sketsa atau gambar kecelakaan lalu lintas dengan sebenar-benarnya atas kekuatan sumpah jabatan. Adapun sketsa atau gambar telah terjadinya suatu kecelakaan meliputi: 1 Gambar jalan dimana lokasi terjadinya kecelakaan. 2 Gambar arah kendaraan sebagai penyebabsubjek kecelakaan. 3 Gambar arah kendaraan yang menjadi objek kecelakaan. 4 Gambar kendaraan sebelum terjadinya kecelakaan, saat terjadinya keel dan setelah terjadinya kecelakaan. 5 Identitas kendaraan yang mengalami kecelakaan. 2. Penangkapan Menurut Pasal 1 butir 20 KUHAP dinyatakan bahwa penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini. Penangkapan terhadap pelaku tindak pidana kelalaian mengakibatkan mati dan luka-lukanya orang adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan. Universitas Sumatera Utara Penangkapan merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh penyidik untuk kepentingan penyidikan atau pemeriksaan jika seseorang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti-bukti awal yang mencukupi suatu penangkapan harus disertai dengan surat perintah tugas dan surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan alasan penangkapan serta uraian singkat mengenai kejahatan yang dipersangkakan surat perintah penangkapan tersebut harus diperlihatkan dan diberikan kepada tersangka atau keluarganya, setelah penangkapan dilakukan tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan kepada keluarganya. 3. Penahanan Setelah tersangka ditangkap maka dapat dilakukan penahanan. Adapun pengertian penahanan adalah sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 21 jo pasal 20 KUHAP : “Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara-cara yang diatur dalam Undang-undang ini.” Alasan dilakukan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa menurut Pasal 21 ayat 1 KUHAP yaitu : 1 dikhawatirkan melarikan diri 2 dikhawatirkan akan merusak menghilangkan barang bukti 3 dikhawatirkan akan melakukan tindak pidana lagi. Penahanan terhadap tersangka dapat dibedakan menjadi tiga yaitu penahanan rumah tahanan Negara, penahanan rumah, dan penahanan kota. Pasal 22 Universitas Sumatera Utara 4. Penggeledahan Pasal 32 KUHAP Adakalanya untuk mendapatkan bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu tindak pidana, penyidik harus memeriksa suatu tempat tertutup atau badan seseorang, hal inilah yang dimaksud dengan penggeledahan. Penggeledahan dibagi menjadi dua : 1 Penggeledahan rumah, adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Pasal 1 butir 17 KUHAP. 2 Penggeledahan badan adalah suatu tindakan dari penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau pakaian tersangka, untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita Pasal 1 butir 18 KUHAP. 5. Penyitaan Pasal 38 KUHAP Berdasarkan Pasal 1 butir 16 KUHAP penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud, atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan. Apabila ternyata bahwa barang bukti tersebut tidak ada hubungannya dengan kejahatan yang dituduhkan, maka barang tersebut dikembalikan pada pemiliknya. Dan apabila perkara telah selesai diputus, maka benda sitaan ditentukan kemana dikembalikan atau dimusnahkan. Apakah kepada Universitas Sumatera Utara pemiliknya atau dirampas untuk kepentingan Negara atau dipergunakan lagi sebagai barang bukti dalam perkara atau dimusnahkan.

B. Non Penal