Moeljatno, 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cetakan Pertama.
Jakarta : Bumi Aksara. Moeljatno, 2008. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi
Aksara. Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992. Teori-teori dan Kebijakan Pidana.
Bandung : Alumni.
Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Jakarta : Balai Pustaka. Rahardjo, Satjipto, 2000. Menuju Kepolisian Republik Indonesia Mandiri yang
Profesional, Jakarta: Yayasan Tenaga Kerja. Ramelan. 2006. Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi. Jakarta: Sumber
Ilmu Jaya Sadjijono, 2008. Seri Hukum Kepolisian, Polri dan Good Governance, Jakarta:
Laksbang Mediatama. Sadjijono, 2008 Seri Hukum Kepolisian, Polri dan Good Governance, Jakarta:
Laksbang Mediatama. Setyabudi, Besar. 2004. Kajian Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas pada
Lokasi Rawan Kecelakaan Blackspot di Jalan Tol, Warta Penelitian Perhubungan No.05THN.XVI2004
Soekanto, Soerjono. 1990. Polisi dan Lalu Lintas Analisis Menurut Sosiologi Hukum, Bandung: Mandar Maju
Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Cetakan III, Jakarta: UI- Press.
Soesilo, R. 1974. Taktik Teknik Penyidikan Perkara Criminal, Bogor: Penerbit Politeia.
Surakhmad, Winarno. 1998. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi. Cetakan Pertama. Bandung: Tarsito.
Toni. 2012. Analisis Hukum Penegakan Tindak Pidana Pelanggaran Bidang Lalu Lintas. Ringkasan penelitian, Penerapan Pasal 6 UU No. 22 Tahun 2009
tentang Kompetensi Pejabat Yang Melaksanakan Fungsi Di Bidang Lalu Lintas, Fakultas Hukum UBB.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan LLAJ.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 dan Peraturan tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Cetakan Pertama, Jakarta: Visimedia.
UU RI No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, Bandung: Citra Umbara, 2010. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan.
C. Internet:
Ilman Hadi. Apakah Perdamaian dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Menggugurkan Tuntutan?. Tersedia di: www.hukumonline.comklinik
detaillt5129ad1637c27apakah-perdamaian-dalam-kasus-kecelakaan-lalu- lintas-menggugurkan-tuntutan. Senin, 25 Pebruari 2013
Kemenhub, 2011. Kemenhub RI, 2011. Perhubungan Darat Dalam Angka 2010.
http:www.hubdat.dephub.go.id. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
D. Berkas Perkara
Berkas Perkara dari Kepolisian Resor Pematang Siantar a.n. Arya Pratama pada kasus Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Kematian orang lain
a.n. Tukar.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN KASUS
KECELAKAAN BERLALU LINTAS YANG MENYEBABKAN KEMATIAN
A. Memproses Laporan Informasi
Proses penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang dilaksanakan di pihak kepolisian, yang menangani adalah Sat Lantas khususnya Idik Laka. Pejabat yang
bertanggung jawab secara teknis dalam proses tersebut adalah Kasat Lantas sebagai penyidik. Dalam proses tersebut mulai dari TKP yang menangani adalah
petugas lalu lintas lapangan Unit penjagaan dan pengaturan atau Unit Patwal. Penyidik pembantu dari Idik Laka selanjutnya memproses laporan dan melakukan
pemeriksaan awal, pemeriksaan terhadap tersangka, korban dan saksi serta melengkapi berkas perkara.
Pengertian laporan dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 24 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
Pelaporan merupakan
sebuah bentuk
pemberitahuan kepada pejabat yang berwenang bahwa telah atau sedang atau diduga akan terjadinya sebuah peristiwa
pidana. Artinya sebuah peristiwa yang dilaporkan oleh masyarakat belum tentu merupakan sebuah peristiwa pidana sehingga dibutuhkan sebuah tindakan
Universitas Sumatera Utara
penyelidikan oleh pejabat yang berwenang untuk menentukan apakah peristiwa tersebut merupakan sebuah peristiwa pidana atau bukan.
Tindakan penyelidikan untuk menentukan apakah sebuah peristiwa merupakan peristiwa pidana atau bukan merupakan sebuah kewajiban bagi pejabat
yang berwenang ketika menerima sebuah laporan dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat 1 KUHAP, yaitu :
Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana
wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.
Dalam memproses laporan dari masyarakat, petugas Kepolisian yang bertugas memberikan Pelayanan Kepolisian kepada masyarakat pada kasus
kecelakaan lalu lintas membutuhkan antara lain : 1.
Segala bentuk laporan masyarakat tentang terjadi kasus kecelakaan lalu lintas yang ada di wilayah kerjanya.
2. Melakukan penanganan pertama laporan masyarakat tentang adanya kejadian
kecelakaan lalu lintas. 3.
Melayani masyarakat dalam hal permintaan bantuan tindakan kepolisian untuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas.
4. Melayani dan membantu penyelesaian kasus kecelakaan lalu lintas baik yang
ringan, sedang, maupun yang berat sehingga menyebabkan orang lain meninggal dunia.
Prosedur penerimaan laporan masyarakat kepada pihak kepolisian tentang terjadinya kasus kecelakaan lalu lintas, adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Masyarakat atau pelapor dapat datang ke Kantor Polisi terdekat berdasarkan
tempat kejadian perkara yang akan dilaporkan. 2.
Masyarakatpelapor akan diterima oleh Petugas pelayanan. 3.
Oleh Petugas kepolisian masyarakatpelapor akan diambil keterangannya untuk dituangkan dalam format berdasarkan apa yang dilaporkan.
4. Setelah diterima laporannya masyarakat akan diberikan Surat Tanda
Penerimaan Laporan.
Setelah polisi mendapat informasi atau laporan adanya suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas yang diduga terjadi tindak pidana yang berasal dari laporan
dari masyarakat maka sebelum melakukan penanganan, harus ada terlebih dahulu tata cara dalam penanganan tempat kejadian perkara agar tidak terjadi kesulitan
yang nantinya akan dialami penyidik dalam mencari bukti adanya suatu tindak pidana pada saat penanganan tempat kejadian perkara karena telah dijalankan
dengan prosedur yang berlaku. Adapun penanganan tempat kejadian perkara secara garis besarnya terdiri
dari dua bagian yakni tindakan pertama di tempat kejadian perkara yakni: tindakan kepolisian yang dilakukan segera setelah menerima laporan bahwa telah
terjadi tindak pidana, dengan maksud untuk melakukan pertolonganperlindungan kepada korban dan pengamanan dan mempertahankan status quo guna persiapan
serta kelancaran pelaksanaan pengolahan tempat kejadian perkara. Dan pengolahan tempat kejadian perkara yakni tindakan penyidikpenyidik pembantu
untuk memasuki tempat kejadian perkara dalam rangka melakukan pemeriksaan TKP mencari informasi tentang terjadinya tindak pidana mengumpulkan
Universitas Sumatera Utara
mengambilmembawa barang-barang bukti yang diduga ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi untuk diambil alih penguasaannya atau menyimpan
barang bukti tersebut guna kepentingan pembuktian. Setelah kita mengetahui pembagian secara besarnya proses penanganan tempat kejadian perkara maka tata
cara penanganan tempat kejadian perkara meliputi: 1.
persiapan penanganan tempat kejadian perkara. 2.
tindakan pertama di tempat kejadian perkara. 3.
pengolahan tempat kejadian perkara. 4.
pengambilan dan pengumpulan barang bukti 5.
pengakhiran penanganan tempat kejadian perkara.
65
B. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara