Analisis Data METODE PENELITIAN

digunakan adalah kinerja keuangan, alokasi belanja modal, dan pertumbuhan ekonomi.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memeriksa agar tidak terdapat pelanggaran asumsi klasik terhadap model regresi. Pelanggaran klasik akan menyebabkan koefisien-koefisien regresi yang memiliki standar error yang besar sehingga mengurangi kehandalan estimasi parameter dan menyebabkan hasil statistik tidak akurat. Pengujian ini dilakukan dalam beberapa analisis yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang normal. Uji normalitas perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas. Uji asumsi normalitas menggunakan Kolmogrov-Smirnov. Analisisnya dengan menggunakan program SPSS dengan melihat nilai Z atau nilai Sig. dari tabel. Jika nilai Sig a, maka dapat dikatakan bahwa data yang disajikan normal. Jika nilai Sig a maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-variabel independen. Uji multikolinearitas perlu untuk mengetahui apa tidaknya korelasi antara variabel independen dalam suatu model. Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor VIF. Kriteria yang digunakan untuk pengujian ini yaitu jika nilai VIF 10, maka tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil produksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan lain. Heteroskedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah metode Glejser, yaitu dengan meregresikan seluruh variabel independen dengan nilai mutlak absolute dari nilai residual sehingga diperoleh probability value. Krtiteria pengujiannya adalah jika probability value 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika probability value 0,05 maka pengujian bebas heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya t-1. Uji autokorelasi dilakukan pada time series runtut waktu dan tidak perlu dilakukan pada cross section seperti pada penelitian yang menggunakan kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi dengan cara uji statistik Durbin-Watson. Pengujian dikatakan bebas autokorelasi apabila angka D-W di antara -2,5 dan 2,5 Singgih, 2010.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Kecocokan Model atau Koefisien Determinasi Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas pada variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan pada variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Koefisien determinasi R 2 mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. b. Uji t Uji hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program regresi linear, yaitu dengan membandingkan tingkat masing- masing variabel bebas dengan α = 0,05. Pengujian intervening dalam penelitian ini dapat diterima apabila hasil pengujian signifikan 0,05. Sebaliknya, jika signifikan 0,05 maka intervening dinyatakan gagal. Rumus persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A BM = β 2 KD - β 2 KK + β 2 EPAD + ε PT = β 1 KD - β 1 KK + β 1 EPAD + β 3 BM + ε Dimana : ABM = Alokasi Belanja Modal KD = Kemandirian Daerah KK = Ketergantungan Keuangan EPAD = Efektivitas PAD PE = Pertumbuhan Ekonomi ε = error term 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SubjekObjek Penelitian

D.I. Yogyakarta merupakan daerah dengan luas 3.2 ribu km2. Secara administratif D.I. Yogyakarta terdiri dari 1 kota madya dan 4 kabupaten. Masing- masing daerah memiliki daya tarik yang berbeda-beda karena memiliki beragam potensi dan budaya. Salah satu masalah dalam pembangunan antara kabupaten dan kota di D.I. Yogyakarta adalah pembangunan yang tidak merata. Selain dikarenakan perbedaan potensi daerah, hal tersebut juga dikarenakan perbedaan kemampuan pembangunan fiskal dan kebijakan pemerintah daerah di masing- masing kabupaten dan kota. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Realisasi Anggaran Pemda D.I. Yogyakarta dari tahun 2003-2014. Subjek penelitian ini adalah setiap kabupaten di Provinsi D.I. Yogyakarta di mana terdapat 4 empat kabupaten dan 1 satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta. Provinsi D. I. Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa. Variabel penelitian dalam penelitian ini antara lain kemandirian daerah, ketergantungan keuangan, efektivitas pad, alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi dengan jumlah sampel sebanyak 60 sampel.

B. Uji Kualitas Instrumen

1. Statistik Deskriptif

Penelitian ini memiliki lima variabel antara lain kemandirian daerah KD, ketergantungan keuangan KK, efektivitas PAD EPAD, alokasi belanja modal ABM, dan pertumbuhan ekonomi PE. Untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh antara variabel bebas, variabel intervening, dan variabel terikat, berikut ini disajikan deskripsi data mengenai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi yang telah diolah dengan program SPSS 22: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sumber: Output SPSS Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kemandirian daerah memiliki nilai minimal 5,0301 dan nilai maksimal 70,9095 dengan nilai rata-rata 17,909880 dan standar deviasi 13,9914667. Kabupaten yang memiliki nilai terendah adalah Kabupaten Gunung Kidul tahun 2007, sementara yang memiliki nilai tertinggi adalah Kota Yogyakarta pada tahun 2015. Semakin tinggi presentase rasio kemandirian maka akan semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam memenuhi Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KD 60 5,0301 70,9095 17,909880 13,9914667 KK 60 45,4680 94,1537 79,985390 12,0723148 EPAD 60 88,1021 176,3520 115,979445 17,3299343 ABM 60 4,5244 28,9606 13,205827 4,3979172 PE 60 3,7891 35,3279 12,215810 4,7749658 Valid N listwise 60

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH FISCAL STRESS TERHADAP PERTUMBUHAN BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat)

0 6 20

ANALISIS PENGARUH FISCAL STRESS TERHADAP PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH

0 3 20

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Provinsi Papua Barat)

0 8 15

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

0 12 71

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Se- PROPINSI LAMPUNG

1 44 61

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP FISCAL STRESS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG

0 33 73

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP FISCAL STRESS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG

1 45 71

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

2 23 65

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012)

4 22 56

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA BARAT

0 0 11