XS. TJHIE TJAY ING SUMARTONO HADINOTO

commit to user 30

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Objek Karya

1. XS. TJHIE TJAY ING

Nama : Tjhie Tjay Ing TempatTgl Lahir : Jepon, Blora, 26 Maret 1935 Alamat : Jl. Jagalan no. 15. Jebres, Solo 57128 Istri : almh. Tjiong Giok Hwa Anak : a. Tjhie Sian Hwe atau Willy Pramudita Djiwatman b. Tjhie Sian Gie atau Mursid Djiwatman Pendidikan : a. SD, di sebuah SD Tionghoa b. SMP, di sebuah SMP Kristen c. SGA, di sebuah sekolah guru Kristen di Solo Profesi : a. Tahun 1957, Guru SD Tripusaka, dulu:Confucius b. Tahun 1959, Kepala Sekolah SD Tripusaka c. Tahun 1963, Haksu, sampai sekarang Sejarah : Haksu Tjhie Tjay Ing merupakan seorang tokoh agama Kong Hu Chu yang aktif dan gigih berjuang untuk menyamakan hak dan kedudukan agama leluhur bangsa Tionghoa di Negara Indonesia khususnya saat pemerintahan Orde Baru yang sangat menekan dan mendiskriminasikan kaum minoritas Tionghoa dan tentunya sangat dirasakan bagi para pemeluk agama Kong Hu Chu. Beberapa karier beliau antara lain : Guru agama Kong Hu Chu di SD, SMP, SMA Warga tahun 1960- commit to user 1970, Guru dan juga Kepala Sekolah di SD Confucius, kini bernama Tripusaka, Dosen Agama dan Filsafat Tionghoa di Universitas Gajah Mada, Ketua Dewan Rohaniawan Agama Kong Hu Chu se-Indonesia, salah satu penasehat dari ICRP atau Indonesia Conference Religion 7 Peace bersama Gus Dur dan tokoh agama lainnya, Pengurus FPUB atau Forum Persaudaraan Umat Beriman Yogyakarta bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bikhu Sri Panyavaro, KH. Muhaimin, Pdt. Bambang, dan lain-lain, Pengurus FPLAG atau Forum Persaudaraan Lintas Agama dan Golongan bersama Pdt. Paulus, KH. Dian Nafie, dan tokoh agama di Surakarta lainnya. Beliau menerjemahkan Kitab Suci agama Konghuchu sampai sekarang. Beberapa karya tulis beliau tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai ke mancanegara bahkan lewat buku dan dunia internet.

2. SUMARTONO HADINOTO

Nama : Khoe Liong Hauw atau Sumartono Hadinoto TempatTgl Lahir : Solo, 21 Maret 1956 Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 150 Solo 57123 Istri : Meyliana Kusyanto Anak : Wiranti Widyastuti Hadinoto Pendidikan : a. Tahun 1966 – 1968 SD Widya Wacana Warung Wiri b. Tahun 1969 – 1971 SMP Widya Wacana Ps. Legi c. Tahun 1972 – 1974 SMA Warga Profesi : Mengawali organisasi pertamanya di ORARI Kemudian, masuk PMS tahun 1994. commit to user Sejarah : Kegetolan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Winarso Hadinoto dan Kusmartati terjun di urusan kegawat daruratan memang bukan semata-mata sukarelawan belaka. Gerak juangnya itu tak lepas dari sejumlah pengalaman empiris yang dialami sejak masa mudanya. Salah satunya, saat Martono masih duduk di bangku SMA dan mulai aktif di Organisasi Amatir Radio Indonesia atau Orari. Suatu ketika pada pukul 03.00 WIB terjadi kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan satu keluarga menjadi korban. Sumartono bersama sejumlah anggota lain Orari lalu turut melarikan korban kecelakaan ke rumah sakit. Begitu pula saat menengok ayah mertuanya di rumah sakit. Sumartono melihat seseorang terkulai lemas karena tidak bisa menebus darah untuk kesembuhan keluarganya yang sedang sakit. Dari kejadian-kejadian itu, Martono merasa bahwa setetes darah begitu berharga. Lantas Martono pun bertekad, suatu saat ia dapat menangani dan mengurusi langsung soal kegawat daruratan. Itulah sebabnya, di tahun 2005, saat diminta menjadi pengurus Bidang Organisasi dan Pembinaan Ranting pada Pengurus Cabang PMI Kota Solo, ia langsung bersedia. Sejumlah terobosan dilakukan Martono bersama rekan-rekannya. Mengembangkan Medical Team Action sebagai bagian dari aktivitas Markas Cabang PMI Solo. Juga menjaga amanat mengelola darah masyarakat. Unit Transfusi Darah PMI Solo senantiasa menjaga agar stok darah di Kota Solo dalam sehari tak kurang dari 1.000 kantong. commit to user Tiga tahun berjalan, Medical Action Team juga ingin terus mengubah pola pikir masyarakat terkait pemanfaatan mobil ambulan, ujar ayah dari Wiranti Widyastuti Hadinoto ini. Pemahaman yang dimaksudnya adalah agar masyarakat tahu bahwa ambulan tidak hanya digunakan bagi pasien yang sakit berat saja, melainkan karena pasien memang butuh dibawa ke rumah sakit dengan angkutan khusus. Soal biaya ambulan yang gratis, menurut Martono itu disiasati dengan subsidi silang.

3. dr. LO SIAUW GING