dr. LO SIAUW GING

commit to user Tiga tahun berjalan, Medical Action Team juga ingin terus mengubah pola pikir masyarakat terkait pemanfaatan mobil ambulan, ujar ayah dari Wiranti Widyastuti Hadinoto ini. Pemahaman yang dimaksudnya adalah agar masyarakat tahu bahwa ambulan tidak hanya digunakan bagi pasien yang sakit berat saja, melainkan karena pasien memang butuh dibawa ke rumah sakit dengan angkutan khusus. Soal biaya ambulan yang gratis, menurut Martono itu disiasati dengan subsidi silang.

3. dr. LO SIAUW GING

Nama : Lo Siauw Ging TempatTgl Lahir : Magelang, 16 Agustus 1934 Alamat : Jl. Jagalan no. 27. Jebres, Solo 57128 Istri : Maria Gan May Kwee Pendidikan : a. Tahun 1962, Fakultas Kedokteran Univ. Airlangga b. Tahun 1995, S-2 MARS Universitas Indonesia Profesi : a. Dokter RS Panti Kosala, Kandang Sapi, Solo sekarang RS dokter Oen, Solo b. Mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo Sejarah : Menjadi dokter, bagi dokter Lo, adalah sebuah anugerah. Dia kemudian bercerita, seorang dokter yang terkenal di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, seniornya, dan sang ayahlah yang membentuk sosoknya. Dokter Oen dan sang ayah kini telah tiada. commit to user Dokter Lo selalu ingat pesan ayahnya saat memutuskan belajar di sekolah kedokteran. ”Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif”, kata dokter Lo yang namanya masuk dalam Kitab Solo itu. Papan praktik dokter pun selama bertahun-tahun dia tidak pernah pasang. Kalau belakangan ini dia memasang papan nama praktik dokternya, itu karena harus memenuhi peraturan pemerintah. Tentang peran dokter Oen dalam dirinya, dokter Lo bercerita, selama sekitar 15 tahun dia bekerja kepada dokter Oen yang dia jadikan sebagai panutan. ”Dokter Oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari- harinya sederhana”, ujarnya. Dari kedua orang itulah, dokter Lo belajar bahwa kebahagiaan justru muncul saat kita berbuat sesuatu bagi sesama. ”Ini bukan berarti saya tidak menerima bayaran dari pasien, tetapi kepuasan bisa membantu sesama yang tidak bisa dibayar dengan uang”, katanya sambil bercerita, sebagian pasien yang datang dari desa suka membawakan pisang untuknya. Gaya hidup sederhana membuat dokter Lo merasa pendapatan sebagai dokter bisa lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Apalagi dia dan sang istri, Maria Gan May Kwee atau Maria Gandi, yang dinikahinya tahun 1968, tak memiliki anak. ”Kebutuhan kami hanya makan. Lagipula orang seumur saya, seberapa banyak sih makannya?”, ujar dokter Lo. Bahkan, di mata pasien, dokter Lo seakan tak pernah ”cuti” praktik. Lies 55, ibu dua anak, warga Kepatihan Kulon, Solo, yang selama puluhan tahun menjadi commit to user pasiennya mengatakan, ”Dokter Lo praktik pagi dan malam. Setiap kali saya datang tak pernah t utup. Sepertinya, dokter Lo selalu ada saat kami memerlukan.”

4. WS. ADJIE CHANDRA