Parameter Kualitas Air Kualitas Air

Indikator yang umum digunakan pada pemeriksaan pencemaran air adalah oksigen terlarut Dissolved Oxygen, DO, kebutuhan oksigen biokimia Biochemical Oxygen Demand, BOD, serta kebutuhan oksigen kimiawi Chemical Oxygen Demand,COD Irianto dan Machbub, 2003.

2.1.3. Parameter Kualitas Air

Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji kualitas air umumnya harus diketahui Astri, 2006. Adapun parameter kualitas air antara lain adalah : A. Parameter Fisika a. Suhu Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi anatara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : 1. jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. 2. kecepatan reaksi kimia meningkat. 3. kehidupan ikan dan hewan air lainnya menurun. Universitas Sumatera Utara 4. jika batas suhu yang dimatikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati Fardiaz, 1992. b. Total Padatan Tersuspensi Total Suspended Solid,TSS dan Total Padatan Terlarut Total Dissolved Solid,TDS Fardiaz 1992 mengemukakan bahwa padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu, pengendapan dan pembusukan bahan- bahan organik dapat mengurangi nilai guna perairan. Total padatan terlarut merupakan bahan- bahan terlarut dalam air yang tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran 0,45 µm. Padatan ini terdiri dari senyawa- senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral, dan garam- garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion- ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, detergen, dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. Universitas Sumatera Utara B. Parameter Kimia a. Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen,DO Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk molekul hidrogenoksida, biasanya dinyatakan dalam mgL ppm. Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat kotoran limbah organik yang degradable. Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi persenyawaan sulfat. Bila oksigen bebas dalam air habis sangat berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh dan berkembangnya adalah bakteri anaerob Darsono, 1992. Ibrahim 1982 mengemukakan bahwa kelarutan oksigen di perairan bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air pada sore hari 20 ppm. Besarnya kadar oksigen di dalam air bergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air. Kadar oksigen terlarut di alam, umumnya 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu, diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui pemanasan Setiaji, 1995. Universitas Sumatera Utara b. Kebutuhan Oksigen Biokimia Biochemical Oxygen Demand, BOD 5 Biological Oxygen Demand BOD atau kebutuhan oksigen biologis KOB adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses- proses mikrobiologi yang benar- benar terjadi di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem- sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, kalau suatu badan air dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan- ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut Alaerts, 1987. BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 20˚C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm Mahida,1986. Kristianto 2002 mengemukakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Dalam uji BOD Biological Oxygen Demand ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan- bahan organik atau bahan- bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate Oxygen Demand. 2. Uji BOD Biological Oxygen Demand membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. 3. Uji BOD Biological Oxygen Demand yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan ± 68 dari total BOD Biological Oxygen Demand. 4. Uji BOD Biological Oxygen Demand tergantung dari adanya senyawa penghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti. c. Kebutuhan Oksigen Kimia Chemical Oxygen Demand Effendi 2003 mengemukakan COD sebagai jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO 2 dan H 2 O. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan- bahan organik yang terdapat di dalam air. Universitas Sumatera Utara Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa- senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO 2 dan H 2 O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Bahan- bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 96 hasil uji COD yang selama 10 menit, kira- kira akan setara dengan hasil uji BOD selama lima hari Kristianto, 2002.

2.2. Limbah