Pembuatan Pulp Secara Mekanik Pembuatan Pulp Secara Semikimia Pembuatan Pulp Secara Kimia

Karbonat, diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dan Kalsium Hidroksida kaustisasi, karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda. Sejak tahun 1960-an produksi pulp kraft juga telah naik lebih cepat dari pada pulp sulfit karena beberapa faktor seperti pemulihan bahan kimia yang lebih sederhana dan lebih ekonomis dan sifat-sifat pulp yang lebih baik dalam hubungannya dengan kebutuhan pasar. Pengenalan bahan-bahan pengelantang yang efektif, terutama Klorin Dioksida telah menghapuskan kesukaran-kesukaran terdahulu mengenai pengelantangan pulp-pulp kraft menjadi derajat putih yang tinggi dan pra-hidrolisis kayu telah memungkinkan untuk menghasilkan pulp-pulp pelarutan dissolving pulp berkualitas tinggi dengan proses kraft. Proses kraft ini juga mempunyai sisi kelemahan yang sukar diatasi yaitu gas- gas berbau tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pengelantang yang tinggi pada pulp-pulp kraft kayu lunak. Namun menurut perkembangan terakhir dapat diharapkan bahwa modifikasi-modifikasi baru akan membawa perbaikan-perbaikan dalam hal kebutuhan-kebutuhan lingkungan Sjostrom, 1995. Untuk memisahkan serat selulosa dari bahan berserat seperti kayu dapat dilakukan dengan 3 metode pemisahan, yakni : 1. Metode Pembuatan Pulp Secara Mekanik 2. Metode Pembuatan Pulp Secara Semikimia 3. Metode Pembuatan Pulp Secara Kimia. Adapun pembuatan pulp secara kimia dapat dikelompokkan kedalam 3 bagian, yakni : a. Proses Soda b. Proses Sulfit c. Proses Sulfat

2.5.1. Pembuatan Pulp Secara Mekanik

Universitas Sumatera Utara Pembuatan pulp secara mekanik, serat–serat dipisahkan melalui energi mekanik. Pada proses ini diperlukan penggilingan kayu secara basah untuk mendapatkan hasil serat pulp 90-95 tetapi dapat menyebabkan kerusakan pada serat. Prinsip pembuatan pulp secara mekanik adalah menguraikan atau memisahkan serat yang ada dalam kayu secara paksa dengan energi mekanik dan tidak menggunakan bahan kimia. Pembuatan pulp dengan cara ini jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang besar, pulp yang dihasilkan sulit untuk diputihkan, dan pada umum nya digunakan untuk bahan baku kertas koran.

2.5.2. Pembuatan Pulp Secara Semikimia

Pembuatan pulp secara semikimia terdiri dari dua tahap. Tahap pertama menggunakan bahan kimia, yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian hemiselulosa dan lignin, kemudian tahap yang kedua dengan pelaksanaan mekanik untuk memisahkan seratnya. Hasil pulp yang dihasilkan dari proses ini sulit diputihkan dan umumnya digunakan untuk bahan baku kantong semen Anonim, 1995.

2.5.3. Pembuatan Pulp Secara Kimia

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan bahan kimia untuk bagian–bagian kayu yang tidak digunakan, sehingga pulp yang dihasilkan berkadar selulosa yang tinggi. Hasil pulp mudah diputihkan dan umum nya untuk membuat kertas tissue dan kertas cetak. Kekurangan dari proses ini menghasilkan sekitar 45–50 serat. Ada 3 macam proses pembuatan pulp secara kimia, yaitu sebagai berikut : a. Proses Sulfit Pada dasarnya, pembuatan pulp pada proses sulfit masih didasarkan pada penemuan– penemuan tua, meskipun beberapa modifikasi pembaharuan dan perbaikkan teknik telah dilakukan. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950-an dan 1960-an berkenaan Universitas Sumatera Utara dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut, yang pengganti Kalsium dengan Magnesium, Natrium atau Amonium yang memberikan jauh lebih banyak keluwesan dalam pengaturan kondisi pemasakan yang meperluas baik bahan dasar yang digunakan maupun produksi tipe–tipe pulp. Keuntungan proses sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft adalah : a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan kebutuhan kayu lebih rendah b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi c. Persoalan pencemaran sangat sedikit d. Biaya instalisasi lebih rendah e. Keluwesan lebih tinggi dalam rendemen dan kualitas pulp. b. Proses Soda Pembuatan pulp pada proses soda digunakan Natrium Hidroksida NaOH sebagai lindi pemasak dan lindi–lindi bekas yang dihasilkan, dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Lemburan, yang terdiri atas Natrium Karbonat Na 2 CO 3 , diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dengan Kalsium Hidroksida kostisasi, karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda Fengel,D 1995. c. Proses Sulfat Kraft Pada pemasakan kayu dalam proses sulfat kraft digunakan larutan pemasak alkali, yaitu Natrium Hidroksida NaOH, Natrium Sulfida Na 2 S, dan Natrium Karbonat Na 2 CO 3 dengan komposisi tertentu. Total waktu pemanasan yang dibutuhkan pada proses sulfat berkisar antara 120–180 menit dengan suhu berkisar antara 160–170 o C. Setelah terjadi pemasakan akan terjadi pelepasan serat–serat kayu, kotoran–kotoran yang tidak larut beserta komponen lain dipisahkan dengan penyaringan, dan pemisahan serat–serat yang larut dalam cairan pemasak dilakukan dengan pencucian. Universitas Sumatera Utara Zat kimia yang memiliki peranan yang cukup besar di dalam proses ini adalah Natrium Sulfida Na 2 S dan Natrium Hidroksida NaOH. Ada nya Natrium Sulfida Na 2 S sangat penting karena dapat mengurangi kerusakan pada karbohidrat dan memberikan hasil pulp yang mempunyai kekuatan yang lebih baik Anonim, 1995. Proses pembuatan pulp berdasarkan metode kraft dapat dilakukan dengan larutan yang terdiri dari Natrium Hidroksida NaOH dan Natrium Sulfat Na 2 S, yang disebut “lindi putih”. Berdasarkan pada istilah-istlihah yang digunakan dalam defisini hal tersebut, dimana semua bahan-bahan kimia dapat dihitung sepadan dengan natrium yang dinyatakan sebagai berat Natrium Hidroksida NaOH atau Natrium Oksida Na 2 O. Total alkali TA : Semua garam-garam natrium Titratablealkali TTA : NaOH + Na 2 S + Na 2 CO 3 Aktif alkali : NaOH + ½ Na 2 S Efisiensi natrium : 100 Sulfiditi : 100 Carlon,W. 1996 . Keuntungan dan kerugian dari pembuatan pulp Proses Kraft ,yaitu : a. Keuntungan : ‐ Pulp yang dihasilkan lebih kuat ‐ Proses pemasakan lebih pendek ‐ Sistem pengolahan recovery bahan kimia nya sangat baik ‐ Proses dapat dilakukan untuk segala jenis kayu Universitas Sumatera Utara b. Kerugian : ‐ Timbulnya masalah polusi udara ‐ Derajat kecerahan pulp sebelum dikelantang sangat rendah ‐ Pulp sangat susah untuk dikelantang ‐ Biaya investasi pembagunan proyek sangat tinggi Scot,W.E.1995.

2.6. Proses pembuatan pulp

Dokumen yang terkait

Pengaruh Jumlah Soda Loss Dalam Pulp Terhadap Pemakaian ClO2 Di Do Tower Pada Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

23 145 60

Pengaruh Penambahan Oksigen (O2) Pada Tower EOP Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (ClO2) Pada Tower D1 Di Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

6 67 51

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 12

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 2

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 3

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 1 14

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau Chapter III V

0 0 5

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu - Pengaruh Kappa Number dalam Pulp Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (CLO2) pada Tahap DO di Unit Bleaching Fiberline 2 PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Tbk. Pelalawan-Riau

0 0 25

Pengaruh Kappa Number dalam Pulp Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (CLO2) pada Tahap DO di Unit Bleaching Fiberline 2 PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Tbk. Pelalawan-Riau

0 1 13