Persiapan dan Pengolahan Kayu Tahap Pemasakan Digester

b. Kerugian : ‐ Timbulnya masalah polusi udara ‐ Derajat kecerahan pulp sebelum dikelantang sangat rendah ‐ Pulp sangat susah untuk dikelantang ‐ Biaya investasi pembagunan proyek sangat tinggi Scot,W.E.1995.

2.6. Proses pembuatan pulp

Proses pembuatan pulp di PT. Riau Andalan Pulp And Paper pada Fiberline 2 menggunakan metode kraft dengan proses sistem super bacth. Lampiran 1

2.6.1. Persiapan dan Pengolahan Kayu

Kayu yang di peroleh dari Hutan Tanaman Industri HTI akan masuk kedalam tahapan logging. Logging merupakan proses pengolahan untuk memproduksi gelondongan kayu, yang tahapan proses nya meliputi: Penebangan Felling, Penyeradaan Skedding, Pemotongan Bucking, Bongkar muat Loading Unloading sampai pada pengangkutan untuk dikirim ke lokasi pabrik pulp. Kayu dari hutan disimpan di wood yard yang selanjutnya kayu-kayu tersebut diproses di wood room yang tahapan nya meliputi: Pengulitan Debarking, Penyerpihan Chipping, Penyimpanan serpihan kayu Chip Storaging dan Penyaringan serpihan kayu Chip Screening. Tujuan dari tahap ini untuk menjamin kualitas kayu dan menghasilkan chip kayu yang berukuran seragam yang diperlukan untuk pemasakan pulp.

2.6.2. Tahap Pemasakan Digester

Digester adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia dengan menggunakan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu chip dengan proses kraft sulfat dipergunakan larutan pemasak yang disebut lindi putih white liquor . Senyawa yang terkandung dalam lindi putih adalah Natrium Hidroksida Universitas Sumatera Utara NaOH dan Natrium Sulfida Na 2 S. Proses pemasakan dilakukan pada suhu 165 o C– 170 o C. Jumlah siklus waktu pemasakan ini berlangsung selama ± 260 menit. Uraian siklus pemasakan dengan sistem super bacth digester adalah ; 1. Tahap Pengisian Chip Chip Filling Pengisian chip adalah proses pengisian serpihan kayu chip yang dikirim dari pemapungan chip dengan menggunakan belt conveyor ke chip silo, dari chip silo serpihan dimasukkan ke digester dengan menggunakan screw conveyor. Selama pengisian chip, udara didalam digester dihilangkan melalui saringan sirkulasi. Proses pengisian chip berlangsung selama 30 menit. 2. Tahap Pengisian Larutan Lindi Hitam Warm Black Liquor Setelah pengisian chip dilakukan, larutan lindi hitam di pompakan. Proses ini disebut impregnasi. Liquor bersuhu 100 o C ini akan dipompakan ke dasar digester secara kontiniu. Fungsi nya adalah menyempurnakan udara didalam rongga-rongga chip kayu dengan udara di dalam digester dan pemanasan awal yang bertujuan untuk penetrasi dan difusi chip agar reaksi kimia antara serpihan kayu dengan alkali aktif terdispersi secara homogen. Proses impregnasi ini berlangsung selama 30 menit. 3. Tahap Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor Proses pengisian hot black liquor bertujuan untuk menaikkan panas dari warm black liquor pada suhu dibawah ± 100 o C digantikan oleh hot black liquor pada suhu ± 140 o C pada siklus digester. Proses pengisian ini berlangsung selama 25 menit. Setelah hot black liquor dipompakan ke digester, berikut nya secara bersama hot white liquor di pompa kan. Hot white liquor ini merupakan bahan kimia utama dalam proses pemasakan. Proses pengisian ini berlangsung selama 21 menit. 4. Tahap Proses Pemanasan Heating dan Pemasakan Cooking Setelah hot white liquor diisikan, suhu didalam digester hampir mendekati suhu pemasakan. Tujuan dari fase ini adalah untuk menaikkan suhu sampai ± 170 o C Universitas Sumatera Utara dengan tekanan medium yang dimasukkan kedalam jalur sirkulasi digester. Pada fase pemasakan yaitu bertujuan untuk mempertahan kan suhu pada ± 170 o C sampai pada waktu yang diperlukan. Proses pemanasan dan pemasakan ini berlangsung selama 90 menit. 5. Tahap Displacment dan Discharging Bila fase pemasakan sudah dilakukan, selanjut nya adalah fase displacement, yakni bertujuan untuk menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan tahap pencucian awal. Tahapan ini berlangsung selama 20 menit. Pada tahap discharging adalah proses pemompaan pulp yang sudah masak di digester ke tanki penampungan discharge tank.

2.6.3. Tahap Pencucian Pulp Washing

Dokumen yang terkait

Pengaruh Jumlah Soda Loss Dalam Pulp Terhadap Pemakaian ClO2 Di Do Tower Pada Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

23 145 60

Pengaruh Penambahan Oksigen (O2) Pada Tower EOP Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (ClO2) Pada Tower D1 Di Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

6 67 51

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 12

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 2

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 3

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 1 14

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau Chapter III V

0 0 5

Pengaruh Ph Terhadap Brightness Pulp Pada Tahap Eo Di Unit Bleaching Difiberline 1 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan Riau

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu - Pengaruh Kappa Number dalam Pulp Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (CLO2) pada Tahap DO di Unit Bleaching Fiberline 2 PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Tbk. Pelalawan-Riau

0 0 25

Pengaruh Kappa Number dalam Pulp Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (CLO2) pada Tahap DO di Unit Bleaching Fiberline 2 PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Tbk. Pelalawan-Riau

0 1 13