masing bentuk darah dan komponen darah mempunyai suhu yang berbeda, maka harus waspada dengan penyimpanan darah supaya tidak merugikan.
2.3.3. Pemeriksaan Uji Saring atau Skrining
Penularan infeksi tertentu, misalnya HIV, Virus Hepatitis B HBV, Virus Hepatitis B HCV dan Sifilis dari donor kepada resipien merupakan salah satu
jalur ideal dari transfusi darah. Untuk mengurangi risiko ini, kita harus melakukan beberapa skrining terhadap darah yang terkumpul dari donor tentang faktor-faktor
risiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining atau uji saring adalah untuk mencegah agar darah yang dikumpul
dapat bebas dari infeksi dengan cara periksa sebelum darah tersebut ditransfusikan kepada resipien dengan beberapa tes tertentu HTA Indonesia, 2013.
Selama tiga dekade terakhir ini, berbagai pemeriksaan telah dikembangkan untuk skrining darah. Pemeriksaan tersebut paling umum digunakan untuk
mendeteksi antibodi, antigen atau asam nukleat dari agen infeksi. Namun, tidak semua pemeriksaan cocok pada semua situasi karena setiap pemeriksaan memiliki
batasan yang perlu dipahami dan dipertimbangkan ketika memilihnya. Antara jenis pemeriksaan utama yang digunakan dalam skrining darah adalah WHO,
2009:
1. Immunoassays IAs:
a. Enzim-Linked Immunosorbent Assay ELISA, or enzyme
immunoassays EIAs b.
Chemiluminescent Immunoassays CLIAs c.
Haemagglutination HA Particle Agglutination PA Assays d.
Rapidsimple single-use assays rapid tests 2.
Nucleic acid amplification technology NAT assays
Dalam konteks skrining darah, pemilihan tes yang tepat merupakan bagian penting dari program skrining dan beberapa faktor harus dipertimbangkan dalam
pemilihan tes yang paling tepat. Secara umum, keseimbangan harus ditemukan
Universitas Sumatera Utara
antara kebutuhan skrining dan sumber daya yang tersedia, termasuk keuangan, staf dan keahlian mereka, peralatan, bahan habis pakai dan sekali pakai. Juga
perlu mempertimbangkan menurut dengan sensitivitas dan spesifisitas masing- masing pengujian. Setiap sistem skrining memiliki kelebihan dan keterbatasan
yang harus dipertimbangkan ketika memilih pengujian. Beberapa keterbatasan antara lain:
a. Lamanya waktu setelah infeksi sebelum tes skrining menjadi reaktif
window period. b.
Tingkat positif palsu false positive biologis yang dapat menyebabkan pemborosan sumbangan dan penundaan yang tidak perlu dari donor.
c. Kerumitan beberapa sistem yang memerlukan otomatisasi.
Walaupun terdapat beberapa jenis pemeriksaan saat ini, terdapat tiga jenis skrining utama yang tersedia di Indonesia untuk melacak penyebab infeksi HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C dan sifilis, yaitu uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ELISAEIA, uji aglutinasi partikel, dan uji cepat khusus Rapid Test Depkes,
2001.
2.3.4. Pemeriksaan Golongan Darah a. Sistem ABO